Conceptual Design of Knowledge Portal for Developing Ukrida’s Library.

(1)

DESAIN KONSEPTUAL PORTAL PENGETAHUAN UNTUK

MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN UKRIDA

RIANA MARDINA MH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Desain Konseptual Portal Pengetahuan Untuk Mengembangkan Perpustakaan Ukrida adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tugas akhir ini.

Bogor, September 2012

Riana Mardina MH NRP G652100025


(3)

RIANA MARDINA MH. Conceptual Design of Knowledge Portal for

Developing Ukrida’s Library. Under direction of KUDANG BORO SEMINAR

and JANTI G. SUJANA

The purposes of this research was to analysed both the theory and the practice of the university library website and to design a conceptual knowledge portal to developing Ukrida’s Library. The research method was the qualitative approach with literature study in order to conducted a study on the theory, to observed the university library website from inside and outside Indonesia as well. This research was based on analysed the six library website shows that there are four library website which are Stanford University, Harvard University, Massachusetts Institute of Technology and Universitas Indonesia have implemented the component of features and technologies of portal more diversely in integrating library resources, services and access through a single point of entry. It has also becoming design a conceptual design knowledge portal for developing Ukrida’s Library.

Keywords: tacit knowledge, explicit knowledge, library resources, knowledge management, library portal, single entry point, conceptual portal design, library services and access.


(4)

Mengembangkan Perpustakaan Ukrida. Dibimbing oleh KUDANG BORO SEMINAR dan JANTI G. SUJANA

Ketersediaan teknologi informasi menjadi peluang untuk mengembangkan layanan perpustakaan. Teknologi portal perpustakaan memampukan perpustakaan untuk mengelola pengetahuan. Pengelolaan pengetahuan dapat difasilitasi dengan adanya sistem terintegrasi melalui portal. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengkaji secara teoritis dan praktis portal perpustakaan yang sudah ada untuk dijadikan landasan pengembangan portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida serta merancang desain konseptual portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif dengan melakukan pengamatan pada website perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Pilihan website perpustakaan perguruan tinggi mengacu pada metode pemeringkatan perguruan tinggi yaitu webometrics per Januari 2012. Tahapan penelitian dengan: (a) studi pustaka, (b)pengamatan pada enam website perpustakaan perguruan tinggi, (c) analisis komponen teknologi dan fitur portal yang diimplementasikan pada enam website perpustakaan perguruan tinggi seperti: halaman depan website perpustakaan, akun anggota dan teknologi autentifikasi, manajemen sitasi, teknologi resource linking (OpenURL link resolver), kategorisasi pengetahuan, antarmuka pencarian, sarana penelusuran, berita dan kegiatan perpustakaan, bantuan pustakawan, kolaborasi literasi informasi dan materi perkuliahan; (d) wawancara elektronik dengan pengelola website; (e) penulisan hasil; (f) rancangan desain konseptual.

Hasil pengamatan menunjukkan adanya kesamaan pada (a) informasi yang disajikan pada halaman depan website perpustakaan perguruan tinggi, (b) penggunaan aplikasi teknologi autentifikasi untuk mengakses layanan dan sumber elektronik berlisensi, (c) penggunaan manajemen sitasi dan penghubung sitasi, (d) ketersediaan berbagai sarana penelusuran yang dikaitkan dengan pengelompokan pengetahuan, (e) penggunaan jejaring sosial web 2.0 untuk penyampaian berita dan kegiatan perpustakaan, (f) bantuan pustakawan dengan berbagai sarana media, (g) kolaborasi literasi informasi dan materi perkuliahan.

Simpulan diketahui (1) Keenam website perpustakaan perguruan tinggi telah mengimplementasikan komponen fitur dan teknologi untuk memberi akses sumber pengetahuan dan layanan melalui satu titik akses, ketersediaan sistem terintegrasi dari beberapa sarana penelusuran yang dimiliki, (2) Hasil analisis enam website perpustakaan perguruan tinggi telah dijadikan landasan dalam mendesain secara konseptual pada komponen fungsional sebagai fitur utama portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida. Saran: (1) Perlu adanya implementasi desain konseptual portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida, (2) Pengembangan portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida tidak dapat berdiri sendiri tetapi perlu adanya kolaborasi perpustakaan dan fakultas untuk mensinergiskan aplikasi terintegrasi literasi informasi dan materi perkuliahan.

Kata kunci: sumber pengetahuan, manajemen pengetahuan, portal perpustakaan, titik masuk tunggal, layanan dan akses, desain konseptual


(5)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(6)

MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN UKRIDA

RIANA MARDINA MH

G652100025

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(7)

Nama NRP

Riana Mardina MH

G6s2r0002s

Disetujui

Komisi Pembimbing

Diketahui

Ketua Program Studi

Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

I

>ffi

, ^ . \ \ /

(vz

V T

Aziz Kusti)zo" S.Si. M.Kom

Ir. Janti G. Sujana. MA Anggota

!

I

2 4 OCi Zrln

o 1 1

t-t I"


(8)

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni s.d. September 2012 ini adalah Desain Konseptual Portal Pengetahuan untuk Mengembangkan Perpustakaan Ukrida.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc, dan Ibu Ir. Janti G. Sujana, MA, selaku pembimbing serta Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom. selaku ketua Program Studi Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan yang telah banyak memberikan saran dan motivasi. Disamping itu pula, penghargaan penulis sampaikan kepada Ena Sukmana dan Benirio (Perpustakaan ITB), Wahyu Supriyanto (Perpustakaan UGM), Sony Pawoko (Perpustakaan UI), Malgorzata Schaefer (Stanford University Libraries), Corinna Baksik (System Librarian Harvard Library), Remlee Green (User Experience Librarian MIT Libraries), yang telah membantu selama pengumpulan data. Penghargaan penulis sampaikan pada Pimpinan Ukrida dan YPTK Krida Wacana yang telah memberi penulis kesempatan untuk mengikuti program beasiswa S2. Ungkapan terima secara khusus penulis sampaikan kepada keluarga; Ibu Siti Nurningsih atas bantuannya dalam mengoreksi tulisan ini, sahabat-sahabat Budiman K, Rudianov, Lukman Halim, Untari, Herman Benyamin yang turut mendoakan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2012


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAUHULUAN...…….1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Basis Teori ... 6

2.1.1 Data dan Informasi ... 6

2.1.2 Pengetahuan ... 6

2.1.3 Manajemen Pengetahuan ... 12

2.1.4 Portal... 13

2.1.5 Portal Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 15

2.1.6 Komponen Teknologi dan Fitur Portal Perpustakaan Perguruan Tinggi . 17 2.1.7 Teknologi Mobile ... 26

2.1.8 Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Kerangka Pemikiran ... 32

3.2 Pendekatan Penelitian ... 32

3.3 Tata Laksana Penelitian... 33

3.4 Tahapan Penelitian ... 34

3.5 Prosedur Penelitian ... 35

3.6 Teknik dan Pengumpulan Data ... 35

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 36


(11)

Halaman

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Portal Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 37

4.1.1 Halaman Depan Website ... 37

4.1.2 Akun Anggota ... 46

4.1.3 Teknologi Autentifikasi ... 47

4.1.4 Manajemen Sitasi ... 49

4.1.5 Teknologi Penghubung OpenURL Link Resolver ... 51

4.1.6 Kategorisasi Pengetahuan ... 52

4.1.7 Sarana Penelusuran... 54

4.1.8 Antarmuka Pencarian ... 62

4.1.9 Media Penyampaian Berita dan Kegiatan Perpustakaan ... 64

4.1.10 Bantuan Pustakawan ... 66

4.1.11 Kolaborasi Literasi Informasi dan Materi Perkuliahan ... 68

4.2 Rancangan Portal Pengetahuan Perpustakaan Ukrida... 70

4.2.1 Teknologi Autentifikasi ... 77

4.2.2 Kategorisasi Pengetahuan ... 80

4.2.3 Sarana Penelusuran... 85

4.2.4 Bantuan Pustakawan ... 94

4.2.5 Berita Perpustakaan ... 102

4.2.6 Kalendar Kegiatan ... 104

5 SIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1 Simpulan ... 106

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tipe pengetahuan di perguruan tinggi ... 11

2 Halaman depan website ... 38

3 Fitur akun anggota ... …….46

4 Teknologi autentifikasi ... 47

5 Manajemen sitasi ... 50

6 Teknologi penghubung OpenURL Link Resolver ... 51

7 Kategorisasi pengetahuan ... 52

8 Sarana penelusuran ... 54

9 Antarmuka pencarian ... 63

10 Media penyampaian berita dan kegiatan ... 64

11 Bantuan pustakawan... 66


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Konversi pengetahuan model SECI ... 9

2 Bagan alir kegiatan penelitian ... 34

3 Konsep arsitektur informasi portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida ... …….72

4 Konsep halaman depan portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida ... 74

5 Konsep kebutuhan sistem autentifikasi ... 77

6 Konsep halaman depan akun anggota ... 78

7 Konsep penggunaan akun anggota ... 79

8 Konsep kategorisasi pengetahuan Ukrida ... 80

9 Konsep kategori koleksi tercetak ... 81

10 Konsep kategori sumber elektronik berlisensi ... 82

11 Konsep kategori jurnal internal Ukrida ... 83

12 Konsep kategori repositori Ukrida ... 84

13 Konsep antarmuka pencarian tunggal ... 86

14 Konsep integrasi lima sarana penelusuran ... 86

15 Konsep hasil pencarian antarmuka pencarian tunggal ... 87

16 Konsep hasil pencarian sarana penelusuran sumber elektronik berlisensi ... 88

17 Konsep antarmuka sarana penelusuran WebPAC & katalog induk InCU-VL . 89 18Konsep hasil pencarian sarana penelusuran WebPAC&katalog induk InCUVL ... 90

19 Konsep penggunaan personalisasi hasil pencarian ... 91

20 Konsep antarmuka pencarian tunggal sumber elekronik berlisensi ... 92

21 Konsep integrasi sumber elektronik berlisensi ... 92

22 Konsep hasil pencarian dan personalisasi sumber elektronik berlisensi ... 93

23 Konsep bantuan pustakawan ... 94

24 Konsep bantuan tanya kami ... 95

25 Konsep bantuan dalam bentuk chat ... 96

26 Konsep bantuan e-mail ... 96

27 Konsep bantuan manajemen sitasi ... 97

28 Konsep manajemen sitasi halaman hasil pencarian ... 98

29 Konsep pencarian artikel lengkap melalui penghubung sitasi ... 99


(14)

Halaman

31 Konsep integrasi literasi informasi dan materi perkuliahan ... 101

32 Konsep berita perpustakaan ... 102

33 Konsep kolaborasi melalui blog perpustakaan ... 103


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Halaman depan website perpustakaan UI ... 114

2 Halaman depan website perpustakaan UGM... 114

3 Halaman depan website perpustakaan ITB ... …….115

4 Halaman depan website perpustakaan Stanford University ... 115

5 Halaman depan website perpustakaan Harvard University ... 116


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi yang cepat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia maupun aktivitas organisasi. Kegiatan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi informasi salah satunya dapat dilihat pada pola pencarian sumber informasi elektronik yang meningkat dengan tajam dalam kurun lima tahun terakhir. Munculnya generasi ’Google-like’ merupakan satu bukti bahwa interaksi manusia dengan teknologi sudah terbentuk dengan cepat. Perpustakaan sebagai organisasi pendidikan, serta media interaksi antara pencari informasi dan penyedia sumber pengetahuan, seharusnya menata ulang pengelolaan pengetahuan yang ada agar tetap diminati oleh penggunanya. Pengelolaan pengetahuan berbasis teknologi informasi merupakan pilihan yang baik sejalan dengan majunya penggunaan internet yang mudah dijangkau.

