Tafsir al-Mishbãh

C. Tafsir al-Mishbãh

Di ant ara karya-karya Muhammad Quraish Shihab adalah Taf sir al - Mishbãh bisa dikat akan sebagai karya monument al. Taf sir yang t erdiri dari

15 volume ini mulai dit ulis pada t ahun 1999 sampai 2004. Kehadiran t afsir ini kiranya semakin mengukuhkan Muhammad Quraish Shihab sebagai t okoh t afsir Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Nama lengkap t af sir ini adalah Taf sir al -Mishbãh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al -Qur` an. Ada pun penamaan t afsirnya dengan al- Mishbãh, bila dilihat dari kat a pengant arnya ada penj el asan yait u, al -Mishbãh berart i lampu, pelit a, lent era at au benda lain yang berfungsi serupa, yang memberi penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Muhammad Quraish

39 Muhammad Quraish Shihab, Sunnah Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kaj ian at as Konsep Aj aran dan Pemikir an (Jakart a: Lent era Hat i, 2007), cet .ke-1, h. vii-

viii. 40 Muhammad Quraish Shihab, Pengant in Al -Qur` an: Kalung Permat a Buat Anak-

anakku (Jakart a: Lent era Hat i, 2007), cet . ke-1, h. xii.

Shihab dalam t afsirnya berharap dapat memberikan penerangan dalam mencari pet unj uk dan pedoman hidup t erut ama bagi mereka yang mengalami kesulit an dalam memahami makna al-Qur` an secara lansung karena kendala bahasa.

Hamdani Anwar menuliskan dalam art ikelnya, Ada dua hal yang dapat dikemukakan sebagai alasan dari pemilihan

nama al- Mishbãh. Alasan pert ama bahwa pemilihan nama it u didasarkan pada f ungsinya. Mishbãh berart i lampu yang gunanya unt uk menerangi kegelapan. Dengan memilih nama ini, penulisnya berharap agar karyanya it u dapat dij adikan sebagai penerang bagi mereka yang berada dalam suasana kegelapan dalam mencari pet unj uk yang dapat dij adikan pedoman hidup. Bukankah al-Qur` an it u diwahyukan sebagai pet unj uk bagi manusia sehingga mereka dapat keluar dari kehidupan yang gelap t anpa pegangan menuj u ke arah yang t erang dengan berbagai hidayah yang berasal dari Tuhan. Namun demikian, karena al-Qur` an disampaikan dalam bahasa Arab, maka banyak orang yang mengalami kesulit an ket ika berupaya memahaminya. Disinilah manf aat t afsir ini diharapkan, yait u dapat membant u mereka dalam menemukan pet unj uk dari wahyu Ilahi, sehingga kegelapan it u dapat dihilangkan dengan bant uan Taf sir al-

Mishbãh ini. 41

Alasan kedua didasarkan pada awal kegiat an Muhammad Quraish Shihab dalam hal t ulis menulis di Jakart a. Pada saat dia t inggal di Uj ung Pandang, dia sudah akt if menulis dan banyak karya yang dihasilkannya, namun produkt ifit asnya sebagai penulis dapat dinilai mulai mendapat moment umnya set elah ia bermukim di Jakart a. Pada t ahun 1980-an ia dimint a unt uk menj adi pangasuh dari rubrik “ Pelit a Hat i” pada harian Pelit a. Pada t ahun 1994 kumpulan dari t ulisannya it u dit erbit kan oleh Mizan dengan j udul “ Lent era Hat i” yang t ernyat a menj adi best seller dan mengalami cet ak ulang beberapa kali. Dari sinilah kat a Hamdani Anwar t ampak pengambilan nama al- Mishbãh

it u berasal, bila dilihat dari maknanya. 42

Lat ar belakang t erbit nya t afsir al-Mishbãh ini adalah diawali oleh penaf siran sebelumnya yang berj udul “ Tafsir al-Qur` an al-Karim Tafsir at as

