disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila
salah satu anggota keluarga penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga lain.
Dari hasil penelitian Putra 2011, dari hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan didapatkan hasil OR 5,95 artinya yaitu
kepadatan hunian yang kurang mempunyai resiko tertular tuberkulosis paru sebesar 5,9 kali lebih banyak dari kondisi kepadatan hunian yang baik.
Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Rustono 2006, dari hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai OR sebesar
5,983. Kepadatan penghuni sangat mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis
paru. Karena penyakit tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang dapat dipindahkan melalui udara. Semakin padat penghuni maka akan semakin cepat
penularan terjadi. Jika rumah tidak padat penghuni maka sirkulasi udara menjadi lancar sehingga pasien dan anggota keluarga yang lain bisa menjaga penularan
tuberkulosis paru.
5.3.2 Hubungan Kondisi Ventilasi dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan angka kejadian tuberkulosis, dan diperkirakan risiko ventilasi yang tidak baik
memiliki resiko terkena tuberkulosis paru 30.5 kali dibandingkan rumah yang memiliki ventilasi yang baik.
Menurut Achmadi 2010 ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban didalam ruangan. Salah satunya yang
mempengaruhi kelembaban adalah keringat manusia, semakin banyak manusia dalam satu ruangan maka semakin tinggi kelembaban ruangan tersebut. Ventilasi
mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain mengencerkan konsentrasi kuman tuberkulosis dan kuman lain, terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet.
Menurut Azwar 1995 ventilasi berfungsi untuk membebaskan udara dari bakteri-bakteri terutama tuberkulosis. Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat
kesehatan akan mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari ke dalam rumah akibatnya kuman tuberkulosis yang ada di dalam rumah
tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah
≥ 10 luas lantai rumah. Depkes RI. Hal ini sesuai dengan penelitian Putra 2011, hasil penelitian yaitu p 0,05
p = 0,016, maka terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian TB paru di kota solok, dengan nilai OR 5,741 yang berarti rumah
yang memiliki kondisi ventilasi yang tidak baik berisiko 5,714 kali tertular tuberkulosis paru dibandingkan responden yang mempunyai ventilasi yang baik.
Hal yang sama juga terdapat pada penelitian oleh Suarni 2009, hasil yang di dapat adalah kondisi ventilasi rumah merupakan faktor risiko dengan OR 14,182,
ini berarti kondisi ventilasi yang tidak baik memiliki risiko 14,182 kali dari ventilasi yang baik.
Dari hasil dan beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ventilasi mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian tuberkulosis paru. Karena ada atau