Rowley (2009) menyatakan tujuan kegiatan perpustakaan perguruan tinggi dalam pengelolaan pengetahuan: (a) penciptaan repositori pengetahuan melalui karya-karya ilmiah yang dihasilkan oleh dosen, mahasiswa, peneliti; (b) untuk memperbaiki akses pengetahuan; (c) mengembangkan lingkungan pengetahuan; (d) mengelola pengetahuan sebagai aset. Pendapat Rowley merujuk dari fungsi perpustakaan itu sendiri sebagai sentra pengumpulan dan penyimpanan pengetahuan maupun penyebaran pengetahuan dan informasi. Seharusnya perpustakaan perguruan tinggi dapat merepresentasikan hubungan signifikan antara sumber-sumber pengetahuan dengan sivitas akademika.

Naylor dan Karp (2008) menyebutkan pustakawan seharusnya memberi perhatian pada layanan dan koleksi yang sudah disediakan agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal terutama dengan hadirnya tren pengadaan sumber-sumber elektronik, seperti e-journal, e-books, ataupun koleksi dalam bentuk elektronik lainnya. Kebutuhan pengadaan koleksi seperti itu menjadi pilihan wajib disediakan pustakawan dalam memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan perguruan tinggi untuk mendapatkan sumber pengetahuan terbaru.


(17)

Townley (2001) mengemukakan komponen perguruan tinggi seperti: perpustakaan dan pustakawan adalah media untuk menciptakan pengetahuan, meningkatkan efektivitas organisasi baik bagi orang-orang di dalam organisasi maupun bagi institusi bersangkutan.

Wei et al. (2004) menyatakan tren teknologi dalam perpustakaan diwarnai dengan layanan yang bersifat: (a) kustomisasi, artinya kesesuaian dengan karakteristik pengguna, (b) personalisasi, artinya pengguna dapat mengelola sendiri pengetahuan yang didapatkan, sehingga layanan perpustakaan berorientasi pada pengguna lebih disukai karena ketersediaan layanan sesuai dengan kebutuhannya.

Ukrida (Universitas Kristen Krida Wacana) berdiri pada tanggal 20 Januari 1967 sebagai lembaga pendidikan tinggi di bawah naungan Sinode GKI Jabar. Sebagai wujud pelayanan gereja, maka Ukrida berusaha menuju dan mewujudkan kehidupan sebagai lembaga yang dinamis, berguna bagi masyarakat, bangsa dan gereja dengan memiliki VISI untuk menjadi lembaga pendidikan Tinggi Kristen yang unggul di Indonesia, dan didukung MISI untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi berkualitas yang didasarkan pada nilai-nilai kristiani yang menghasilkan profesional mandiri.

Perpustakaan Ukrida mengelola sumber pengetahuan dalam bentuk explicit knowledge seperti: buku, tugas akhir, koleksi digital lokal, laporan penelitian, karya ilmiah dosen, makalah seminar internal Ukrida, prosiding, orasi ilmiah, majalah, jurnal ilmiah, electronic journal, dan sebagainya. Sumber-sumber pengetahuan tersebar dalam empat lokasi: perpustakaan kampus I (Tanjung Duren); kampus II (Arjuna Utara), kampus III (Kelapa Gading); kampus IV (Lippo Cikarang). Kekayaan sumber pengetahuan tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh sivitas akademika Ukrida, tetapi oleh masyarakat luar Ukrida

Pengembangan perpustakaan tidak hanya dipengaruhi faktor kemandirian perpustakaan itu sendiri, tetapi perlunya membangun jejaring dengan perpustakaan perguruan tinggi lainnya untuk berbagi sumber antar perpustakaan sehingga dapat digunakan oleh pengguna perpustakaan lainnya. Perpustakaan Ukrida menjadi anggota konsorsium perpustakaan perguruan tinggi Kristen se-Indonesia dalam wadah InCU-VL (Indonesian Christian Universities Virtual


(18)

Library) sejak tahun 1997. Keberadaan kerjasama InCU-VL hingga saat ini, selain dalam pelatihan, seminar dan pertemuan tahunan, juga telah tersedia katalog induk bersama berbasis web yang dapat digunakan oleh anggota konsorsium InCU-VL.

Perpustakaan Ukrida mengelola sumber-sumber pengetahuan yang ada hingga saat ini terbatas dalam bentuk explicit knowledge. Pemanfaatan sumber pengetahuan dan layanan perpustakaan lebih banyak dalam kunjungan fisik atau datang langsung ke meja layanan perpustakaan. Akses ke sumber pengetahuan secara online difasilitasi melalui website Perpustakaan Ukrida. Keberadaan website Perpustakaan Ukrida masih sebatas penyampaian informasi. Demikian pula fasilitas terintegrasi untuk mengakses sumber-sumber pengetahuan belum tersedia, sehingga sumber-sumber pengetahuan tersebut diakses melalui titik akses secara terpisah. Tidak hanya itu, Perpustakaan Ukrida belum memberikan layanan bersifat personal kepada sivitas akademika Ukrida dalam mendukung pengembangan keilmuannya.

Dalam menghadapi masalah tersebut, maka diperlukan dukungan teknologi informasi yang mampu mengelola, mengintegrasikan sumber-sumber pengetahuan, menyediakan akses dan layanan berbasis web melalui saluran terpusat untuk memenuhi kebutuhan pengguna Perpustakaan Ukrida.

Ketersediaan teknologi informasi terutama internet seharusnya dijadikan peluang untuk mengembangkan layanan perpustakaan. Seperti yang dikemukakan Daigle dan Cuocco (2002); Wei et al. (2004), portal adalah tools atau pintu masuk atau gerbang khusus yang menghantarkan pengguna kepada sumber-sumber di web yang luas, dengan karakteristik seperti fasilitas bagi pengguna dapat menemukan semua konten dalam web yang dibutuhkan, berpusat pada pengguna; mengijinkan penggguna untuk mengorganisasikan sejumlah informasi sesuai dengan kebutuhannya. Konsep ini senada dikemukakan Paloti et al. (2000) bahwa ketersediaan teknologi portal perpustakaan seharusnya memampukan perpustakaan mengumpulkan, berbagi dan menyebarkan pengetahuan melalui pertemuan kelompok; diskusi film, program pelatihan; seminar/workshop/video konferensi dan sebagainya. Perpustakaan perlu memberi perhatian pada sumber-sumber pengetahuan, karena akses pada sumber-sumber pengetahuan dipengaruhi


(19)

karakteristik platform sumber pengetahuannya. Perbedaan platform berbagai sarana penelusuran tidak menghalangi pengguna dalam mencari dan mendapatkan informasi dan layanan dengan cepat dan mudah.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah untuk mencapai tujuan yaitu: Bagaimanakah desain portal pengetahuan yang memberikan akses dan layanan terintegrasi untuk mengembangkan Perpustakaan Ukrida?.

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengkaji secara teoritis dan praktis portal perpustakaan perguruan tinggi yang sudah ada untuk dijadikan landasan pengembangan portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida.

2. Merancang desain konseptual portal pengetahuan untuk mengembangkan Perpustakaan Ukrida.

1.4 Ruang lingkup penelitian

1. Mengidentifikasi website perpustakaan perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang sudah mengembangkan portal perpustakaan.

2. Analisis teknologi dan fitur portal perpustakaan dari website perpustakaan perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

3. Merancang desain konseptual portal pengetahuan difokuskan pada komponen-komponen fungsional yang menjadi fitur utama dari portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida.

1.5 Manfaat penelitian

1. Memberikan dasar kebijakan bagi pimpinan Ukrida dalam mengembangkan portal pengetahuan sebagai pijakan untuk mengembangkan Perpustakaan Ukrida berbasis pada pengetahuan.


(20)

2. Memberikan landasan konseptual yang diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perpustakaan perguruan tinggi lainnya dalam mengembangkan portal perpustakaan berbasis pada pengetahuan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Teori

2.1.1 Data dan Informasi

Pengertian data menurut Ackoff yang dikutip Rowley (2004) dan Bellinger et al. (2004) adalah simbol. Davenport dan Prusak (1998) mendefinisikan data sebagai kumpulan fakta, obyek yang berlainan tentang kejadian. Dalam konteks organisasi, data digambarkan sebagai suatu rekaman dari transaksi-transaksi yang terstruktur yang tidak memberi makna.

Informasi (Davenport dan Prusak, 1998) adalah data yang dikelola dan memberi manfaat bagi pemakainya, serta memberi impak pada keputusan atau perilaku penerima informasi tersebut. Menurut Peter Drucker yang dikutip Guritno et al. (2011) informasi memiliki makna yang ditimbulkan oleh relevansi dan tujuan yang diberikan dari penciptanya. Dengan demikian informasi adalah data yang telah dikelola, diberi makna sehingga memberi manfaat bagi pemakainya.

Davenport dan Prusak (1998) berpendapat data menjadi informasi setelah melalui tahapan sebagai berikut:

a) kontekstualisasi: mengetahui tujuan data dikumpulkan.

b) kategorisasi: mengetahui unit analisis atau komponen utama dari data. c) kalkulasi: data telah dianalisis secara matematis atau statistik.

d) koreksi: kesalahan telah dikeluarkan dari data.

e) kondensasi: data telah disarikan dalam bentuk yang lebih ringkas.