41 Hamdani Anwar, Mimbar Agama, h. 176. 42 Hamdani Anwar, Mimbar Agama, h. 177.

Surat -surat Pendek Berdasarkan Urut an Turunnya Wahyu” pada t ahun 1997 yang dianggap kurang menarik minak orang banyak, bahkan sebagian mereka menilainya bert ele-t ele dalam menguraikan pengert ian kosa kat a at au kaidah-kaidah yang disaj ikan. Akhirnya Muhammad Quraish Shihab t idak melanj ut kan upaya it u. Di sisi lain banyak kaum Muslimin yang membaca surat -surat t ert ent u dari al-Qur` an, sepert i surat Yasin, al- Wãqiah, al-Raèmãn dan l ain-lain yang meruj uk kepada hadis çaîf, misalnya bahwa membaca surat al-Wãqiah mengandung kehadiran rizki. Dalam t afsir al-Mishbãh dij elaskan selalu t ema-t ema pokok surat -surat al-Qur` an at au

t uj uan ut ama yang berkisar di sekeliling ayat -ayat dari surat it u agar membant u meluruskan kekeliruan sert a mencipt akan kesan yang benar. 43

Tent ang mot ivasi Muhammad Quraish Shihab dalam menulis Tafsir al- Misbah ini Hamdani Anwar menulis:

Mot ivasi Muhammad Quraish Shihab dalam menulis Taf sir al- Mishbãh ket ika ia menyadari bahwa al-Qur` an yang merupakan pet unj uk bagi manusia it u harus dipahami dan dimengert i maknanya. Sement ara it u, t ernyat a banyak umat Islam yang hanya puas dengan membacanya saj a dan bahkan mereka pun mengadakan lomba dalam keindahan membacanya, t anpa diikut i dengan pemahaman dan penghayat an akan makna dan pet unj uk yang t erkandung di dalamnya. Ada pula di ant ara mereka yang memang t idak memahami isinya dengan baik dan benar. Sement ara it u, sebagian lagi memang sudah berupaya unt uk mengert i dan memahami kandungannya, t et api mereka t erkendala oleh bahasa al-Qur` an yang bukan milik mereka. Ada pula yang t erhalang oleh berbagai hal yang t idak mudah diat asi, sepert i ket erbat asan wakt u unt uk menelaahnya, kekurangan ilmu dasar unt uk menganalisisnya, kelangkaan buku ruj ukan yang sesuai dengan kegiat annya, dan lain-lain. Semuanya it u merupakan

f enomena yang t erj adi dan t ernyat a t elah menj auhkan umat dari pemahaman pelaksanaan pet unj uk al-Qur` an yang dapat membawa mereka kepada kesej aht eraan dan kebahagiaan, sebagaimana yang t elah dij anj ikan Tuhan dalam banyak ayat . Menyadari keadaan yang demikian ini, sudah sewaj arnya bila umat kemudian menengol

43 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol. 1, h. ix.

kepada para ulama unt uk membant u mereka. Inilah mot ivasi Muhammad Quraish Shihab dalam menulis Taf sir al-Mishbãh. 44

Sebagai salah seorang muf assir di Indonesia dewasa ini, Muhammad Quraish Shihab t idak menulis karya-karyanya berdasarkan selera dan keinginan semat a, melainkan ia selalu berangkat dari kebut uhan masyarakat pembacanya. Sebagaimana t ulisan-t ulisannya yang lain, ia ingin bahwa al- Qur` an sebagai hudan (pet unj uk) dapat dimanfaat kan sepenuhnya oleh semua kalangan masyarakat Islam.

