Perbuatan Manusia

B. Perbuatan Manusia

Di dalam t eologi Islam, t erdapat dua macam pendapat mengenai perbuat an manusia. Pendapat pert ama mengat akan bahwa perbuat an

manusia t elah dit ent ukan Tuhan semenj ak azal i, art inya manusia berbuat menurut ket ent uan yang t elah dit et apkan Tuhan j auh sebel um mereka ada. Dalam hal ini, manusia t idak bebas berbuat menurut kehendak dan kemauannya. Manusia hanya sepert i wayang yang dij alankan oleh dalangnya yait u Tuhan. Pendapat sepert i ini di dalam t eologi Islam disebut paham Jabariyah. Paham ini di anut oleh aliran Asy` ariyyah dan Mat uridiyyah Bukhara.Pendapat kedua mengat akan bahwa manusia mempunyai kebebasan berbuat , walaupun kebebasannya t erbat as, sesuai dengan ket erbat asan manusia. Art inya, manusia bebas menent ukan kehendak dan perbuat annya, t et api di dalam bat as-bat as t ert ent u. Dalam t eologi Islam, paham sepert i ini disebut paham Qadariyah. Paham ini, dianut oleh aliran Mu` t azilah dan Mat uridiyyah Samarkand.

Aliran Mu` t azilah, berpendirian sepert i dij elaskan oleh al-Qadhi abdul Jabbar (w. 415 H), perbuat an manusia bukanlah dicipt akan Tuhan pada diri manusia, t et api manusia sendirilah yang mewuj udkan Aliran Mu` t azilah, berpendirian sepert i dij elaskan oleh al-Qadhi abdul Jabbar (w. 415 H), perbuat an manusia bukanlah dicipt akan Tuhan pada diri manusia, t et api manusia sendirilah yang mewuj udkan

Sedangkan daya ( al -ist it ã` ah) unt uk mewuj udkan kehendak t ersebut t elah t erdapat dalam diri manusia sebelum manusia melakukan perbuat an. 71

Bagi aliran Mat uridiyyah Samarkand sebagai yang dikemukakan oleh al-Mãt urîdi, ada dua macam perbut an manusia, perbuat an Tuhan dan perbuat an manusia. Perbuat an Tuhan mengambil bent uk pencipt aan daya dalam diri manusia, dan pemakaian daya it u sendiri merupakan perbuat an

manusia. 72 Daya dicipt akan bersama-sama dengan perbuat an, j adi t idak

sebelum perbuat an sebagai dikat akan kaum Mu` t azilah. Perbuat an manusia adalah perbuat an manusia dalam art i sebenarnya dan bukan dalam art i

kiasan. 73 Dengan demikian manusia diberi pahala at as pemakaian yang benar dari daya, dan diberi hukuman at as kesalahan pemakaian daya

t ersebut . Ayat -ayat al-Qur` an yang dij adikan dalil ol eh aliran kalam rasional

unt uk melegit imasi pendapat mereka ialah surat al-Baqarah [ 2] : 108, 74 Äli

75 Imrãn [ 3] : 133, 76 al-Nisã' [ 4] : 79, al-Ahqãf [ 46] : 14, al-Taubah [ 9] : 82, al - Kahfi [ 18] : 29, al-Taghãbun [ 64] : 2: 77

‘tBur u !#uqy

6ł 9 $ # A£ t7oKt

¤ @| ˚ s) sø ˙‘»o

M}$$˛/

78 ( 108 : ة ﺮﻘﺒﻟا ) ˙˚ ¨ ¨ @ ˛ 6¡ ¡ 9 $ # ;ot ˇ

tB 4 n<˛) (#

qªª˝ $y ur *

79 ( 133 : نا ﺮﻤﻋ لا ) ˙˚ ¨ N 6˛ n / § ‘ˇiB

70 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Syarè al -Uéül al -Khamsah, (Qãhirah: Makt abat Wahbah, 1996), h. 323.

71 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Syarè al -Uéül al -Khamsah, h. 324-325. 72 Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h. 112. 73 Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h. 112.

74 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Mut asyãbihul al -Qur` an, (Ed.), Adnãn Muèammad Zarzuwar, (Qãhirah: Dãr al-Turãs, 1969) , j ilid I, h. 104.

75 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Mut asyãbih al-Qur` an, j ilid I, h. 161. 76 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Mut asyãbih al-Qur` an, j ilid I, h. 198. 77 Al-Bazdawi, Kit ãb Ushül uddin, h. 361- 362. 78 Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang it u

t elah sesat dari j alan yang lurus. (QS. al-Baqarah [ 2] : 108).