2.1.2 Pengetahuan

Rowley (2009) mengemukakan relasi antara data, informasi dan pengetahuan sebagai berikut: data ditandai sebagai objek fakta atau pengamatan yang tidak terorganisasikan, diproses dan tidak memiliki arti atau nilai karena kurangnya konteks dan interpretasi. Sedangkan informasi digambarkan sebagai data yang terstruktur dan diorganisasikan yang telah diproses sehingga informasi menjadi relevan dengan suatu maksud atau konteks, memiliki arti, bernilai,


(22)

berguna dan relevan. Pengetahuan didefinisikan sebagai konsep yang sukar dipahami dan sulit didefinisikan terutama pengetahuan yang berada dalam benak seseorang.

Informasi dapat diubah menjadi pengetahuan melalui beberapa metode (Davenport & Prusak, 1998) seperti:

a. Comparasion (perbandingan): bagaimana informasi tentang situasi yang ada dibandingkan dengan situasi yang telah diketahui.

b. Consequences (konsekuensi): apa implikasi dari informasi untuk pengambilan keputusan.

c. Connections (hubungan): bagaimana menghubungkan pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain.

d. Conversation (percakapan): apa yang dipikirkan orang-orang tentang informasi ini.

Pengetahuan disampaikan melalui media terstruktur seperti buku, dokumen, dan kontak antar individu dari percakapan hingga kegiatan pemagangan atau aktivitas organisasi. Davenport & Prusak (1998) mengemukakan pengetahuan adalah campuran dari pengalaman, nilai-nilai, informasi, kontekstual dan pemikiran para ahli yang menyediakan suatu framework untuk melakukan evaluasi dan penggabungan pengetahuan dan informasi baru. Pengetahuan berasal dan diterapkan dalam pikiran pemilik pengetahuan. Pengetahuan dalam suatu organisasi, tidak hanya terkandung dalam dokumen atau repositori, tetapi terdapat dalam aktivitas rutin organisasi, proses, praktek dan norma-norma.

Pengetahuan menurut Von Krough, Ichiyo, Nonaka serta Chun Wei Choo seperti yang dikutip Setiarso et al. (2009): (a) kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan, (b) sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan (tacit), (c) penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan, (d) penciptaan inovasi yang meliputi tahapan: berbagi pengetahuan terpikirkan (tacit), menciptakan konsep, membenarkan konsep, membangun prototipe serta melakukan penyebaran pengetahuan. Berdasarkan pada pernyataan di atas pengetahuan dapat menghasilkan suatu inovasi. Seperti yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi


(23)

bahwa keberhasilan perusahaan Jepang ditentukan dari keterampilan dan kepakaran pekerja Jepang dalam menciptakan pengetahuan bagi organisasinya.

Rowley (2009) menyebutkan informasi dan pengetahuan digunakan untuk berbagai tujuan seperti: pengambilan keputusan, pemecahan masalah, hubungan interpersonal dan komunikasi, sebagai hiburan, kepentingan warga negara, memperluas efektivitas bisnis dan profesi, kinerja dan pencapaian sukses. Pengetahuan menurut Zeleny seharusnya dihubungkan dengan sebuah perbedaan pengamatan dari keseluruhan obyek yang muncul dari latar belakang pengalaman koheren serta sekumpulan konsisten diri dari aksi yang terkoordinasi (Polanyi 2007).

Hierarki DIKW (data, information, knowledge, wisdom) menurut Ackoff yang dikutip Rowley (2009):

 Data didefinisikan sebagai simbol yang merepresentasikan suatu kepemilikan obyek, kejadian atau lingkungannya, sebagai suatu hasil pengamatan

 Informasi adalah yang disimpulkan dari data. Perbedaan data dan informasi pada fungsinya.

 Pengetahuan adalah mentransformasikan informasi ke dalam instruksi.  Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk menambah efektivitas, yang

memberi nilai tambah serta mensyaratkan fungsi mental yang disebut penilaian.

Gamble dan Blackwell yang dikutip Polanyi (2007) menggambarkan hierarki DIKW untuk konsep data, informasi, pengetahuan dan wisdom. Pengetahuan sebagai suatu tahap menuju wisdom. Definisi informasi direlasikan dengan hubungan pengetahuan, dan wisdom sebagai kemampuan untuk membuat keputusan.

Polanyi yang dikutip Tobing (2007) membagi pengetahuan dalam dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan personal knowledge yang tertanam dalam pikiran manusia, seperti cara berpikir, pengalaman, intuisi, judgement, skill, values, dan belief. Polanyi menyatakan tacit knowledge tidak mudah diformalisasikan, diekspresikan atau dibagikan kepada orang lain, karena tacit knowledge berada dalam benak pemilik pengetahuan.


(24)

Sedangkan explicit knowledge adalah pengetahuan yang bisa dikodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk lainnya, dapat ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan sarana teknologi informasi.

Menurut Nonaka dan Takeuchi, penciptaan pengetahuan dalam organisasi dapat terjadi dengan adanya interaksi (konversi) antara tacit knowledge dan explicit knowledge (Setiarso et al. 2009). Organisasi akan memperoleh nilai tambah dari pengetahuan bila tacit knowledge diubah menjadi explicit knowledge, karena dengan melakukan kodifikasi pada tacit knowledge, maka tacit knowledge berfungsi sebagai panduan untuk mengidentifikasi siapa yang memiliki knowledge, atau dimana knowledge itu tersedia.

Pengetahuan tacit dapat dikonversikan menjadi explicit dan sebaliknya, melalui empat proses, yaitu Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi dan Internalisasi. Proses konversi pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti model SECI (Gambar 1).

Gambar 1 Konversi pengetahuan model SECI (SECI Model, Nonaka & Takeuchi, 1998)

Nonaka dan Takeuchi dalam Tobing (2007) menyatakan konversi pengetahuan melalui empat proses:

a) Sosialisasi merupakan proses sharing dan penciptaaan tacit knowledge menjadi tacit knowledge melalui interaksi dan pengalaman langsung. Transfer


(25)

pengetahuan dalam proses sosialisasi misalnya dalam aktivitas diskusi atau pertemuan rutin. Melalui pertemuan seperti ini, proses berbagi pengetahuan dapat diciptakan. Setiarso et al. (2009) menyatakan pertemuan bulanan sebaiknya dituangkan dalam bentuk tulisan dan terdokumentasikan (notulen) sehingga dapat memunculkan pengetahuan explicit. Daneshgar et al. (2008) dan Stover (2004) menyatakan implementasi proses sosialisasi dalam perpustakaan dapat dikelola melalui diskusi kelompok antar pustakawan, pustakawan sebagai fasilitator diskusi dosen dan mahasiswa atau para ahli (expert) dengan pengguna. Pilihan sarana teknologi untuk memfasilitasi proses sosialisasi seperti blog perpustakan, e-mail, jejaring sosial, forum diskusi online, dan online chat reference service.

b) Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge melalui proses dialog dan refleksi yang jelas. Transfer pengetahuan dapat dilakukan melalui bentuk tulisan formal yang mudah dipahami oleh orang. Publikasi buku, artikel jurnal dari para ahli, sebagai contoh dari konversi tacit menjadi explicit knowledge. Dengan proses ekternalisasi, pihak yang berkepentingan dapat menggunakan kembali pengetahuan tersebut. Daneshgar et al. (2008) mengemukakan implementasi proses eksternalisasi dalam perpustakaan seperti kumpulan pertanyaan dan jawaban (FAQ databases) yang didapatkan dari tacit knowledge pengguna dan pustakawan dan disimpan dalam pangkalan data. Tacit knowledge tersebut dikelola sehingga mudah ditelusur melalui sistem temu balik. Stover (2004) menyatakan tacit knowledge dikodifikasi menjadi explicit knowedge untuk mengefektifkan layanan pengguna, seperti penyediaan panduan tercetak dan panduan online seperti penggunaan perpustakaan, penelusuran informasi di internet dan sebagainya.

c) Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi explicit knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan informasi. Transfer pengetahuan dalam fase ini ketika explicit knowledge yang sudah didokumentasikan dalam bentuk tulisan, digunakan sebagai rujukan dalam membuat suatu tulisan (explicit knowledge yang baru).


(26)

Daneshgar et al. (2008) mengemukakan implementasi proses kombinasi dalam perpustakaan seperti penyediaan bibliografi subyek.

d) Internalisasi merupakan proses konversi explicit knowledge emenjadi tacit knowledge. Daneshgar et al. (2008) mengemukakan salah satu implementasi proses internalisasi dalam perpustakaan seperti hasil pengamatan perilaku pengguna perpustakaan dalam waktu tertentu dapat menghasilkan ide baru untuk mengembangkan layanan perpustakaan.

Wijetunge (2002) menyatakan terdapat empat tipe pengetahuan dalam perguruan tinggi: external tacit knowledge, internal tacit knowledge, external explicit knowledge dan internal explicit knowledge (Tabel 1).

Tabel 1 Tipe pengetahuan di perguruan tinggi

a. Internal tacit knowledge, yaitu pengetahuan yang tertanam dalam pikiran individu, diperoleh melalui pengalaman bekerja, termasuk penelitian, pengajaran dan aktivitas operasional. Individu dalam perguruan tinggi seperti pekerja yang berpengalaman (dosen, peneliti) yang memiliki pengetahuan misalnya: prosedur kerja, aturan dan regulasi.

b. External tacit knowledge, yaitu pengetahuan personal pada perguruan tinggi dalam bentuk pengetahuan keahlian seperti layanan personal, para ahli bidang subyek tertentu, dan orang-orang yang menyediakan keahlian bagi universitas. c. Internal explicit knowledge, yaitu pengetahuan dalam bentuk laporan-laporan, manual petunjuk (pedoman), silabus kuliah, tesis, pangkalan data, hasil pertemuan dan berbagai tipe pengetahuan yang secara umum dihasilkan dari perguruan tinggi. Pekerja di perguruan tinggi yang menyediakan fungsi pendukung dapat menghasilkan pengetahuan eksplisit yang signifikan dengan

Jenis Pengetahuan Internal External

Tacit Internal tacit knowledge

External tacit knowledge Explicit Internal explicit

knowledge

External explicit knowledge


(27)

berbagai bidang seperti layanan mahasiswa, manajemen penerimaan mahasiswa, layanan komputer, dukungan penelitian, serta perencanaan fisik. d. External explicit knowledge, pengetahuan dalam bentuk buku, jurnal, laporan

penelitian, CD/DVD dan berbagai media yang diproduksi di luar perguruan tinggi. Jenis pengetahuan seperti ini tersedia sebagai koleksi perpustakaan. e. External tacit knowledge, yaitu pengetahuan personal tacit pada perguruan

tinggi dalam bentuk pengetahuan keahlian seperti layanan personal, para ahli bidang subyek tertentu, dan orang-orang yang menyediakan keahlian bagi universitas.