Pendapat lain yang menyat akan t ent ang mot ivasi Quraish Shihab

dalam menulis karyanya ini adalah apa yang t elah diungkapkan oleh Herman Heizer, ia menyebut kan bahwa lat ar belakang penulisan Taf sir al-Mishbãh ada dua alasan. Yait u:

Pert ama, keprihat inan t erhadap kenyat aan bahwa umat Islam Indonesia mempunyai ket ert arikan yang besar t erhadap al-Qur` an, t api sebagian hanya berhent i pada pesona bacaannya saj a ket ika dilant unkan, seakan-akan kit ab suci ini hanya unt uk dibaca. Padahal menurut Muhammad Quraish Shihab bacaan al-Qur` an hendaknya disert ai dengan kesadaran akan keagunyan-Nya di samping pemahaman dan penghayat an yang disert ai dengan t aíakkur dan t adabbur. Kedua, t idak sedikit umat Islam yang mempunyai ket ert arikan luar biasa t erhadap makna-makna al-Qur` an, t et api menghadapi berbagai kendala, t erut ama wakt u, ilmu-ilmu yang mendukung dan kelangkaan buku-buku ruj ukan yang memadai dari

segi cakupan informasi, j elas, dan t idak bert ele-t ele. 45

Sumber penafsiran yang dipergunakan pada Tafsir al-Mishbãh dapat diambil dari pernyat aan penulisnya sendiri yang mengungkapkan pada akhir sekapur sirih yang merupakan sambut an dari karya ini. Redaksi yang dit ulisnya adalah sebagai berikut :

Akhirnya, penulis merasa sangat perlu menyampaikan kepada pembaca bahwa apa yang dihidangkan di sini bukan sepenuhnya

44 Hamdani Anwar, Mimbar Agama, h. 179. 45 Herman Heizer, Taf sir al -Mishbãh l ent era bagi umat Isl am Indonesia, Maj alah

Êaqaf ah, Jakart a vol. 1. No. 3. 2003, h. 91.

ij t ihad penulis. Hasil karya ulama-ulama t erhahulu dan kont emporer, sert a pandangan-pandangan mereka sungguh banyak penulis nukil, khususnya para pakar t afsir Ibrahim Ibn ` Umar al-Biqãi (w. 885 H/ 1480 M) yang karya t afsirnya ket ika masih berbent uk manuskrip menj adi bahan disert asi penulis di Universit as al-Azhar, Cairo, dua puluh t ahun yang lalu. Demikian j uga karya t afsir Pemimpin Tert inggi al-Azhar dewasa ini, Sayyid Muèammad Thant hãwi, j uga Syekh Mut awalli al-Sya` rãwi, dan t idak ket inggalan Sayyid Quëub, Muèammad Thãhir Ibn ` Äsyür, Sayyid Muèammad Husein Ëabãëabã` i,

sert a beberapa pakar t afsir yang lain. 46

Pernyat aan di at as mengisyarat kan dua hal. Yang pert ama adalah bahwa sumber penafsiran yang dipergunakan pada t afsir ini adalah ij t ihad penulisnya. Sedangkan yang kedua adalah bahwa dalam rangka menguat kan ij t ihadnya, ia j uga mempergunakan sumber-sumber ruj ukan yang berasal dari pendapat dan f at wa para ulama, baik yang t erdahulu maupun mereka yang masih hidup dewasa ini.

Selain mengut ip dari pendapat para ulama, Muhammad Quraish Shihab j uga mempergunakan ayat -ayat al-Qur` an dan Hadis Nabi saw. sebagai bagian dari penj elasan dari t afsir yang dilakukannya. Biasanya ruj ukan dari ayat al-Qur` an dit ulis dalam bent uk it al ic (miring), sebagai upaya unt uk membedakannya dari ruj ukan yang berasal dari pendapat

ulama at au ij t ihadnya sendiri. 47 Met ode yang dipergunakan Muhammad Quraish Shihab dalam

t afsirnya adalah met ode 48 t aèl îl i. Met ode t aèlîli adalah t af sir yang

46 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol. 1, h. xiii. 47 Hamdani Anwar, Mimbar Agama, h. 180-181.