7puZ|¡ym ‘ˇB y7t/$|„r& !$¤B ‘ˇB y7t/ $|„r& !$tBur ( «!$# z ‘ ˇ J sø ( 79 : ء ﺎﺴﻨﻟا ) ˙—¨ y7¯¡ł flR ‘ ˇ J sø 7py¥˝h y

80 ˇp¤Ypgł:$# =»ptı r& y 7 ˝ · fl » s9 ’ r Ø &

L !#t y_ $pk

ˇø tߡ$˛#»yz

˙˚˝¨ tbqŁ=yJ Łt

(#q R %x . $yJ˛/

81 ( 14 : ف ﺎﻘﺣﻻا ) Wx ˛ = s% (#q 3ys

u ø= sø

ˇ Vx . (#q 37u ł9ur ˙ ¸¨ tbq 7¯¡ı3t

L !#t y_ #Z

(#q R %x . $yJ˛/

82 ( 82 : ﺔﺑﻮﺘﻟا ) u !$x' ˘tBur ‘ ˇ B sª ø= sø u !$x' ‘ y J sø

83 ( 29 : ﻒﻜﻟا ) ˙¸ ¨ 4 ı3u ø= sø /

3 Z ˇ J sø /

3 s) n = s{ ˇ %' ! $ # uqŁd

84 ( 2 : ﻦﺑﺎﻐﺘﻟا ) ˙¸¨ ‘ˇBsB / 3ZˇBur ˇ ø% 2

Dalam surat al-Baqarah ayat 108 menurut Abdul Jabbãr menggambarkan dengan j elas bahwa manusia sendirilah yang menukar keimanan dan kekuf urannya. Dan adalah benar bahwa upaya unt uk menukar sesuat u dengan yang lain, merupakan pert anda dari kebebasan memilih dan

berbuat . 85 Lebih lanj ut Abdul Jabbãr mengat akan, bahwa manusialah pelaku perbuat annya sendiri dengan bebas, bukan Tuhan, sepert i yang dit egaskan

oleh Allah dalam surat al-Ahqãf ayat 14, bahwa balasan surga dan neraka, rasa gembira dan rasa susah, diberikan oleh Allah at as usaha yang dilakukan oleh manusia sendiri. Sebab bila bukan manusia yang elakukan perbuat an it u, lalu diberi ganj aran oleh Allah t ent ulah ayat t ersebut merupakan

79 Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu (QS. Äli Imrãn [ 3] : 133). 80 Apa saj a nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saj a bencana yang

menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. al-Nisã' [ 4]: 79).

Mereka it ulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan at as apa yang t elah mereka kerj akan. (QS. al-Ahqãf [ 46] : 14).

Maka hendaklah mereka t ert awa sedikit dan menangis banyak, sebagai

pembalasan dari apa yang selalu mereka kerj akan. (QS. al-Taubah [ 9] : 82).

83 Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa

yang ingin (kaf ir) biarlah ia kaf ir". (QS. al-Kahf i [ 18]: 29).

84 Dia-lah yang mencipt akan kamu maka di ant ara kamu ada yang kaf ir dan di

ant aramu ada yang mukmin. (QS. al-Taghãbun [ 64] : 2).

85 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Mut asyãbih al-Qur` an, j ilid I, h. 104.

kebohongan semat a. 86 Oleh sebab it u, lanj ut Abdul Jabbãr, pilihan at as kufur dan iman t erlet ak di t angan manusia sendiri, bukan oleh perbuat an

dan kehendak Tuhan. 87 Surat Äli Imrãn ayat 133 menurut Abdul Jabbãr menunj ukkan bahwa

manusia adalah pelaku perbuat annya sendiri yang bebas memilih. Sebab bila Tuhanlah yang mencipt akan gerak menusia, bukan manusia sendiri, t ent u ( ا ﻮﻋرﺎﺳ ) sãri` ü / berseger a haruslah digant ungkan pada Tuhan, mewuj udkan at au meniadakannya. Dan it u berart i t idak sesuai dengan rangsangan Tuhan

bagi manusia unt uk bersegera memperoleh ampunan. 88 Surat berikut nya al-

Nisã' ayat 79 j uga menunj ukkan bahwa manusialah, bukan Tuhan, demikian Abdul Jabbãr, yang melakukan perbuat an j ahat . Apabila Tuhan yang melakukan kej ahat an it u, t ent ulah perbuat an j ahat t ersebut t idak dinisbat kan kepada manusia. 89