Dari keempat tipe pengetahuan di perguruan tinggi di atas, jelas tergambarkan bahwa pengetahuan merupakan produk utama dari perguruan tinggi. Pengetahuan tidak hanya dalam bentuk dokumen seperti laporan penelitian, media publikasi lainnya tetapi berada dalam pikiran individu yang bekerja dan menggunakan keahliannya di perguruan tinggi.

2.1.3 Manajemen Pengetahuan

Tiwana (2000) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai proses pengelolaan aset pengetahuan yang dimiliki organisasi dalam bentuk tacit dan explicit knowledge. Davenport et al. (1998) menyatakan manajemen pengetahuan sebagai proses penciptaan, akuisisi, pengemasan dan penggunaan kembali pengetahuan.

Townley (2001) mengindentifikasikan empat tipe obyek proses manajemen pengetahuan untuk (a) menciptakan repositori pengetahuan, (b) memperbaiki akses pengetahuan, (c) meningkatkan lingkungan pengetahuan, serta (d) mengelola pengetahuan sebagai aset.

Witujenge (2002) menyebutkan penerapan manajemen pengetahuan dalam perguruan tinggi dibagi dalam tiga kelompok a) basis data pengetahuan dan repositori (explicit knowledge), b) pengetahuan route map dan direktori (tacit dan explicit knowledge), serta c) jaringan pengetahuan (knowledge networks) dan diskusi (tacit knowledge).


(28)

Yong dan Abas (2010) menyatakan manajemen pengetahuan memiliki kapabilitas dalam berbagi dan transfer pengetahuan dalam perpustakaan perguruan tinggi, karena pengguna perpustakaan dianggap memiliki keahlian dalam menciptakan pengetahuan. Kidwell et al. (2000) menyebutkan manajemen pengetahuan memiliki manfaat yang penting bagi pendidikan tinggi, karena memberi peluang pada dukungan kapabilitas pengambilan keputusan, mengurangi pengembangan produk yang memiliki siklus (misalnya: pengembangan kurikulum dan penelitian) sehingga meminimalkan pengulangan atau duplikasi, memperbaiki layanan administrasi dan akademi, rencana strategis, proses penelitian, pengembangan kurikulum serta mengurangi biaya lainnya.

Townley (2001) menyatakan perpustakaan perguruan tinggi sebenarnya telah mengimplementasikan prinsip-prinsip manajemen pengetahuan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkan pengetahuan. Perpustakaan perguruan tinggi memfasilitasi hadirnya kesempatan untuk menciptakan pengetahuan untuk dapat meningkatkan efektivitas organisasi, baik untuk perpustakaan itu sendiri maupun perguruan tingginya, memperluas peran perpustakaan dalam komunitas akademi serta memperkuat relasi dengan unit di dalam dan luar perguruan tinggi.

Sarrafzadeh et al. (2010) mengemukakan tujuan manajemen pengetahuan dalam perpustakaan untuk mempromosikan inovasi pengetahuan, mempererat hubungan antara perpustakaan dengan pengguna, memperkuat knowledge internetworking serta mempercepat aliran pengetahuan.

2.1.4 Portal

Salah satu sarana pada sistem manajemen pengetahuan (knowledge management system) yang dapat diimplementasikan pada perpustakaan perguruan tinggi yaitu teknologi portal. Daigle (2002); Jackson (2002); McMenemy (2005); Laour (2009); Pendit (2008); Strauss (2000); Rowley (2009) menyatakan portal sebagai (a) media untuk mengorganisasikan pengetahuan dalam lingkungan digital, (b) pintu masuk menuju yang menghantarkan pengguna kepada sumber-sumber di web, (c) sebagai penghubung yang memungkinkan pengguna dapat menemukan semua konten dalam web yang dibutuhkan, (d) menyediakan


(29)

fitur-fitur yang berpusat pada pengguna, (e) memfasilitasi sejumlah informasi yang ada di internet sehingga dapat diorganisasikan dan mampu diakses melalui satu titik masuk. Karakteristik portal yang signifikan berupa (1) ketersediaan fitur pencarian informasi pada pangkalan data secara simultan, (2) ketersediaan autentifikasi, (3) personalisasi, (4) kustomisasi pada sumber pengetahuan dan mencari informasi yang secara personal untuk digunakan, (5) integrasi berbagai sistem, (6) memfasilitasi terciptanya komunitas.

Portal berbasis web sebagai sarana single-point-access dengan sistem yang menyediakan akses cepat; sarana manajemen pengetahuan dalam mengakses, menciptakan dan mentransfer informasi dan pengetahuan melalui satu titik akses.

Sejalan dengan pendapat di atas, portal menurut Boss (2002); Franklin (2006); Mack et al. (2001); Rowley yang dikutip Deegan dan Tanner (2002) merupakan aplikasi berbasis web dengan akses tunggal dan ketersediaan berbagai karakteristik: (a) layanan dengan nilai tambah seperti direktori, pencarian informasi, tautan ke website yang berdekatan, (b) antarmuka yang menyediakan akses ke multi sumber informasi berbeda, baik internal, eksternal maupun keduanya, (c) adaptive (sesuai dengan kondisi komunitas), (d) desktop oriented (bersifat multi-tasking), (e) personalisasi, (f) kustomisasi, (g) fitur single-search interface, (h) user authentication, (i) resource linking, misalnya protokol OpenURL, (j) content enhancement.

Portal dan website pada prinsipnya memiliki kesamaan dalam penyajian informasi. Perbedaan portal dan website, portal bersifat user-centric, artinya portal dibangun dengan komunitas yang spesifik dan ada interaksi secara personal antara individu dengan organisasinya; adanya kebutuhan dan teknologi manajemen identifikasi pengguna. Website bersifat owner-centric, artinya dibangun sebagai organisasi dan lebih banyak penayangan informasi. Portal disebut juga private website, artinya website yang memilikikarakteristik pengguna tertentu (Calhoun, (2002); Emmott (2006); Pendit (2008).

Fungsi portal menurut Cox (2003) adalah (a) browsable berdasarkan pada subyek dan dapat dicari dari database yang tersedia, (b) cross-searching dari berbagai sumber tanpa dibatasi oleh protokol pencarian format metadata, (c) pengurutan hasil pencarian, menyimpan hasil pencarian dan autentifikasi yang


(30)

mudah, (d) penggunaan protokol OpenURL sebagai penghubung sitasi yang menghantarkan pengguna dalam mencari sitasi dari suatu artikel dalam sumber-sumber pengetahuan elektronik berlisensi.

2.1.5 Portal Perpustakaan Perguruan Tinggi

Mack et al. (2001) menyatakan portal pengetahuan adalah sistem perangkat lunak dengan menyediakan akses tunggal dengan mudah dan mendukung komunitas dari pekerja pengetahuan sehingga dapat berbagi pengetahuan bersama. Pernyataan Mack di atas mengacu pada aspek teknologi dengan mengutip pendapat Prusak, bahwa portal sebagai manajemen pengetahuan yang dihubungkan dengan semua perangkat, teknologi diarahkan organisasi dengan harapan agar pengetahuan tersedia bagi orang yang membutuhkan pengetahuannya. Pengembangan portal pengetahuan seperti yang dilakukan Neubauer dan Piguet (2009) dalam mengevaluasi proyek bersama antara ETH Libraries (Libraries of the Swiss Federal Institute of Technology Zurich) dan ExLibris. Keduanya menyebutkan terdapat beberapa aspek yang perlu dicermati dalam evaluasi pengembangan portal pengetahuan (a) spesifikasi konten yang harus dipresentasikan dalam paket informasi, (b) proses autentifikasi harus sesuai dengan prosedur single sign on, dan (c) integrasi dengan sumber internal dan eksternal universitas.

Pendapat lain tentang karakteristik portal dikemukakan Dahl et al. (2006); Davies (2006); McMenemy (2005); Wei Pan et al. (2004) yaitu ketersediaan (a) pencarian layanan dan sumber-sumber (resource discovery), (b) personalisasi dan kustomisasi, (c) common search interfaces, (d) pencarian silang dari berbagai sumber berbeda secara simultan (federated search), (e) manajemen sitasi, (f) autentifikasi/otorisasi, (g) statistik penggunaan portal perpustakaan sebagai pengukuran efektivitas layanan portal, (h) layanan proxy untuk akses pada konten informasi yang berlisensi, (i) fitur foto yang dapat menghubungkan dengan komunitas yang dituju sehingga memberi kenyamanan dalam mengakses, (j) fasilitas forum dan chatting, (k) vote section berupa fitur yang disediakan bagi pengguna untuk memilih topik yang sesuai dengan keinginannya, (l) berita terbaru, (m) competitions, yaitu kompetisi periodikal (bulanan, tahunan) dengan


(31)

berbagai hadiah menarik sebagai insentif kunjungan portal secara kontinyu, (n) kalendar interaktif, yang memungkinkan pengguna menempatkan suatu kegiatan dalam portal, (o) direktori berupa daftar organisasi dengan data yang lengkap sehingga pengguna dapat mencari informasi yang sesuai dengan minatnya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Zhou (2003); McDonald (2004); Brophy (2005) menyebutkan portal perpustakaan perguruan tinggi memiliki karakteristik (a) single point of entry pada sumber informasi dengan teknologi web, (b) memiliki tipe pengguna (dosen, mahasiswa, peneliti, staf), (c) bersifat personalisasi, (d) mudah digunakan, (e) akses dari berbagai tempat tanpa batasan waktu, (f) ketersediaan sistem informasi perpustakaan (misal: sirkulasi, katalog), (g) akses pada e-journal, e-books, remote database, resource pathfinders, karya ilmiah institusi, (h) terintegrasi antara layanan perpustakaan dengan materi perkuliahan, sivitas akademika, penelitian, dan materi pembelajaran, (i) informasi umum perpustakaan, (j) daftar website terseleksi, serta (k) menu saran.

