Konsep Iman

C. Konsep Iman

Sebagaimana diket ahui, persoalan iman t el ah menj adi isu t eologis, yang t ergolong paling awal dalam sej arah perkembangan pemikiran Islam, dan bahkan kalau kit a melihat ke dalam sej arah, maka t idaklah berlebihan apabila ada orang yang mengat akan bahwa munculnya disiplin kal ãm (t eologi) pada dasarnya berawal dari t imbulnya sit uasi yang mendesak umat Islam, t erut ama kaum mut akal l imin / para t eolog Islam unt uk merumuskan konsep iman yang t epat sebagai lawan dari konsep kuf ur . Sebagai ilust rasi, Sebagaimana diket ahui, persoalan iman t el ah menj adi isu t eologis, yang t ergolong paling awal dalam sej arah perkembangan pemikiran Islam, dan bahkan kalau kit a melihat ke dalam sej arah, maka t idaklah berlebihan apabila ada orang yang mengat akan bahwa munculnya disiplin kal ãm (t eologi) pada dasarnya berawal dari t imbulnya sit uasi yang mendesak umat Islam, t erut ama kaum mut akal l imin / para t eolog Islam unt uk merumuskan konsep iman yang t epat sebagai lawan dari konsep kuf ur . Sebagai ilust rasi,

Bagi pemikiran kalam rasional, karena memberikan daya yang kuat kepada akal, iman bukan hanya sekedar t aédîq (membenarkan at au

mempercayai),

(menget ahui) sert a amal (melaksanakan). Sedangkan bagi pemikiran kalam t radisional , karena memberikan daya yang kecil kepada akal, iman hanya sebat as t aédîq. 156

Sebelum menguraikan konsep iman menurut Muhammad Quraish Shihab, t erlebih dahulu akan penulis kemukakan konsep iman menurut masing-masing aliran kalam, rasional dan t radisional. Hal ini dimaksudkan agar lebih memperbandingkan pandangan Muhammad Quraish Shihab dengan pendirian aliran-aliran kalam t ersebut .

Bagi aliran Mu` t azilah, karena memberikan kedudukan yang t inggi kepada akal, iman bagi mereka t idak hanya berupa t aédîq t et api marif ah dan 157 amal . Sebagai konsekuensi logis dari pendirian mereka bahwa akal

dapat sampai kepada kewaj iban menget ahui Tuhan dan kewaj iban mengerj akan yang baik dan meninggalkan yang buruk, iman dalam konsepsi mereka j elas t idak bisa merupakan keyakinan dalam hat i saj a t et api harus direalisasikan dalam bent uk amal dengan mengerj akan semua kewaj iban keagamaan yang diperint ahkan oleh Tuhan. 158 Dengan kat a lain, iman bagi

156 Harun Nasut ion, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu` t azil ah, (Jakart a: UI-Press, 1987), h. 89.

157 Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h. 147. 158 Al-Asy` ãri, Maqãlãt al -Isl ãmiyyîn wa Ikht il ãf al -Muéal lîn, Jld I, (ed. Muèammad

Muèyi al-Dîn ` Abd al-Èamîd), (Beirut : Dãr al-` Asriyyah, 1990), h. 329. Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h. 147.

mereka t idak lain adalah pelaksanaan perint ah-perint ah Tuhan. Dengan demikian j elaslah bahwa kaum Mu` t azilah mengait kan iman

dengan amal secara kokoh, sehingga bagi mereka amal merupakan unsur yang t idak dapat dipisahkan dari iman it u sendiri. Unt uk mengukuhkan konsepsi ini, mereka mengemukakan firman Allah surat al-Anf ãl [ 8] : 2:

cqªZˇBsJł9$# $yJflR˛) “!$# t ˇ. Ł

#s˛) t ß ˇ %' ! $ #

#s˛)ur Nk

5q Ł = Ł % Mn=¯_ur

…m G» t #u N˝ k

n=tª Mu ˛=Ł?