Surat al-Taubah ayat 82 menunj ukkan, sekiranya perbuat an manusia adalah perbuat an Tuhan dan bukan perbuat an manusia, t ent ulah pemberian balasan dari Tuhan at as perbuat an manusia, t idak ada art inya. Agar ayat ini t idak mengandung dust a, demikian Abdul Jabbãr, perbuat an-perbuat an

manusia haruslah bet ul -bet ul perbuat an manusia. 90 Surat al-Kahf i ayat 29 dan surat al-Taghãbun ayat 2 memberi

kebebasan kepada manusia unt uk percaya at au t idak. Dengan kat a lain, pilihan unt uk menj adi mukmin at au kaf ir diserahkan Tuhan kepada manusia. Kalau bukan begit u maksudnya, t ent u ayat ini t idak ada art inya, dan sama saj a dengan mengat akan siapa yang ingin hit am hendaklah ia hit am, dan

86 Al-Qãçî Abdul Jabbãr , Mut asyãbih al-Qur` an, j ilid I, h. 361. 87 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Mut asyãbih al-Qur` an, j ilid I, h. 362. 88 Al-Qãçî Abdul Jabbãr , Mut asyãbih al -Qur` an, j ilid I, h. 362. 89 Al-Qãçî Abdul Jabbãr, Mut asyãbih al-Qur` an, j ilid I, h. 198. 90 Al-Bazdawi, Kit ãb Ushül uddin, h. 361.

siapa yang ingin put ih hendaklah ia put ih. Padahal warna kulit hit am at au put ih bukan at as kemauan dan pilihan manusia. 91

Aliran kalam t radisional yang memberikan daya yang kecil kepada akal manusia, menempat kan manusia pada posisi yang lemah sert a banyak bergant ung pada kekuat an dan kehendak mut lak Tuhan. Karena manusia dipandang lemah, paham qadariyyah t idak t erdapat dalam aliran ini.

Unt uk menggambarkan hubungan ant ara daya dan kehendak yang t erdapat dalam diri manusia dengan t erwuj udnya suat u perbuat an, al- Asy` ari (260-324 H / 873-935 M) mengemukakan t eori kasb (perolehan).

Yang dimaksud dengan kasb, menurut Asy` ari, adalah berbarengan daya dan kehendak manusia dengan perbuat an Allah. 92 Maksudnya, j ika seseorang

hendak berbuat , pada saat it u j uga Allah mencipt akan daya padanya unt uk t erwuj udnya perbuat an it u. Namun, yang dimaksud dengan t erwuj udnya

perbuat an it u bukanlah dalam art i mencipt akannya, melainkan memperoleh perbuat an yang dicipt akan Allah. 93

Asy` ari mengemukakan t eori kasb t ersebut beranj ak dari dasar pemikirannya bahwa Allah adalah Tuhan Yang Mahakuasa at as segala sesuat u. Karena it u, kalau ada di ant ara makhluk-Nya yang t elah mencipt a,

berart i Allah bukan lagi Tuhan Yang Mahakuasa. 94 Namun, di sisi lain t idak pula dapat dipungkiri bahwa manusia merasakan adanya daya dan kehendak

dalam dirinya unt uk melakukan suat u perbuat an. Oleh karena berpengaruhnya dua macam daya dalam suat u perbuat an t idak dapat dit erima oleh akal pikiran, unt uk memecahkan problem t ersebut dikemukakanlah t eori kasb. Selain it u, kat a Asy` ari, akal j uga dapat

91 Al-Bazdawi Kit ãb Ushül uddin, h. 362. 92 Abu al-Èasan Ismã’ îl,

Mãqãlat al -Isl ãmiyyîn wa Ikht il ãf al -Muéal lîn, (Ed) Muhammad Muèyi al-Dîn ‘ Abd al-Èamîd, j ilid II, (Beirut : Makt abah al-Asriyyah, 1990),

h. 221.

93 Maèmüd Qãsim, Mãnãhij al -Adil lah f i ` Aqãid al -Mil lah l i Ibn Rusyd, (Kairo: Makt abat al-Anglo al-Misriyyah, 1963), h 109. Harun Nasut ion, Teologi Isl am, h. 107.