LiLi (2006) mengemukakan pustakawan harus memberi perhatian utama pada pemahaman pada teknologi berbasis web untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan seperti (a) peranan perpustakaan perguruan tinggi, (b) dukungan dana, (c) sumber-sumber informasi, (d) akses informasi, (e) layanan informasi. Keberadaan portal diharapkan agar layanan perpustakaan berbasis web dapat diakses melalui satu pintu dengan berbagai tipe format melalui saluran dinamis.

Zhou (2003) menyatakan portal perpustakaan perguruan tinggi dapat memiliki nilai strategis bila (a) memiliki komunitas tersendiri, berbeda dengan komunitas perguruan tinggi lainnya, (b) peluang bisnis sebagai salah satu sumber pembiayaan dengan bermitra dengan portal e-commerce ataupun layanan online berbayar, (c) aliansi dengan perpustakaan lainnya.

Neubauer dan Piguet (2009) mengemukakan dalam mendesain portal pengetahuan, perpustakaan perlu memperhatikan hal:

a. Berorientasi pada pengguna (user-orientation), karena pengguna mampu mendefinisikan kebutuhan informasi.


(32)

b. Struktur prototipe dari portal yang akan datang dituangkan dalam dokumen dapat memperlihatkan fungsi dan konten yang penting. Dalam hal ini struktur informasi portal.

c. Solusi yang ditekankan pada cara mencari informasi dan menemukan informasi yang relevan.

Tujuan akhir dengan ketersediaan portal perpustakaan bagi pengguna untuk meminimalkan waktu dan biaya dalam mengakses sumber pengetahuan dan layanan perpustakaan. Hal ini menjadi masukan bagi perpustakaan bila mengembangkan portal perpustakaan sehingga terpenuhinya harapan pengguna datang ke suatu tempat yang menyenangkan dan memperoleh sumber pengetahuan yang benar melalui ketersediaan portal perpustakaan.

Sistem dan proses kerja portal perpustakaan berbasis teknologi web harus berdasar pada link yang dinamis dan memiliki tingkat skalabilitas yang baik. Franklin (2002) dan Boss (2006) menyebutkan pengembangan portal sebaiknya menggunakan aplikasi open source, sehingga ada keleluasaan untuk mengembangkan fitur sesuai keinginan perpustakaan atau customizable web interfaces dengan penggunaan graphical user interface (GUI) maupun terbukanya peluang untuk berdiskusi sesama pengembang aplikasi portal berbasis open source. Beberapa aplikasi perangkat lunak untuk portal perpustakaan: Lexis-Nexis, Auto-Graphics, Fretwell-Downing Informatics, MuseGlobal, and WebFeat, GaleNet dan sebagainya.

Kebermanfaatan portal perpustakaan seharusnya memberi nilai tambah pada pengetahuan tersebut. Portal perpustakaan dapat dikatakan sebagai portal yang sempurna (well-rounded portal) bila portal merupakan bagian dari strategi untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam lingkungan yang berjejaring, strategi yang benar untuk meningkatkan layanan perpustakaan.

2.1.6 Komponen Teknologi dan Fitur Portal Perpustakaan Perguruan Tinggi

Butters (2003) mengemukakan secara teknis portal adalah layanan jaringan yang menyatukan konten dari berbagai sumber-sumber yang tersebar dengan


(33)

menggunakan teknologi seperti (a) cross-searching atau lintas pencarian, (b) harvesting; (c) perangkat pengingat (alerting) dan menggabungkan semua hasil dan ditampilkan bagi pengguna dengan menggunakan web browser. Adakalanya informasi yang disampaikan berupa tautan-tautan ke bahan-bahan perkuliahan.

Bila dilihat hampir sebagian besar portal perpustakaan perguruan tinggi terintegrasi dengan portal universitas (sistem akademik, kepegawaian, keuangan, dan sebagainya).

Portal tidak hanya sekedar website bersifat penyampaian informasi atau profil organisasi, tetapi portal perpustakaan perguruan tinggi dibangun dengan komunitas yang spesifik yaitu mahasiswa, staf, dosen, peneliti. Pengembangan portal perpustakaan perlu memperhatikan aspek: pengorganisasian sumber-sumber informasi elektronik, penggunaan teknologi antarmuka pencarian, autentifikasi, personalisasi dan kustomisasi.

Dari berbagai pendapat di atas, disimpulkan bahwa portal perpustakaan perguruan tinggi merupakan portal yang mengelola sumber-sumber pengetahuan, ketersediaan integrasi beberapa sistem baik sistem pencarian maupun layanan, akses melalui titik masuk tunggal yang dilengkapi dengan berbagai fitur dan komponen teknologi portal lainnya.

Berikut di bawah ini penjelasan komponen teknologi dan fitur portal perpustakaan perguruan tinggi:

1. Informasi umum perpustakaan

Informasi umum perpustakaan berisi profil perpustakaan, seperti sejarah perpustakaan, lokasi, jenis layanan, jenis koleksi, jam layanan, bantuan pustakawan dan sebagainya. Penyampaian profil perpustakaan merupakan syarat utama dalam menyampaikan keberadaan perpustakaan sebagai penghubung informasi antara perpustakaan dengan pengguna.

2. Single sign on dan teknologi autentifikasi

Covet (2003) dan Pendit (2008) menyebutkan autentifikasi merupakan proses identifikasi seseorang dengan mensyaratkan terlebih dahulu memasukkan kode pengenal dan kata sandi pada sistem komputer. Proses autentifikasi mengijinkan seseorang dapat mengakses suatu fasilitas atau


(34)

menu dalam suatu aplikasi atau sumber-sumber pengetahuan. Komponen autentifikasi berkaitan erat dengan personalisasi dan kustomisasi melalui keleluasaan yang diberikan sistem komputer bagi pengguna untuk melakukan aktivitas pada sistem komputer. Penggunaan autentifikasi biasanya berhubungan dengan koleksi atau layanan tertentu seperti mengakses electronic journal yang dilanggan.

Proses autentifikasi dapat dilakukan dengan identitas keanggotaan di institusi ataupun berdasarkan pada kesepakatan afiliasi dengan organisasi tertentu. Autentifikasi bisa melalui identifikasi pada alamat situs institusi (IP Address) atau melalui jaringan terbatas seperti proxy server dengan pengaturan dari dalam atau luar institusi. Pendit (2008) menyebutkan autentifikasi yang terpusat merupakan solusi bagi penggunaan fasilitas yang disediakan dalam portal. Beberapa perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi autentifikasi seperti Shibboleth, Kerberos, Athens.

3. Layanan pembatasan akses (proxy services)

Layanan proxy disediakan untuk akses pada sumber pengetahuan elektronik berlisensi (dilanggan). Proxy server merupakan teknologi server yang ditempatkan antara aplikasi dan klien dan server yang menyampaikan layanan kepada pengguna. Salah satu teknologi proxy yang banyak digunakan dalam teknologi autentifikasi adalah Virtual Private Network (VPN).

4. Sistem pencarian

Sistem pencarian meliputi (a) sistem antarmuka tunggal yang menyediakan akses ke multi sumber pengetahuan yang berbeda (single-search interface), (b) pencarian dengan strategi federated search secara simultan pada beberapa basisdata elektronik. Ketersediaan sistem-sistem terintegrasi baik dari beberapa sarana penelusuran maupun layanan perpustakaan merupakan inti layanan portal perpustakaan. Sistem pencarian terintegrasi memfasilitasi pengguna untuk mengakses melalui titik yang saling terhubung. Salah satu adanya keterpakaian sumber pengetahuan melalui penyediaan sarana


(35)

penelusuran yang baik. OCLC (Online Computer Library Center) menyatakan dalam risetnya pada tahun 2005 terdapat 84% orang memilih mesin pencari (search engine) dan hanya 1% orang memilih website perpustakaan sebagai sumber informasi dalam pencarian informasi.

Fenomena mesin pencari Google yang mampu mengumpulkan ribuan sumber informasi di internet dan menampilkan hasil pencarian dengan perangkingan berdasarkan tingkat kerelevanan topik yang mendekati apa yang dicari pengguna, menjadi rujukan bagi perpustakaan perguruan tinggi dalam mengembangkan sistem pencarian. Seperti hasil riset OCLC pada tahun 2005 terdapat 62% orang memilih Google sebagai mesin pencari dari 20 mesin pencari yang lain. Riset ini menunjukkan Google merupakan pilihan utama sebagai sarana penelusuran dalam pencarian informasi. Swanson dan Green (2011) mengemukakan hasil pencarian Google lebih mudah ditemukan, karena melalui satu tahap pencarian dan hal itu menjadikan pertimbangan orang dalam mencari informasi di internet. Boyd et al. (2006) menyatakan model pencarian Google yang disebut Google-like single box, memberi kesempatan bagi pengguna memasukkan kata kunci melalui satu kotak pencarian. Fungsi kerja mesin pencari Google dengan pencarian antarmuka tunggal disertai kelebihan pada hasil pencarian yang mendekati apa yang dibenak pengguna, menjadi pertimbangan dalam mendesain sistem pencarian maupun antarmuka pencarian. Meskipun tetap ada pilihan, seperti pencarian tingkat lanjut dengan berbagai pilihan lebih luas seperti berdasarkan pada tahun, jenis koleksi (e-books atau e-journals).

Ketika perpustakaan sudah memiliki banyak sumber pengetahuan berbasis elektronik dan tidak menyediakan sistem pencarian (search system) yang memadai, maka pengguna tidak tertarik menggunakan sistem pencarian perpustakaan tersebut. Strategi penelusuran informasi pada beberapa basisdata elektronik, seperti federated search menurut Pendit (2008) merupakan sistem yang mencari informasi pada basisdata yang pertama sebagai langkah awal untuk mengambil metadatanya lalu berpindah pada basisdata berikutnya dengan pola sama. Sistem selanjutnya adalah melakukan perangkingan


(36)

temuan yang diperoleh berdasarkan kerelevanan hasil pencarian sehingga dapat memenuhi harapan pengguna.