4 n?tªur $YZ»yJ ˛) NkłEy #y

˙¸¨ tbqŁ='. u q t Gt

O˛ g ˛ n / u

Menurut Abdul Jabbãr, ayat di at as menj elaskan bahwa iman bukanlah hanya pembenaran dalam hat i saj a, t et api j uga berbent uk pengamalan j asamani. Karena ayat t ersebut menyat akan bahwa sikap t awakkal kepada Allah it u adalah waj ib. Sikap t awakkal ini menunt ut manusia unt uk melaksanakan usaha sesuai dengan t unt unan yang diberikan oleh Allah. Bukan mengabaikan usaha, sepert i orang-orang yang t idak

memahami. 160

Bagi Mat uridiyyah Samarkand iman lebih dari sekedar t aédîq iman adalah ma` rif ah karena bagi mereka akal dapat sampai kepada kewaj iban menget ahui Tuhan. 161 Iman adalah t aédîq bi al -qal b (membenarkan dan

mempercayai di dalam hat i), bukan semat a-mat a iqrãr bi al -l isãn (mengakui dengan lisan). Unt uk memperkuat pendirian mereka it u, Mat uridiyyah Samarkand meruj uk kepada surat al-Huj urãt [ 49]: 14 dan al-Baqarah [ 2] : 260:

159 Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemet arlah hat i mereka, dan apabila dibacakan ayat -ayat -Nya bert ambahlah iman

mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bert awakkal. (QS. al-Anf ãl [ 8]: 2).

160 Abdul Jabbãr, Mut asyãbih al -Qur` an, h. 312. 161 Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h. 148.

( $¤YtB#u >#{

ªF{$# ˇ M s9 $ s% * ‘ ¯ 3 » s9 u r ( # q ª Z ˇ B sŁ ? N' 9 @Ł %

$ £ J s9 u r $oYJn=

r& (#

q 9qŁ% ˛ß ‘»yJ M}$# ¨@z

t ( 162 14 : تا ﺮﺠﺤﻟا ) ˙˚˝¨ N3˛/ qŁ=Ł%

b>u

O¿ ˇ d ” t

/ ˛) t A$ s% ł ˛)ur

4 tAqyJł9$# ˙

sŁ ? y#ł 2 ˇR˝ r& t A$ s% ( ‘ ˇ B sŁ ? Ns9 u r r & t A$ s% ( £‘˝‡yJ u ˇj9 ‘ ¯ 3 » s9 u r 4 n?t/

163 ( 260 : ة ﺮﻘﺒ ﻟا ) ˙¸ˇ ¨ < ø= s%

Ayat pert ama, dipahami oleh al-Mãt urîdi sebagai suat u penegasan bahwa keimanan it u t idak cukup hanya dengan perkat aan semat a, t anpa

diimani pula oleh hat i. Apa yang diucapkan oleh lisan dalam bent uk pernyat aan iman, menj adi bat al bila hat i t idak mengakui ucapan lisan. 164 Al -

Mat uridi t idak berhent i sampai disit u. Menurut nya, t aédîq sepert i yang dipahami di at as, harus diperoleh dari ma’ ri f ah. Taédîq hasil dari ma’ rif ah ini didapat kan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. 165

Ayat yang kedua, dipahami oleh al-Mãt urîdi bahwa Nabi Ibrahim memint a kepada Tuhan unt uk memperlihat kan bukt i dengan menghidupkan orang yang sudah mat i. Permint aan Ibrahim t ersebut , lanj ut al-Mãt urîdi, t idaklah berart i bahwa Ibrahim belum beriman. Akan t et api, Ibrahim mengharapkan agar iman yang t elah dimilikinya dapat meningkat menj adi

iman hasil 166 ma’ rif ah. Jadi menurut al-Mãt urîdi, iman adalah t aédîq yang berdasarkan ma’ rif ah. Meskipun demikian, ma’ rif ah menurut nya sama

162 Orang-orang Arab Badui berkat a: “ Kami t elah beriman. ” Kat akanlah: “ Kamu belum berian. Tet api kat akanlah, “ Kami t elah t unduk (kepadamu)” karena iman belum

masuk ke dalam hat i kamu. (QS. al-Huj urãt [ 49]: 14).

Dan ingat lah ket ika Ibrahim berkat a, “ Tuhanku, perlihat kanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan yang mat i, ” Allah berf irman: “ Belum percayakah engkau? “ Ibrahim menj awab, “ Aku t elah percaya, akan t et api agar hat iku mant ap. (QS. al-Baqarah [ 2]: 260)

Abu Manéür al-Mãt urîdî, Kit ãb al -Tauèîd, (Ed), Fat èullah Khalif , (Ist ambul: al- Makt abat al-Islãmiyah, 1979) , h. 373. 165 Abu Manéür al-Mãt urîdî, Kit ab al-Tauèîd, h. 373. 166 Abu Manéür al-Mãt urîdî, Kit ab al-Tauèîd, h. 380.

sekali bukan esensi iman, melainkan fakt or penyebab kehadiran iman.

Dari uraian di at as, pengert ian iman menurut aliran kalam rasional yang dianut oleh golongan Mu` t azilah dan Mat uridiyyah Samarkand, karena mereka memberikan daya yang kuat kepada akal, maka iman bagi mereka t idak cukup dengan hat i, t et api harus lebih dari it u, yait u ma` rif ah dan amal .