94 Maèmüd Qãsim, Mãnãhij al -Adil lah, h. 109.

menerima t erwuj udnya suat u perbuat an karena pengaruh daya Allah apabila dilihat dari segi t ercipt anya dan dari daya manusia dari segi

memperolehnya. 95 Unt uk melegit imasi pendapat mereka t ersebut , Asy` ariyyah ant ara

lain meruj uk kepada surat al-Éãff ãt [ 37] : 96 dan al-Insãn [ 76]: 30:

$tBur /

3 s) n = s{ “!$#ur

ˇ¨ tbqŁ=yJ Ł s? u !$t–o br& Hw˛ ) tbr !$t–n@ $tBur $‚J ˛=tª t b %x . '!$# ¤b˛) 4 “!$#

¨ $ VJ ¯3ym Kat a ( ن ﻮﻠﻤﻌﺗ ﺎﻣو ) wa mã t a` mal ün dalam surat al-Saf f at diart ikan oleh

Asy` ari dengan “ apa yang kamu perbuat ” dan bukan “ apa yang kamu buat ” . Dengan demikian ayat ini mengandung art i Allah mencipt akan kamu dan perbuat an-perbuat an kamu. Oleh karena it u menurut Asy` ari, perbuat an-

perbuat an manusia adalah dicipt akan Tuhan. 98 Dan t idak ada pembuat ( f ail ) bagi 99 kasb kecuali Allah. Tidak ada yang mencipt akan dan t idak ada yang

melakukan sert a t idak ada yang menent ukan suat u perbut an, t ermasuk kasb manusia, selain dari Allah.

Surat al-Insãn ayat 30, diart ikan oleh Asy` ari, bahwa manusia t idak bisa menghendaki sesuat u, kecuali j ika Allah menghendaki-Nya. 100 Jadi

seseorang t idak bisa menghendaki pergi ke Mekah, kecuali j ika Tuhan menghendaki seseorang it u supaya berkehendak pergi ke Mekah. Ini j elas mengandung art i kehendak manusia adalah sat u dengan kehendak Tuhan dan bahwa kehendak yang ada dalam diri manusia sebenarnya t idak lain dari

95 Maèmüd Qãsim, Mãnãhij al -Adil lah, h. 110. 96 Padahal Allah-lah yang mencipt akan kamu dan apa yang kamu perbuat it u. (QS.

al-Éãf f ãt [ 37]: 96).

97 Dan kamu t idak mampu (menempuh j alan it u), kecuali bila dikehendaki Allah. (QS. al-Insãn [ 76]: 30).

98 Abu al-Èasan al-Asy` ãri, Kit ab al -Luma` f i al -Radd ` al a ahl al -zaig wa al -Bida` , (Beirut : Dar al-Kut ub al-Islamiyyah, 2000), cet 1,

h. 43.

99 Abu al-Èasan al-Asy` ãri, Kit ab al -Luma', h. 45. 100 Abu al-Èasan al-Asy` ãri, Kit ab al -Luma', h. 75.

kehendak Tuhan. 101 Adapun Mat uridiyyah Bukhara, bagi mereka kehendak berbuat adalah

sama dengan kehendak yang t erdapat dalam golongan Mat uridiyyah Samarkand. Mereka j uga mengikut i Abu Hanifah dalam paham kehendak dan kerelaan Tuhan. 102 Mengenai daya j uga sama, yait u daya yang dicipt akan bersama-sama dengan perbuat an. 103 Golongan ini berpendapat bahwa unt uk

mewuj udkan perbuat an perlu ada dua daya. Manusia t idak mempunyai daya unt uk mencipt akan. Daya yang ada pada manusia hanya bisa unt uk

melakukan perbuat an. Yang dapat mencipt a hanya Tuhan 104 dan dalam

cipt aan-Nya it u t ermasuk perbuat an manusia. 105 Dengan demikian manusia hanya melakukan perbuat an yang t elah

dicipt akan Tuhan baginya. Mat uridiyyah Bukhara j uga mengakui adanya dua perbuat an, perbuat an Tuhan dan perbuat an manusia. Perbedaannya dengan

Mat uridiyyah Samarkand ialah perbuat an Tuhan bagi Mat uridiyyah Bukhara pencipt aan perbuat an manusia dan bukan pencipt aan daya. Perbuat an ini

disebut 106 maf ` ul . Perbuat an manusia hanyalah melakukan perbuat an yang dicipt akan it u. Perbuat an ini disebut 107 f i` il . Sedang menurut Mat uridiyyah

Samarkand, perbuat an Tuhan adalah mencipt akan daya, bukan mencipt akan perbuat an manusia.

Aliran Mat uridiyyah Bukhara, sebagai yang dikemukakan oleh al- Bazdawi, menguat kan pendapat mereka dengan surat al -Mulk [ 67] : 13-14,

al-Rüm [ 30] : 22 dan surat al-Ra` d [13]: 16. 108

101 Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h 110. 102 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn, h 42. 103 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn , h 115. 104 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn, h 106-107. 105 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn, h 104. 106 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn h 106. 107 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn, h 106. 108 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn , h 102-104.