Strategi pencarian berbasis federated search merupakan pencarian secara simultan, setidaknya menyediakan satu sistem antarmuka ke multi sumber informasi (single search interface) dan pengguna dapat melakukan personalisasi pada hasil pencarian. Pilihan sistem pencarian dengan fitur personalisasi merupakan fitur yang patut disediakan, sehingga pengguna dapat mengelola hasil pencarian, antara lain: menyimpan hasil pencarian dalam folder sendiri, meng-link-kan dengan manajemen sitasi, menghubungkan dengan berbagai sumber pengetahuan lainnya melalui satu sistem antarmuka dan sebagainya. Swanson dan Green (2011) menyatakan teknologi federated searching dapat dijadikan peluang bagi perpustakaan untuk mengembangkan sarana penelusuran terintegrasi dari beberapa antarmuka sarana penelusuran yang dimiliki perpustakaan.

Pengembangan teknologi federated searching dapat menggunakan aplikasi open source seperti dbWiz, MasterKey (Pendit, 2008). Teknologi federated searchinterface menurut Breeding (2008); Gibson et al. (2009); Caswell dan Wynstra (2010) memfasilitasi perpustakaan dalam meningkatkan ruang lingkup sistem pencarian, seperti faceted navigation, relevancy ranking of results (more relevant searching experience) enriched displays; meningkatkan penggunaan sumber pengetahuan yang jarang digunakan; memfasilitasi pengguna tingkat pemula dalam menggunakan berbagai sarana penelusuran. Teknologi federated searching memfasilitasi kemudahan pengguna dalam mencari informasi pada berbagai sumber pengetahuan dengan waktu singkat. Kelebihan-kelebihan seperti ini merupakan fitur yang diinginkan pengguna dalam menggunakan sarana penelusuran dan menampilkan hasil pencarian.

5. Teknologi resource linking protokol OpenURL Link Resolver

Penelitian yang baik harus didukung dengan rujukan-rujukan yang memadai. Penelusuran pada sumber elektronik selain berdasarkan pada kata kunci, juga dapat melalui sitasi artikel jurnal. Kendala yang muncul bila pengguna mencari suatu sitasi dari satu sumber elektronik ke sumber


(37)

elektronik lainnya bisa berdampak pada lamanya waktu pencarian. Solusi yang ditempuh beberapa perpustakaan perguruan tinggi luar negeri dengan menyediakan teknologi link resolver. Prinsip kerja teknologi link resolver yaitu menghubungkan pengguna dari suatu sitasi sumber elektronik ke sumber elektronik untuk memperoleh artikel lengkap. Seperti yang dikemukakan Dixon et al. (2010) teknologi link resolver menyediakan fasilitas bagi pengguna untuk memasukkan artikel sitasi pada kotak pencarian sehingga diperoleh teks lengkap dari artikel tersebut.

Teknologi link resolver merupakan protokol OpenURL sebagai standar linking yang ditetapkan NISO (National Information Standards Organization) (Pendit, 2008). Prinsip kerja protokol OpenURL berupa perintah atau mekanisme untuk mengubah sitasi, bibliografi atau rujukan ke sebuah sumber informasi menjadi URL (Uniform Resource Locator) atau alamat sebuah berkas di internet, kemudian menampilkan metadata dari jurnal tersebut. Criswell (2004) menyebutkan standar OpenURL memindahkan object-specific information, misalnya sitasi artikel dari sumber informasi (katalog atau indeks) menuju suatu layanan yang menyediakan basisdata online sebagai linking tools yang memampukan bagi pengguna untuk menavigasikan pada basisdata teks lengkap ataupun basisdata yang berkaitan.

6. Pertukaran data

Dalam menjalin kerjasama antar perpustakaan perguruan tinggi terutama dalam membentuk suatu katalog induk bersama mensyaratkan suatu kesepakatan dalam pertukaran data. Penggunaan protokol standar untuk pertukaran data, misalnya Z39.50 untuk temu balik informasi dan protokol OAI-PMH (Open Archive Initiative-Protocol Metadata Harvesting) sebagai teknologi yang banyak digunakan dalam berbagi layanan metadata (kerjasama antar perpustakaan digital)

7. Teknologi LibX Toolbar

LibX Toolbar merupakan browser plugin (toolbar) yang dapat ditambahkan pada browser Modzilla Firefox dan Internet Explorer. Fungsi


(38)

dari LibX Toolbar untuk mempercepat pencarian pada sarana penelusuran berbasis web. Aplilkasi LibX Toolbar diterapkan pada katalog online, citation linker, e-resources dan sebagainya. LibX Toolbar merupakan aplikasi berbasis open source, sehingga tidak menyulitkan bagi pengembang aplikasi untuk memodifikasi fitur didalamnya.

8. Manajemen sitasi

Manajemen sitasi merupakan sarana untuk mengelola sitasi dan daftar pustaka yang diperoleh dari sumber elektronik maupun sumber tercetak. Pengumpulan dan pengorganisasian sitasi dan daftar pustaka dilakukan secara otomatis melalui ketersediaan sumber elektronik berlisensi. Beberapa penyedia sumber elektronik berlisensi menyediakan sarana manajemen sitasi yang ada pada masing-masing sumber elektronik berlisensi. Setiap daftar pustaka yang diperoleh dari sarana manajemen sitasi dapat dimasukkan ke lembar hasil tulisan sehingga mempersingkat waktu pengguna dalam membuat sitasi dan daftar pustaka.

Sarana manajemen sitasi selain tersedia dalam sumber elektronik berlisensi tersebut, juga terdapat aplikasi manajemen sitasi lainnya seperti Refworks, EndNote, Mendeley, Zotero, ataupun Reference Manager yang memfasilitasi pengguna untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan daftar pustaka secara bersamaan dari beberapa penyedia sumber elektronik berlisensi. Ketersediaan sarana manajemen sitasi sebagai fitur personalisasi bagi pengguna untuk mengelola jenis sitasi yang diinginkan pengguna.

9. Personalisasi dan kustomisasi

Fitur personalisasi menurut Franklin (2006) adalah fitur yang mengijinkan pengguna untuk mengelola konten portal sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya. Fitur personalisasi dalam portal berkaitan dengan teknologi autentifikasi yang memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk memilih sumber pengetahuan atau berkomunikasi dengan pustakawan, memilih sarana penelusuran pencarian atau mengatur tampilan hasil pencarian.


(39)

Kustomisasi menurut Franklin (2006) adalah fitur yang disajikan sesuai dengan karakter pengguna portal tersebut. Fitur kustomisasi dapat diterapkan pada ketersediaan berbagai perangkat teknologi untuk mengakses konten portal perpustakaan, seperti perangkat desktop atau teknologi mobile.

10. Direktori

Direktori merupakan daftar yang disusun dengan kriteria tertentu. Dalam perpustakaan bentuk direktori dapat berupa kumpulan pengetahuan, cabang perpustakaan; staf perpustakaan yang dilengkapi foto sebagai penghubung dengan komunitas yang dituju. Fitur direktori menyajikan aspek kustomisasi ketika pengguna memilih direktori yang diinginkan. Pengguna dapat mencari informasi yang sesuai dengan minatnya melalui penyediaan berbagai direktori yang beragam.

11. Komunikasi dalam komunitas.

Sinotte (2004) dalam Daneshgar dan Parirokh (2007) menyatakan bahwa perpustakaan dapat menciptakan pengetahuan baru melalui berbagai aktivitas seperti manajemen koleksi, mengevaluasi validitas, reliabilitas suatu informasi dalam kegiatan literasi informasi. Interaksi dapat dibangun dalam suatu kolaborasi baik secara online dengan bentuk forum diskusi atau onsite, seperti dalam bentuk pelatihan yang menghadirkan interaksi diantara pengguna, atapun antara sumber-sumber pengetahuan dengan dosen dan mahasiswa atau peneliti melalui peran pustakawan.

Butters (2003) mengemukakan ada beberapa istilah yang dapat dikelompokkan sebagai fitur komunikasi komunitas dalam portal, misalnya message boards, ask an expert, collaborative working, chat channels, instant messaging, computer conferencing dengan berbagai subyek komunikasi. Interaksi dalam suatu komunitas maupun antar komunitas dapat memunculkan keinginan untuk berbagi pengetahuan karena adanya kesamaan minat.


(40)

12. Berita perpustakaan dan kalendar

Saat ini fitur berita perpustakaan dikaitkan dengan penggunaan aplikasi social networking web 2.0 seperti Facebook, Twitter atau teknologi sindikat RSS Feeds (Really Simple Syndication). Facebook dan Twitter adalah aplikasi yang paling banyak digunakan baik secara perorangan maupun organisasi untuk menciptakan jaringan secara virtual dengan orang lain atau masyarakat. Keberadaan aplikasi web 2.0 dapat dijadikan peluang perpustakaan untuk mempromosikan layanan dan sumber pengetahuan.

Teknologi RSS Feeds secara rutin memberi informasi terbaru secara otomatis tentang suatu hal. Banyak perpustakaan perguruan tinggi menggunakan teknologi sindikat dan dikombinasikan dengan blog perpustakaan untuk menyampaikan informasi terbaru. Kelebihan teknologi sindikat RSS Feeds selain cepat, juga mudah diakses dengan berbagai perangkat komunikasi seperti telepon genggam dengan dukungan fitur tertentu.

Blog sebenarnya merupakan media yang mudah dan efisien bagi pustakawan untuk mendesiminasi informasi secara online, baik antar pustakawan maupun dengan pengguna agar selalu being informed. Seperti yang dikemukakan McIntryre dan Nicolles (2008) bahwa blog berkontribusi dalam mengembangkan suatu organisasi berbasis pengetahuan dan membangun pengetahuan institusional dalam jangka panjang. Blog perpustakaan memperluas (a) metode dalam mengelola informasi dari pencarian, (b) pengkategorian, (c) memperbarui, (d) merespon, bahkan dalam (e) mempreservasi informasi untuk masa yang akan datang sehingga mudah ditelusur (Rodriquez, 2010). Penyediaan media blog sebagai layanan personal bagi pengguna perpustakaan.

Fitur kalendar merupakan fitur yang tidak dapat dipisahkan dalam portal, karena fitur tersebut sebagai media komunikasi penyampaian kegiatan. Fitur kalendar tidak lagi sekedar menginformasikan kegiatan tetapi dapat memfasilitasi pengguna untuk berbagi kegiatan dengan pengguna lainnya.