Bagi aliran kalam t radisional, sebagai yang t erdapat pada Asy` ariyyah dan Mat uridiyyah Bukhara, karena akal manusia t idak bisa sampai kepada kewaj iban menget ahui Tuhan, iman t idak bisa merupakan ma` rif ah dan

amal . Manusia dapat menget ahui kewaj iban hanya melalui wahyu. Wahyulah yang mengat akan dan menerangkan kepada manusia, bahwa ia berkewaj iban menget ahui Tuhan, dan manusia harus menerima kebenaran berit a ini.

Bagi Asy` ariyyah iman adalah t aédîq. Bat asan iman, sebagai yang diberikan oleh Asy` ari adalah pembenaran t erhadap khabar mengenai

adanya Tuhan ( 167 al -t aédîq bi Al l ah). Sement ara bagi aliran Mat uridiyyah Bukhara, iman adalah yang menyakini dan membenarkan dalam hat i t ent ang

keesaan Allah dan rasul-rarul yang diut us-Nya besert a risalah yang dibawanya. Dan mengucapkan dengan lisan bahwa t iada Tuhan melainkan

Allah dan t iada sesuat upun yang menyerupai-Nya. 168 Unt uk mendukung pendirian mereka it u, Asy` ariyyah meruj uk kepada

beberapa ayat sepert i surat Ibrãhîm [14]: 4, al-Syu` arã` [ 26]: 195, dan Yüsuf [12]: 17. 169

w˛ ) @Aq

§ ‘ˇB $ u Z ø= y

r& !$tBur 170 ( 4 : ﻢªا ﺮﺑإ ) ˙˝¨ ˇ m ˇ B q s% ¨b$|¡˛=˛/

167 Abu Èasan al-Asy` ãri, Al -Luma` , h. 75. 168 Abu Yusr Muèammad al-Bazdawi, Kit ab Uéül al -Dîn, diedit oleh Hans Pet er Lins, (Kairo: Isa al-Bãbi al-Èalabi, 1963), h. 146.

169 Abu Èasan al-Asy` ãri, Al -Luma` , h. 78.

˙˚ ˛¨ &߲7 B <c ˛1t tª Ab $ | ¡ ˛ = ˛ / 171 ( 195 : ءا ﺮﻌﺸﻟا )

$uZ'9 9‘ˇBsJ˛/ |MRr& !$tBur 172 ( 17 : ﻒﺳﻮ ) ˙ ˚ —¨ t ß ˇ %ˇ »|„ $¤Z 2 q s9 u r

Ayat -ayat di at as menurut Asy` ari, menunj ukkan bahwa inf ormasi t ent ang agama yang harus diimani it u, disampaikan lewat bahasa kaum t empat rasul it u diut us sert a dalam bahasa Arab yang j elas. Oleh sebab it u, iman adalah membenarkan dalam hat i (t aédîq), at as apa yang dit urunkan

oleh Allah. 173 Karena bahasa di samping merupakan alat komunikasi, j uga sebagai cerminan dari pikiran dan pandangan pengguna bahasa it u. Bahasa

dapat menggambarkan wat ak dan pandangan masyarakat pengguna bahasa it u.

Adapun surat Yüsuf [ 12] : 17 dipahami oleh Asy` ari dengan adanya hubungan ant ara kat a Mu` min dan sadiqi n. Dengan demikian, iman adalah al -t aédîq bi al -qal b (pembenaran dengan hat i at as berit a yang dibawa oleh

Rasul). 174 Mat uridiyyah Bukhara j uga meruj uk kepada surat Yüsuf [ 12] : 17 unt uk mendukung pendirian mereka it u, bahwa iman adalah t aédîq, baik

secara bahasa maupun syariah. 175 Selanj ut nya bagaimana konsep iman menurut Muhammad Quraish

Shihab, apakah iman baginya merupakan pengakuan dalam hat i saj a ( t aédîq), at au harus meningkat ke ma` rif ah dan amal ?

Menurut Muhammad Quraish Shihab, iman dari segi bahasa adalah “ pembenaran hat i” . Demikian pula hakikat iman dari segi agama, walaupun kemudian hakikat t ersebut dipert egas dan diperj elas dengan menyat akan:

170 Kami t idak mengut us seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya. (QS.

Ibrãhîm [ 14]: 4). 171 Dengan bahasa Arab yang j elas. (QS. al-Syu` arã` [ 26]: 195).