48 Beberapa keist imewaan met ode ini ant ara lain: (1) Ruang lingkup yang luas, karena met ode ini dapat digunakan dalam dua bent uk yait u ma` sur dan ra` yi. Bent uk al-

Ra` yi dapat lagi dikembangkan dalam berbagai corak penaf siran sesuai dengan keahlian masing-masing muf assir. (2) Memuat berbagai ide. Muf assir mempenyai kebebasan dalam memaj ukan ide-ide dan gagasan baru dalam menafsirkan al-Qur` an. Adapun kekurangan met ode ini diant aranya adalah: (1) Menj adikan pet unj uk al-Qur` an bersif ar parsial at au t erpecah-pecah, sehingga t erasa seakan-akan al-Qur` an memberikan pedoman secara t idak ut uh dan t idak konsist en karena penaf siran yang diberikan pada suat u ayat berbeda dari penaf siran yang diberikan pada ayat -ayat lain yang sama dengannya. Terj adinya perbedaan Ra` yi dapat lagi dikembangkan dalam berbagai corak penaf siran sesuai dengan keahlian masing-masing muf assir. (2) Memuat berbagai ide. Muf assir mempenyai kebebasan dalam memaj ukan ide-ide dan gagasan baru dalam menafsirkan al-Qur` an. Adapun kekurangan met ode ini diant aranya adalah: (1) Menj adikan pet unj uk al-Qur` an bersif ar parsial at au t erpecah-pecah, sehingga t erasa seakan-akan al-Qur` an memberikan pedoman secara t idak ut uh dan t idak konsist en karena penaf siran yang diberikan pada suat u ayat berbeda dari penaf siran yang diberikan pada ayat -ayat lain yang sama dengannya. Terj adinya perbedaan

dalam mushaf al-Qur` an. 49 Menaf sirkan al-Qur` an dengan menggunakan met ode t aèlîli adalah

bagaikan hidangan prasmanan, 50 masing-masing t amu memilih sesuai selera sert a mengambil kadar yang diinginkan dari mej a yang t elah dit at a. Cara ini

t ent u saj a memerlukan wakt u yang lama, karena pembahasannya lebih luas dari pada met ode 51 mauçü` i. Hal ini bisa saj a menimbulkan kebosanan, di

samping it u t idak semua yang dihidangkan dalam t afsir ini sesuai dengan

kebut uhan dan selera masyarakat sekarang. Tet api met ode t afsir t aèlîli ini masih t et ap urgen buat masa sekarang.

Penulisan Taf sir al-Mishbãh dalam kont eks memperkenalkan al- Qur` an, Muhammad Quraish Shihab berusaha menghidangkan bahasan set iap

surat pada apa yang dinamai t uj uan surat , at au t ema pokok surat . Sebab, menurut para pakar, set iap surat ada t ema pokoknya. Pada t ema it ulah

berkisar uraian ayat -ayat nya. 52 Jika mampu memperkenalkan t ema-t ema pokok it u, maka secara umum dapat memperkenalkan pesan ut ama set iap

surat , dan dengan memperkenalkan ke 114 surat , kit ab suci ini akan dikenal lebih dekat dan mudah.

t ersebut t erut am disebabkan oleh kurang diperhat ikannya ayat -ayat lain yang mirip at au sama dengannya. (2) Melahirkan penaf siran subyekt if . (3) Masuk pemikiran Isrãiliyyat . Lihat Nasharuddin Baidan, Met odol ogi Penaf siran al -Qur` an, (Yogyakart a: Pust aka Pelaj ar, 2000), cet ke-2, h. 53-60.