(41)

13. Kolaborasi dengan Sistem Manajemen Perkuliahan

Materi perkuliahan online merupakan bagian dari sistem manajemen perkuliahan bagi perguruan tinggi yang menerapkan pembelajaran berbasis pada teknologi internet. Ketersediaan materi perkuliahan secara online diharapkan membantu mahasiswa dalam penyelesaian tugas-tugas kuliah ataupun berinteraksi dengan dosen dengan bantuan sarana teknologi informasi. Interaksi yang baik dalam pengembangan kolaborasi antara literasi informasi dan materi perkuliahan, tidak hanya faktor dukungan dosen dan mahasiswa, tetapi bagaimana membangun hubungan kerjasama antara fakultas dan pustakawan sebagai mitra sejajar, sehingga esensi keberhasilan pembelajaran dapat tercapai (Buehler, 2004).

Dukungan sumber-sumber pengetahuan dan layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan materi perkuliahan akan meningkatkan keterpakaian sumber pengetahuan maupun layanan, karena bersifat kustomisasi bagi dosen dan mahasiswa. Seperti yang dikemukakan Black dan Blankenship (2010) bahwa integrasi sumber-sumber perpustakaan dalam sistem manajemen perkuliahan memiliki peluang yang baik untuk memperluas pengalaman belajar bagi mahasiswa dan meningkatkan penggunaan sumber-sumber perpustakaan.

2.1.7 Teknologi mobile

Dalam tiga tahun terakhir ini kemunculan perangkat telepon pintar atau PC tablet mempengaruhi koneksivitas pengguna dengan lingkungan, artinya pengguna ‘always connected’ dengan siapapun dalam waktu hitungan detik. Horizon Report (2011) menyatakan bahwa di Jepang hampir 75% orang menggunakan perangkat mobile sebagai pilihan pertama untuk mengakses sumber informasi di internet dibanding perangkat lainnya. Hal ini menunjukkan akses internet menjadi meningkat dan berbanding lurus dengan kepemilikan perangkat mobile.

Hasil riset yang dilakukan Pew Internet Project 2011, menunjukkan 25% orang dewasa di Amerika Serikat menggunakan smartphone sebagai sarana utama untuk mengakses sumber informasi (Smith, 2010). Kelompok orang dewasa di


(42)

perguruan tinggi dengan rentang umur 17- 40 tahun merupakan pasar potensial dalam mengakses internet secara mobile. Smith et al. (2009) menyatakan dalam penelitian ECAR (Educause Center for Applied Research) terdapat 51,2 % mahasiswa mengakses internet melalui perangkat mobile dengan frekuensi per minggu dan sekitar 11,8% responden akan membeli satu perangkat mobile baru dalam satu tahun akan datang. Dari hasil riset di atas, terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dengan perkembangan teknologi mobile yaitu kapabilitas perangkat mobile, konten berbasis web harus fleksibel serta kehandalan infrastruktur jaringan internet. Kenyataan ini didukung pernyataan Seeholzer dan Salem (2011) bahwa mahasiswa di Amerika lebih berminat menggunakan mobile web device untuk berinteraksi dengan sumber pengetahuan dan layanan perpustakaan dibanding datang ke perpustakaan. Berdasarkan pada kondisi seperti ini perpustakaan perlu memberi perhatian pada pengembangan layanan berbasis mobile agar keterpakaian sumber pengetahuan dan layanan perpustakaan meningkat. Akses layanan perpustakaan setidaknya bersifat multichannel dengan melihat pengguna terbesar perpustakaan perguruan tinggi berasal dari kelompok dewasa.

2.1.8 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Lingkungan perguruan tinggi saat ini berubah dengan cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan perguruan tinggi seperti teknologi informasi, ekonomi, demografi serta aspek perilaku masyarakat. Wilson dan Tauber sebagaimana dikutip Budd (2005) menyatakan perhatian perguruan tinggi saat ini pada aspek: (a) konservasi pengetahuan dan ide-ide, (b) pengajaran, (c) penelitian, (d) publikasi, (e) perluasan layanan dan interpretasi. Tantangan tersebut jelas mempengaruhi keberadaan perpustakaan. Pemanfaatan teknologi informasi bagi perpustakaan dalam skala global tidak dapat ditawar lagi untuk mengelola sumber-sumber pengetahuan.

Brophy (2005) mengemukakan keberadaan perpustakaan perguruan tinggi seharusnya mendukung kebijakan dan praktek dari lembaga induknya. Keseimbangan penyediaan koleksi berbasis elektronik dan tercetak berpengaruh pada aspek kepemilikan, akses cepat dan layanan. Tren sumber-sumber elektronik


(43)

seperti e-journal, e-books, koleksi digital dan sebagainya menjadi kekayaan pengetahuan yang wajib disediakan dalam perpustakaan perguruan tinggi dalam mendukung pembelajaran maupun penelitian.

Peran perpustakaan perguruan tinggi tidak lagi sekedar penyedia ruang fisik, tetapi memfasilitasi kolaborasi sivitas akademika, memunculkan berbagai bentuk interaksi sumber-sumber pengetahuan dengan pengguna perpustakaan. Interaksi yang dapat dibangun perpustakaan salah satunya melalui literasi informasi.

The Association of College and Research Libraries (ACRL) yang dikutip Deleo et al. (2009) mendefinisikan literasi informasi untuk perguruan tinggi sebagai suatu kemampuan seseorang dalam (a) menentukan ruang lingkup informasi yang dibutuhkan, (b) mengakses informasi dengan efektif dan efisien, (c) mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan mensintesakan informasi yang telah diseleksi ke dalam sistem pengetahuan dan nilai individu, (d) sebagai individu ataupun anggota suatu kelompok menggunakan informasi dengan efektif untuk menyelesaikan untuk suatu tujuan tertentu, (e) memahami isu ekonomi, hukum dan sosial disekitarnya, dan (f) penggunaan serta akses informasi secara etis dan legal. Kegiatan literasi informasi dijalankan untuk mendukung peran perpustakaan perguruan tinggi sebagai akses ke sumber-sumber pengetahuan.

Fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut DIKTI (2004):

a. Fungsi edukasi, artinya perpustakaan sebagai sumber belajar, dan koleksi yang disediakan dapat mendukung pencapaian aktivitas pembelajaran. b. Fungsi informasi, artinya perpustakaan sebagai sumber informasi yang

mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

c. Fungsi riset, artinya perpustakaan menyediakan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir dalam mendukung penelitian, pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Fungsi rekreasi, artinya perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang dapat mengembangkan kreativitas, minat, dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

e. Fungsi publikasi, artinya perpustakaan berperan untuk mempublikasikan karya yang dihasilkan warga perguruan tingginya.


(44)

f. Fungsi deposit, artinya perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya g. Fungsi interpretasi, artinya perpustakaan seharusnya melakukan kajian dan

memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Fungsi-fungsi yang dinyatakan di atas sejalan dengan pendapat Budd (2005), bahwa perpustakaan perguruan tinggi harus memodifikasi fungsi-fungsinya dengan memanfaatkan teknologi informasi sehingga fasilitas dan layanan dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Portal perpustakaan dapat dikembangkan dengan mengacu pada fungsi perpustakaan perguruan tinggi seperti pada fungsi informasi, publikasi dan deposit. Fungsi portal mengacu pada perpustakaan yaitu menyediakan sumber pengetahuan yang dapat diakses dengan mudah, cepat melalui titik masuk tunggal, memfasilitasi publikasi pengetahuan, dan sentra untuk deposit serta penyimpanan semua pengetahuan yang dihasilkan sivitas akademika.

Layanan perpustakaan bersifat terintegrasi cenderung lebih banyak dicari oleh pengguna dibandingkan dengan layanan secara terpisah. Perpustakaaan seharusnya menjadi perekat bagi pengguna perpustakaan dengan pengetahuan yang dikelola, sehingga dapat memperkaya pengetahuan penggunanya. Penciptaan pengetahuan baru dapat muncul melalui berbagai aktivitas kolaborasi. Kolaborasi yang dibangun melalui portal diharapkan mampu mengintegrasikan konten dan layanan ke dalam satu wadah tunggal yang mudah diakses oleh pengguna. Teknologi informasi memungkinkan terciptanya kolaborasi tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan portal yaitu yang dilakukan Wawan Wiraatmaja (2006) dalam tesisnya yang berjudul Desain dan Implementasi Protipe Sistem Portal E-Government di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah melakukan kajian teoritis dan konseptual dalam desain portal e-government dan membangun protipe implementasinya untuk kasus di Indonesia. Ruang lingkupnya membahas pada kuantitas dan kualitas portal


(45)

pemerintahan yang telah ada dan pada aspek-aspek studi pemerintahan (government studies) dalam basis teknologi informasi dan komunikasi serta implementasi dilakukan dengan melihat skala kebutuhan pengguna dan sistem berbasis open source.

Metode penelitian pada penelitian tesis tersebut menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan informasi mengenai e-government dan implementasi sistem portal dengan berbasis open source. Pembahasan dalam penelitiannya dibagi tiga bagian yaitu pengamatan kondisi e-government di Indonesia, solusi dalam bentuk analisis kebutuhan, konsep dan disain sistem serta implementasi (testing dan evaluasi sistem).

Umi Laili Yuhana, Lailatul Hidayah dan Diana Purwitasari (2011) melakukan penelitian dengan judul ‘Implementasi purwarupa web portal berbasis ontologi untuk kolaborasi dari berbagai sistem Moodle’ yang disebut eduPortal. Penelitian ini bertujuan membuat aplikasi berbasis web yang dapat menyajikan kolaborasi materi dari beberapa sistem open source Moodle dengan teknologi web services sehingga pengguna cukup mengunjungi satu portal untuk mengakses materi-materi dalam berbagai situs e-learning. Metode pendekatan dengan melakukan uji coba pada open source Moodle OKTech Web Service dengan menggunakan Software Engineering Body of Knowledge (SWEBOK).

Budi Kaliwanto (2008) melakukan penelitian dengan judul “Perancangan awal portal pengetahuan sebagai penunjang penerapan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) di Biro Perencanaan BATAN. Tujuan penelitian untuk menganalisis kesiapan infrastruktur, prosedur yang berkaitan dengan fungsi portal beserta fitur-fitur melalui pemetaan pengetahuan, identifikasi budaya strategi dan infrastruktur teknologi. Metodologi penelitian dengan menggunakan 10-Step KM Roadmap serta pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner, wawancara, pengamatan langsung serta diskusi.