172 Dan kamu sekali-kali t idak akan percaya kepada kami, sekalipun Kami adalah

orang-orang yang benar. (QS. Yüsuf [ 12]: 17).

173 Abu Èasan al-Asy` ãri, Al -Luma` , h 78. 174 Abu Èasan al-Asy` ãri , Al -Luma` , h 123. 175 Al-Bazdawi, Kit ab Uéül al-Dîn, h 146.

“ Iman adalah pembenaran dengan hat i, ucapan dengan lidah, sert a pengamalan dengan anggot a badan, t erhadap apa yang disampaikan oleh

Nabi Muhammad saw.” 176 Dengan pernyat aan Muhammad Quraish Shihab di at as, j elaslah

bahwa iman menurut Muhammad Quraish Shihab t idak cukup hanya dengan t aédîq, t et api harus sej alan dengan pembenaran dengan hat i, ucapan dengan lidah dan penyerahan j iwa dengan dit andai dengan amal (perbuat an). Tingkat an iman berkait an erat dengan t ingkat keyakinan seseorang dalam beragama. Semakin t inggi t ingkat keyakinan seseorang, semakin t inggi pula t ingkat keimanannya, dan ini harus dimanifest asikan dalam bent uk amal. Konsep ini j elas sej al an dengan konsep iman yang t erdapat dalam aliran kalam rasional.

Sej alan dengan it u, Muhammad Quraish Shihab mengat akan, bahwa seseorang t idak hanya mengandalkan imannya saj a t et api j uga amal salehnya, bahkan amal saleh pun bersama iman belum cukup. Amal saleh bukan asal beramal. Amal saleh pun beraneka ragam, kali ini suat u amal dianj urkan, di kali lain mungkin bent uk amal yang sama diwaj ibkan bahkan mungkin j uga sebaliknya j ust ru t erlarang. 177 Demikian penj elasan Muhammad Quraish Shihab ket ika menafsirkan surat al-` Aér [ 103] : 3. 178

Lebih lanj ut Muhammad Quraish Shihab mengat akan, bahwa apabila suat u ket ika kit a hendak shalat , at au bahkan sedang shalat , t iba-t iba kit a melihat

176 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al -Qur` an al -Karîm Taf sir at as Surat -surat Pendek Ber dasarkan Urut an Turunnya Wahyu, cet ke-2, (Bandung: Pust aka Hidayah, 1997),

h. 301. selanj ut nya t ert ulis: Taf sir al -Qur` an al -Karim. 177 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Misbhãh, vol XV, h. 505.

178 Teks ayat : (#qŁ=ˇJtªur ( # q ª Z t B# u t ß ˇ %' ! $ # w˛ )

q | „ # u q s? u r ˇ M » y s˛ = » ¢ ` 9 $ # ˙ ¨ ˛ 9¢`9$$˛/ (# q | „ # u q s? u r Kecuali orang-orang yang beriman, dan beramal yang saleh sert a saling berwasiat t ent ang

¨ d , y sł 9 $ $ ˛ / (#

kebenaran dan saling berwasiat t ent ang kesabaran. (QS. al-` Aér [ 103]: 3).

suat u bahaya yang mungkin akan menimpa seseorang, maka ket ika it u shalat harus kit a dit angguhkan demi memelihara j iwa at au keselamat an

orang t ersebut . 179 Selanj ut nya, menurut Muhammad Quraish Shihab, bahwa sebagian

sifat yang menyandang predikat mukmin yait u: orang-orang mukmin yang mant ap imannya dan kukuh lagi sempurna keyakinannya hanyalah mereka yang membukt ikan pengakuan iman mereka dengan perbuat an. 180 Demikian

penj elasan Muhammad Quraish Shihab ket ika menafsirkan surat al-Anf ãl [ 8] :

2. 181 Lebih lanj ut Muhammad Quraish Shihab mengat akan, sehingga ant ar a lain apabila disebut nama Allah sekedar mendengar nama it u, gent ar hat i

mereka karena mereka sadar akan kekuasaan dan keindahan sert a keagungan-Nya dan apabila dibacakan oleh siapa pun kepada mereka ayat - ayat -Nya, ia yakni ayat -ayat it u it u menambah iman mereka karena memang mereka t elah mempercayai sebelum dibacakan, sehingga set iap ia mendengarnya, kembali t erbuka lebih luas wawasan mereka dan t erpancar lebih banyak cahaya ke hat i mereka dan kepercayaan it u menghasil rasa t enang menghadapi segala sesuat u sehingga hasilnya adalah dan kepada

Tuhan mereka saj a mereka berserah diri. 182 Ket ika menafsirkan surat al-Baqarah [ 2] : 260 yang dij adikan dasar

oleh Mat uridiyyah Samarkand, bahwa iman berdasarkan t aédîq dapat dit ingkat kan menj adi iman berdasarkan ma` rifah, j uga dipahami

179 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Misbhãh, vol XV, h. 505. 180 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h. 375.

