Data dan Informasi Pengetahuan
berguna dan relevan. Pengetahuan didefinisikan sebagai konsep yang sukar dipahami dan sulit didefinisikan terutama pengetahuan yang berada dalam benak
seseorang. Informasi dapat diubah menjadi pengetahuan melalui beberapa metode
Davenport Prusak, 1998 seperti: a. Comparasion perbandingan: bagaimana informasi tentang situasi yang ada
dibandingkan dengan situasi yang telah diketahui. b. Consequences konsekuensi: apa implikasi dari informasi untuk
pengambilan keputusan. c. Connections hubungan: bagaimana menghubungkan pengetahuan yang
satu dengan pengetahuan yang lain. d. Conversation percakapan: apa yang dipikirkan orang-orang tentang
informasi ini. Pengetahuan disampaikan melalui media terstruktur seperti buku, dokumen,
dan kontak antar individu dari percakapan hingga kegiatan pemagangan atau aktivitas organisasi. Davenport Prusak 1998 mengemukakan pengetahuan
adalah campuran dari pengalaman, nilai-nilai, informasi, kontekstual dan pemikiran para ahli yang menyediakan suatu framework untuk melakukan
evaluasi dan penggabungan pengetahuan dan informasi baru. Pengetahuan berasal dan diterapkan dalam pikiran pemilik pengetahuan. Pengetahuan dalam suatu
organisasi, tidak hanya terkandung dalam dokumen atau repositori, tetapi terdapat dalam aktivitas rutin organisasi, proses, praktek dan norma-norma.
Pengetahuan menurut Von Krough, Ichiyo, Nonaka serta Chun Wei Choo seperti yang dikutip Setiarso et al. 2009: a kepercayaan yang dapat
dipertanggungjawabkan, b sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan tacit, c penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang
memungkinkan terjadinya penciptaan, d penciptaan inovasi yang meliputi tahapan: berbagi pengetahuan terpikirkan tacit, menciptakan konsep,
membenarkan konsep, membangun prototipe serta melakukan penyebaran pengetahuan. Berdasarkan pada pernyataan di atas pengetahuan dapat
menghasilkan suatu inovasi. Seperti yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi
bahwa keberhasilan perusahaan Jepang ditentukan dari keterampilan dan kepakaran pekerja Jepang dalam menciptakan pengetahuan bagi organisasinya.
Rowley 2009 menyebutkan informasi dan pengetahuan digunakan untuk berbagai tujuan seperti: pengambilan keputusan, pemecahan masalah, hubungan
interpersonal dan komunikasi, sebagai hiburan, kepentingan warga negara, memperluas efektivitas bisnis dan profesi, kinerja dan pencapaian sukses.
Pengetahuan menurut Zeleny seharusnya dihubungkan dengan sebuah perbedaan pengamatan dari keseluruhan obyek yang muncul dari latar belakang pengalaman
koheren serta sekumpulan konsisten diri dari aksi yang terkoordinasi Polanyi 2007.
Hierarki DIKW data, information, knowledge, wisdom menurut Ackoff yang dikutip Rowley 2009:
Data didefinisikan sebagai simbol yang merepresentasikan suatu kepemilikan obyek, kejadian atau lingkungannya, sebagai suatu hasil
pengamatan Informasi adalah yang disimpulkan dari data. Perbedaan data dan
informasi pada fungsinya. Pengetahuan adalah mentransformasikan informasi ke dalam instruksi.
Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk menambah efektivitas, yang memberi nilai tambah serta mensyaratkan fungsi mental yang disebut
penilaian. Gamble dan Blackwell yang dikutip Polanyi 2007 menggambarkan
hierarki DIKW untuk konsep data, informasi, pengetahuan dan wisdom. Pengetahuan sebagai suatu tahap menuju wisdom. Definisi informasi direlasikan
dengan hubungan pengetahuan, dan wisdom sebagai kemampuan untuk membuat keputusan.
Polanyi yang dikutip Tobing 2007 membagi pengetahuan dalam dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan
personal knowledge yang tertanam dalam pikiran manusia, seperti cara berpikir, pengalaman, intuisi, judgement, skill, values, dan belief. Polanyi menyatakan tacit
knowledge tidak mudah diformalisasikan, diekspresikan atau dibagikan kepada orang lain, karena tacit knowledge berada dalam benak pemilik pengetahuan.
Sedangkan explicit knowledge adalah pengetahuan yang bisa dikodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk lainnya, dapat ditransfer dan didistribusikan dengan
menggunakan sarana teknologi informasi. Menurut Nonaka dan Takeuchi, penciptaan pengetahuan dalam organisasi
dapat terjadi dengan adanya interaksi konversi antara tacit knowledge dan explicit knowledge Setiarso et al. 2009. Organisasi akan memperoleh nilai
tambah dari pengetahuan bila tacit knowledge diubah menjadi explicit knowledge, karena dengan melakukan kodifikasi pada tacit knowledge, maka tacit knowledge
berfungsi sebagai panduan untuk mengidentifikasi siapa yang memiliki knowledge, atau dimana knowledge itu tersedia.
Pengetahuan tacit dapat dikonversikan menjadi explicit dan sebaliknya, melalui empat proses, yaitu Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi dan
Internalisasi. Proses konversi pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti model SECI Gambar 1.