49 ‘ Abd al-Hayy al-Farmawi, al -Bidãyah f i al -Taf sîr al -Mauçü` i Dirãsah Manhaj iyyah Mauçüiyyah, (T.t p, T.p, 1976)

50 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al -Qur` an, h. xii. 51 Taf sir yang membahas sat u surat al-Qur` an secara menyeluruh, memperkenalkan

dan menj elaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar, dengan cara menghubungkan ayat yang sat u dengan ayat yang lain, at au ant ara sat u pokok masalah dengan pokok masalah yang lain. Def inisi dengan redaksi lain, t af sir mauçü` i adalah t af sir yang menghimpun dan menyusun ayat -ayat al-Qur` an yang memiliki kesamaan arah dan t ema, kemudian memberikan penj elasan dan mengambil kesimpulan, di bawah sat u bahasan t ema t ert ent u. Lihat Muhammad Quraish Shihab, Sej arah dan ` Ulüm Al -Qur` an, (Jakart a: Pust aka Firdaus, 2001), cet . ke-3, h. 192-193.

52 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol. 1, h. ix.

Muhammad Qurish Shihab memulai pembahasannya dengan menguraikan ket erangan t ent ang ident it as surat yang meliput i sej arah t urunnya sebuah surat , kemudian ia melanj ut kannya dengan penj elasan t ent ang nama surat sert a t ema dan t uj uan surat , dan j umlah ayat -ayat nya. Juga menyebut kan masa t urunnya sebuah surat berikut penj elasan yang lebih lengkap t ent ang makna nama surat . Nama-nama lain - kalau memang ada- dari surat t ersebut .

Kemudian salah sat u penekanan di dalam Tafsir al-Mishbãh adalah menj elaskan t ent ang munãsabat (keserasian) ant ara ayat -ayat dan surat

dalam al-Qur` an maka dalam memulai bahasan sebuah surat menyert akan keserasian ant ara surat yang sedang dibahas dengan surah sebelumnya. 53

Set erusnya Muhammad Quraish Shihab mengelompokkan ayat -ayat berdasarkan t ema t anpa ada bat asan yang t ert ent u j umlah ayat yang

dit empat kan pada kelompok yang sama. Mungkin pengelompokan ayat ini dimaksudkan unt uk memudahkan pembaca. Karena kelompok ayat t ersebut kemudian dij adikan sebagai j udul yang j uga dilet akkan pada daft ar isi. Hal ini akan lebih memudahkan pembaca unt uk mendapat kan inf ormasi- inf ormasi al-Qur` an berdasarkan kebut uhan pada saat -saat t ert ent u.

Muhammad Quraish Shihab sebelum menj elaskan ayat demi ayat , Quraish Shihab kembali menj elaskan keserasian ant ara kelompok ayat yang sedang dibahas. Kadang-kadang j uga keserasian t ersebut dit empat kan pada awal pembahasan kelompok ayat , dan kadang-kadang j uga keserasian t ersebut dit empat kan di akhir pembahasan kelompok ayat . Ada j uga, ia memaparkan keserasian ant ar ayat ket ika menj elaskan ayat demi ayat . Kemudian Muhammad Quraish Shihab menj elaskan kandungan ayat demi ayat secara berurut an. Kemudian memisahkan t erj emahan makna al-Qur` an dengan sisipan at au t af sirnya melalui penulisan t erj emah maknanya dengan

53 Ist ianah, Met odol ogi Muhammad Qurai sh Shihab, h. 136 53 Ist ianah, Met odol ogi Muhammad Qurai sh Shihab, h. 136

Walaupun keserasian bagian-bagian al -Qur` an merupaka ij t ihadi, t et api ia t idak memberikan penj elasan-penj elasan dengan hasil pemikiran sendiri. Akan t et api dengan j uj ur, ia mengakui bahwa pada umumnya keserasian at au hubungan ayat dengan ayat yang ia paparkan di dalam Tafsir al-Mishbãh merupakan saduran dari mufassir sebelumnya. 55

54 Ist ianah, Met odol ogi Muhammad Qurai sh Shihab, h. 139-140. 55 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol. 1, h. xiii