181 Teks ayat : t ˇ. Ł

#s˛) t ß ˇ %' ! $ # cqªZˇBsJł9$# $yJflR˛) Mu ˛=Ł? #s˛)ur Nk 5q Ł = Ł % Mn=¯_ur “!$#

$YZ»yJ ˛) NkłEy #y

…m G» t #u N˝ k n=tª

O˛ g ˛ n / u 4 n?tªur Orang-orang mukmin hanyalah mereka yang apabila disebut Allah gent ar hat i mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat -ayat -Nya, ia menambah iman mereka dan kepada Tuhan mereka, mereka berserah diri. (QS. al-Anf ãl [ 8]: 2).

˙¸¨ tbqŁ='. u q t Gt

182 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h. 375.

Muhammad Quraish Shihab sepert i it u. Menurut Muhammad Quraish Shihab, saat menyampaikan permohonan it u Nabi Ibrahim as. belum sampai pada sat u t ingkat keimanan yang menyakinkan, sehingga – ket ika it u – masih ada semacam pert anyaan-pert anyaan yang muncul dalam benak beliau. Kalaupun ket ika it u beliau t elah yakin, maka it u baru sampai pada t ingkat ` Il m al -Yaqîn, belum ` Ain al -Yaqîn, apalagi Haqq al -Yaqîn. Beliau baru sampai pada t ingkat keyakinan yang sempurna set elah Malaküt al-Samãwãt

wa al-Arç dit unj ukkan kepadanya oleh Allah, 183 Selanj ut nya Muhammad Quraish Shihab menj elaskan, bahwa apa yang

disampaikan oleh Nabi Ibrahim as. dan apa yang t erdapat dalam j iwa dan pikirannya -yang menghasilkan keyakinan yang sedemikian kukuh sert a ket egasan yang demikian j elas-adalah hasil bimbingan Allah swt . 184 Oleh karena it u, menurut Muhammad Quraish Shihab, ayat di at as menyat akan Dan demikianl ah, yakni semacam bimbingan it ulah ket ika dia menghadapi orang t ua dan kaumnya Kami perl ihat kan dan perkenalkan dengan ilham wahyu sert a melalui mat a kepala dan mat a hat i dan secara t erus menerus dari hari ke hari, sepanj ang masa kepada Ibrahim mal akut , yakni kekuasaan Allah yang amat besar di l angit dan bumi agar semakin mant ap t auhidnya dan semakin kuat argumennya dan agar dia t ermasuk al -Muqini n, yakni orang-orang yang mant ap keyakinannya, bahwa t iada Pencipt a dan Pengat ur

di alam raya ini selain Allah swt . 185 Dalam kait an ini pula, Muhammad Quraish Shihab menegaskan,

subst ansi iman, khususnya pada t ahap-t ahap pert ama, selalu diliput i oleh aneka t anda t anya. Keadaan orang beriman ket ika it u bagaikan seorang yang sedang mendayung di laut an lepas yang sedang dilanda ombak dan gelombang. Nun j auh di sana, t erlihat olehnya sebuah pulau harapan, t et api

183 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbhãh, vol I, h. 562. 184 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbhãh, vol IV, h. 162. 185 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbhãh, vol IV, h. 162.

apakan gelombang t idak akan menelannya? Apakah ia mampu mendayung? 186 Demikianlah muncul aneka pert anyaan, dan pada saat yang sama j iwanya

diliput i oleh kecemasan menghadapi besarnya gelombang yang membahana t et api dalam saat yang sama pula dirinya dipenuhi oleh harapan mencapai pulau idaman.

Dari uraian-uraian di at as, dapat disimpul kan bahwa konsep iman menurut Muhammad Quraish Shihab sej alan dengan konsep iman yang t erdapat dalam aliran kalam rasional. Dalam pemikiran kalam rasional, iman it u t idak cukup hanya dengan pembenaran dalam hat i (iqrar bi al-qalb),

t et api j uga ma` rifah (menget ahui benar apa yang diyakini)dan amal (perbuat an). Muhammad Quraish Shihab mengat akan iman adalah pembenaran dengan hat i, ucapan dengan lidah, sert a pengamalan dengan anggot a badan, t erhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.

186 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbhãh, vol I, h. 563.