Gambar 1 Konversi pengetahuan model SECI SECI Model, Nonaka Takeuchi, 1998
Nonaka dan Takeuchi dalam Tobing 2007 menyatakan konversi pengetahuan
melalui empat proses: a Sosialisasi merupakan proses sharing dan penciptaaan tacit knowledge
menjadi tacit knowledge melalui interaksi dan pengalaman langsung. Transfer
pengetahuan dalam proses sosialisasi misalnya dalam aktivitas diskusi atau pertemuan rutin. Melalui pertemuan seperti ini, proses berbagi pengetahuan
dapat diciptakan. Setiarso et al. 2009 menyatakan pertemuan bulanan sebaiknya dituangkan dalam bentuk tulisan dan terdokumentasikan notulen
sehingga dapat memunculkan pengetahuan explicit. Daneshgar et al. 2008 dan Stover 2004 menyatakan implementasi proses sosialisasi dalam
perpustakaan dapat dikelola melalui diskusi kelompok antar pustakawan, pustakawan sebagai fasilitator diskusi dosen dan mahasiswa atau para ahli
expert dengan pengguna. Pilihan sarana teknologi untuk memfasilitasi proses sosialisasi seperti blog perpustakan, e-mail, jejaring sosial, forum
diskusi online, dan online chat reference service. b Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit
knowledge melalui proses dialog dan refleksi yang jelas. Transfer pengetahuan dapat dilakukan melalui bentuk tulisan formal yang mudah dipahami oleh
orang. Publikasi buku, artikel jurnal dari para ahli, sebagai contoh dari konversi tacit menjadi explicit knowledge. Dengan proses ekternalisasi, pihak
yang berkepentingan dapat menggunakan kembali pengetahuan tersebut. Daneshgar et al. 2008 mengemukakan implementasi proses eksternalisasi
dalam perpustakaan seperti kumpulan pertanyaan dan jawaban FAQ databases yang didapatkan dari tacit knowledge pengguna dan pustakawan
dan disimpan dalam pangkalan data. Tacit knowledge tersebut dikelola sehingga mudah ditelusur melalui sistem temu balik. Stover 2004
menyatakan tacit knowledge dikodifikasi menjadi explicit knowedge untuk mengefektifkan layanan pengguna, seperti penyediaan panduan tercetak dan
panduan online seperti penggunaan perpustakaan, penelusuran informasi di internet dan sebagainya.
c Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi explicit knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit
knowledge dan informasi. Transfer pengetahuan dalam fase ini ketika explicit knowledge yang sudah didokumentasikan dalam bentuk tulisan, digunakan
sebagai rujukan dalam membuat suatu tulisan explicit knowledge yang baru.
Daneshgar et al. 2008 mengemukakan implementasi proses kombinasi dalam perpustakaan seperti penyediaan bibliografi subyek.
d Internalisasi merupakan proses konversi explicit knowledge emenjadi tacit knowledge. Daneshgar et al. 2008 mengemukakan salah satu implementasi
proses internalisasi dalam perpustakaan seperti hasil pengamatan perilaku pengguna perpustakaan dalam waktu tertentu dapat menghasilkan ide baru
untuk mengembangkan layanan perpustakaan. Wijetunge 2002 menyatakan terdapat empat tipe pengetahuan dalam perguruan
tinggi: external tacit knowledge, internal tacit knowledge, external explicit knowledge dan internal explicit knowledge Tabel 1.
Tabel 1 Tipe pengetahuan di perguruan tinggi
a. Internal tacit knowledge, yaitu pengetahuan yang tertanam dalam pikiran individu, diperoleh melalui pengalaman bekerja, termasuk penelitian,
pengajaran dan aktivitas operasional. Individu dalam perguruan tinggi seperti pekerja yang berpengalaman dosen, peneliti yang memiliki pengetahuan
misalnya: prosedur kerja, aturan dan regulasi. b. External tacit knowledge, yaitu pengetahuan personal pada perguruan tinggi
dalam bentuk pengetahuan keahlian seperti layanan personal, para ahli bidang subyek tertentu, dan orang-orang yang menyediakan keahlian bagi universitas.
c. Internal explicit knowledge, yaitu pengetahuan dalam bentuk laporan-laporan, manual petunjuk pedoman, silabus kuliah, tesis, pangkalan data, hasil
pertemuan dan berbagai tipe pengetahuan yang secara umum dihasilkan dari perguruan tinggi. Pekerja di perguruan tinggi yang menyediakan fungsi
pendukung dapat menghasilkan pengetahuan eksplisit yang signifikan dengan Jenis Pengetahuan
Internal External
Tacit Internal tacit
knowledge External tacit
knowledge Explicit
Internal explicit knowledge
External explicit knowledge
berbagai bidang seperti layanan mahasiswa, manajemen penerimaan mahasiswa, layanan komputer, dukungan penelitian, serta perencanaan fisik.
d. External explicit knowledge, pengetahuan dalam bentuk buku, jurnal, laporan penelitian, CDDVD dan berbagai media yang diproduksi di luar perguruan
tinggi. Jenis pengetahuan seperti ini tersedia sebagai koleksi perpustakaan. e. External tacit knowledge, yaitu pengetahuan personal tacit pada perguruan
tinggi dalam bentuk pengetahuan keahlian seperti layanan personal, para ahli bidang subyek tertentu, dan orang-orang yang menyediakan keahlian bagi
universitas. Dari keempat tipe pengetahuan di perguruan tinggi di atas, jelas tergambarkan
bahwa pengetahuan merupakan produk utama dari perguruan tinggi. Pengetahuan tidak hanya dalam bentuk dokumen seperti laporan penelitian, media publikasi
lainnya tetapi berada dalam pikiran individu yang bekerja dan menggunakan keahliannya di perguruan tinggi.