Wolfram Neubauer dan Arlette Piguet (2009) meneliti dengan judul The knowledge portal, or the vision of easy access to information. Tujuan penelitian dari penelitian mereka untuk mengembangkan sistem akses terpusat dari semua layanan informasi elektronik yang dinamai Knowledge Portal dengan mengintegrasikan semua halaman web perpustakaan. Metode penelitian dengan


(46)

mengembangkan aplikasi Knowlegde Portal berbasis pada perangkat lunak Primo. Pengembangan aplikasi Knowledge Portal merupakan proyek kerjasama ETH Libraries (Libraries of The Swiss Federal Institute of Technology) dengan Ex Libris. Integrasi kedua sistem tersebut menghasilkan metasearch terbaru bagi website perpustakaan The Swiss Federal Institute of Technology.

Tim McGeary (2005) meneliti tentang portal perpustakaan yang terintegrasi dengan portal universitas berjudul “MyLibrary: the library’s response to the campus portal’. Tujuan penelitian untuk mengembangkan aplikasi perpustakaan berbasis web yaitu MyLibrary@Lehigh yang diintegrasikan dengan portal Lehigh University. Fungsi aplikasi MyLibrary@Lehigh yaitu mengumpulkan, mengorganisasikan dan mendesiminasi data, informasi yang ditemukan dalam website perpustakaan Lehigh University. Pengembangan MyLibrary@Lehigh menggunakan perangkat lunak berbasis open source (Perl modules), dikembangkan tim pengembang University Libraries of Notre Dame dengan (a) mengintegrasikan sumber-sumber elektronik perpustakaan menjadi satu repositori, (b) sebagai penghubung antara katalog, sumber elektronik, pustakawan dengan pengguna, (c) menjadi penghubung tunggal antara perpustakaan dengan portal kampus Lehigh University, (d) penyediaan single sign on dengan LDAP autentifikasi sebagai akses masuk pada MyLibrary@Lehigh. Hasil yang diperoleh dari implementasi aplikasi portal perpustakaan tersebut, bahwa MyLibrary@Lehigh sebagai sarana untuk mendapatkan sumber-sumber informasi yang baik untuk penelitian mahasiswa Lehigh University.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Perpustakaan Ukrida memiliki peran dalam mengelola pengetahuan sebagai aset institusi. Akses dan layanan pada sumber-sumber pengetahuan belum terintegrasi sehingga belum terciptanya pengorganisasian pengetahuan dengan baik. Dengan adanya penelitian berupa desain konseptual dalam upaya mengembangkan Perpustakaan Ukrida, diharapkan dapat menciptakan suatu gerbang tunggal dalam mensinergikan sumber-sumber pengetahuan yang ada, memunculkan ketersediaan pengetahuan yang dapat diakses tanpa batasan waktu dan lokasi, serta dapat mendiseminasi pengetahuan.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif dengan melakukan pengamatan pada website perpustakaan perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Hasil analisis pada website perpustakaaan perguruan tinggi digunakan untuk merancang desain konseptual portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida.

Flick (2006) mengemukakan pendekatan metode kualitatif pada lingkungan berbasis internet disebut sebagai qualitative online research dengan cara menganalisis dokumen-dokumen internet. Analisis seperti itu sebagai cara mentransfer analisis dokumen pada ranah virtual. Dokumen internet yang dianalisis dapat berupa satu alamat website (the single homepage) atau website dengan tautan-tautan informasi yang berkaitan di dalamnya.

Pilihan website perpustakaan perguruan tinggi mengacu pada metode pemeringkatan perguruan tinggi yang paling banyak digunakan sebagai standar suatu universitas agar dapat masuk ke dalam world class university (Seminar et al. 2009). Salah satu metode perangkingan world class university yaitu webometrics.

Perangkingan webometrics berfokus pada kinerja suatu universitas dalam dunia internet. Indikator penilaian webometrics yaitu:(a) size (20%), yang


(48)

menyatakan jumlah halaman website yang tertangkap oleh Google; (b) visibility (50%), menyatakan jumlah eksternal link (inlink) berdasarkan pada Majectic SEO historical data; (c) rich files (15%), menyatakan jumlah file dokumen milik website/repositori institusi yang tertangkap oleh Google; dan (d) scholar (15%) menyatakan jumlah paper dan jumlah sitasi yang dipublikasikan antara tahun 2007-2011 termasuk yang tertangkap di Google Scholar dan keluaran global yang diperoleh dari Scimago SIR. Pemeringkatan dengan mengambil 100 peringkat perguruan tinggi versi webometrics (Rangking Web of World Universities) dikeluarkan oleh Cybermetrics Lab (CSIC). The Cybermetrics Lab merupakan lembaga penelitian dari The Consejo de Investigaciones Cientificas yang berada di Spanyol mengeluarkan peringkat website perguruan tinggi seluruh dunia dan diumumkan dua kali periode yaitu tiap bulan Januari dan Juli.

3.3 Tata Laksana Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah website perguruan tinggi yang memiliki portal perpustakaan. Pilihan situs perguruan tinggi mengacu webometrics per Januari 2012 sebanyak enam website perguruan tinggi yang menempati tiga posisi teratas dari dalam negeri dan luar negeri yaitu:

a) Website perguruan tinggi Indonesia: Universitas Gadjah Mada (peringkat 30 Asia, peringkat 249 dunia); Insititut Teknologi Bandung(peringkat 33 Asia, peringkat 277 dunia); Universitas Indonesia (peringkat 53 Asia, peringkat 365 dunia).

b) Website perguruan tinggi luar negeri: Harvard University (peringkat 1 dunia); Massachusetts Institute of Technology (peringkat 2 dunia); dan Stanford University (peringkat 3 dunia).

Penentuan enam website perguruan tinggi dalam penelitian mengacu pada pendapat Raco (2010), jika sampel metode kualitatif tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi pada kualitas, kedalaman informasi, kredibilitas, serta cocok dengan konteks penelitian. Dengan demikian pilihan enam website perguruan tinggi berdasarkan pada kualitas, kedalaman, serta kredibilitas informasi yang diberikan webometrics tentang pemeringkatan website perguruan tinggi.


(49)

3.4 Tahapan Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini disajikan pada Gambar 2

Gambar 2 Bagan alir kegiatan penelitian MULAI

 Studi literatur

 Menyusun proposal

PENELITIAN

 Pengumpulan data portal pada website

perpustakaan perguruan tinggi

Rancangan desain konseptual portal pengetahuan Perpustakaan Ukrida

Penyusunan Laporan

Selesai STUDI INTENSIF

 Penelusuran portal perpustakaan

 Penelusuran perkembangan portal perpustakaan

 Studi teknologi portal perpustakaan

STUDI IMPLEMENTATIF

 Pemetaan kebutuhan portal perpustakaan

 Penentuan teknologi portal perpustakaan

Penentuan website perpustakaan

perguruan tinggi

Analisis

website perpustakaan perguruan tinggi


(1)

Rodriquez J.2010. Social Software in Academic Libraries for Internal Communication and Knowledge Management: a Comparison of Two Reference Blog Implementations. Internet Reference Services Quarterly. (15): 107-124.

Rowley J. 2004. Is Higher Education Ready for Knowledge Management?. The International Journal of Educational Management. 14(7): 325-333.

Rowley J, Hartley R. 2009. Organizing Knowledge: an Introduction to Managing Access to Information. Ed ke-4. Burlington: Ashgate.

Sarrafzadeh M., Martin B, Hazeri A. 2010. Knowledge Management and its Potential Applicability for Libraries. Library Management. 31(3): 198-212. Seminar KB et al. 2009. Peningkatan Rangking Situs Web Institut Pertanian

Bogor. Bogor: Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi.

Seeholzer J, Salem JA. 2011. Library on the Go: a Focus Group Study of the Mobile Web and the Academic Library. College & Research Libraries. Jan. Smith A. 2010. Mobile Access 2010. Washington: Pew Internet & American Life

Project.

Smith SD, Salaway G, Caruso JB.2009. The ECAR Study of Graduate Students and Information Technology. Boulder: Educause Center for Applied Research.

Stover M. 2004. Making Tacit Knowledge Explicit: the Ready Reference Database as Codified Knowledge. Reference Services Review. 32(2): 164-173.

Strauss H. 2000. CREN TechTalk Questions and Brief Answers on Portals.

CNI Spring 2000 Task Force Meeting.

http://old.cni.org/tfms/2000a.spring/handout/Strauss-WP2000Stf.pdf [tanggal akses 15 Maret 2012].

Swanson TA, Green J. 2011. Why We Are Not Google: Lessons from Library Web site Usability Study. J. Acad. Librarian. 37(3): 222-229.

Tiwana A. 2002. The Knowledge Management Toolkit: Orchestrating IT, Strategy, and Knowledge Platforms. Ed ke-2. Upper Saddle River: Prentice Hall.


(2)

Tobing PL. 2007. Knowledge Management: Konsep, Arsitektur dan Implementasi. Jakarta: Graha Ilmu.

Townley CT. 2001. Knowledge Management and Academic Libraries. College and Research Libraries. 62(1): 44-55.

Wainwright EJ. 2005. Strategies for University Academic Information and Service Delivery. Library Management. 26 (8-9).

Wei P, Youhua C, Qiaoying Z. Peifu X, Ruxing X. 2004. Academic Digital Library Portal: a Personalized, Customized, Integrated Electronic Service in Shanghai Jiaotong University Library. Di dalam: Z. Chen, editor. Proceedings of International Conference on Asian Digital Libraries, Shanghai 13-17 Dec 2004. Berlin: Springer-Verlag.

Wijetunge P. 2002. Adoption of Knowledge Management by Sri Lankan University Librarians in the Light of the National Policy on University Education. International Journal of Educational Development. 22: 85-94. Wiraatmaja W. 2006. Desain dan Implementasi Prototipe Sistem Portal

E-Government di Indonesia [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Yong MK, Abbas J. 2010. Adoption of Library 2.0 Functionalities Academic Libraries and Users: a Knowledge Management Perspective. J. Acad. Librarian. 36(3): 211-218.


(3)

(4)

Lampiran 1 Halaman depan website Perpustakaan Universitas Indonesia (www.lontar.ui.ac.id)

Lampiran 2 Halaman depan website Perpustakaan UGM (http://lib.ugm.ac.id/home.php)


(5)

Lampiran 3 Halaman depan website Perpustakaan ITB (http://lib.itb.ac.id)

Lampiran 4 Halaman depan website Perpustakaan Stanford University (http://www-sul.stanford.edu)


(6)

Lampiran 5 Halaman depan website Perpustakaan Harvard University (http://lib.harvard.edu)

Lampiran 6 Halaman depan website Perpustakaan MIT (http://libraries.mit.edu)