¯r&ur …mflR˛) ( ˇm˛/ (#rª yg _$# ˙˚ ¨ ˝ r

˝rr& N 3 s9 q s% (#r

`9$# ˇ N# x ˛/ 7O˛=t uqŁdur t,n=y{ ‘tB ª Nn = Łt

wr &

: ﻚﻠﻤﻟا ) ˙˚˝¨ ˛7sł:$# #

ˇ fl=9$# 109 ( 14 - 13

, ø= y z ˇ m ˇ G» t #u ‘ˇBur ˙ F{$#ur ˇ N” u q » y J ¡ ¡ 9 $ # N 6ˇ Go Y ¯ ¡ ł 9 r & #»n=ˇGz$#ur

y7ˇ9”s ˛ß ¤b˛) 4 /

3ˇR”uqł9r&ur ( 22 مو : ﺮﻟا ) ˙¸¸¨ t ß ˇ J ˛ = » y Ł ø= ˇ j 9 ;M»t Uy

ˇ N” u q » y J ¡ ¡ 9 $ # >§ ‘tB @Ł %

F{$#ur ˇmˇRr

‘ˇiB MŁ?ı s “ B $ $ sør & tbq 3˛= Jt

w u !$u ˇ9 rr&

4 #u

wu r $YŁł

tR N˛ g ¯ ¡ RL{

4 yJ ªF{$# ¨qtG¡o @y d @Ł % ¨qtG¡n@ @y d Pr& ¯`t7ł9$#ur Pr& 3 q Z9$#ur M»uH>

9$# u ! %x . u

‹! (#qŁ=yŁy_ t m t 6» t – t F sø ˇm ) ø= y x. (#q )n=yz

“!$# ¨ @Ł % 4 N˝ k

n=tª , ø= s ł : $ #

uqŁdur &

x« ¨e@. ,˛=»yz : ﺪﻋﺮﻟا ) ˙˚ˇ¨ ª » £ g s) ł 9 $ # ˇn”uqł9$#

109 Dan rahasiakanlah perkat aanmu at au lahirkanlah; Sesungguhnya Dia Maha menget ahui segala isi hat i. Apakah Allah yang mencipt akan it u t idak menget ahui (yang

kamu lahirkan at au rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Menget ahui? (QS. al-Mulk [ 67]: 13-14).

110 Dan di ant ara t anda-t anda kekuasaan-Nya ialah mencipt akan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulit mu. Sesungguhnya pada yang demikan it u

benar-benar t erdapat t anda-t anda bagi orang-orang yang menget ahui. (QS. al-Rüm [ 30]: 22).

111 Kat akanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Kat akanlah: "Maka pat ut kah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka

t idak menguasai kemanf aat an dan t idak (pula) kemudharat an bagi diri mereka sendiri?". Kat akanlah: "Adakah sama orang but a dan yang dapat melihat , at au samakah gelap gulit a dan t erang benderang; Apakah mereka menj adikan beberapa sekut u bagi Allah yang dapat mencipt akan sepert i cipt aan-Nya sehingga kedua cipt aan it u serupa menurut pandangan mereka?" Kat akanlah: "Allah adalah Pencipt a segala sesuat u dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (QS. al-Ra` d [13] : 16).

Ayat -ayat di at as menurut al-Bazdawi menunj ukkan, bahwa segala sesuat u t ermasuk perbuat an manusia adalah dicipt akan Tuhan. Pada surat al-Mulk [ 67] : 13-14 Tuhan mengat akan bahwa ucapan yang dilakukan manusia, baik secara berbisik at aupun secara keras adalah dicipt akan

Allah. 112 Lebih lanj ut al-Bazdawi mengat akan, pada surat al-Rüm [ 30] : 22 Allah menegaskan lagi, bahwa Dialah yang mencipt akan langit dan bumi

sert a mencipt akan warna kulit manusia. Ini berart i, demikian al-Bazdawi, ucapan yang merupakan perbuat a manusia, j uga dicipt akan oleh Allah. Surat al-Ra` d [ 13] : 16 j uga dipahami oleh al-Bazdawi sej alan dengan ayat - ayat sebelumnya. Kat a ( ﻖﻠﺨﻟا ) al -khal q / cipt aan adalah f i` il (perbuat an) dan ( ﻊﻨﺼﻟا ) al -sun` u / buat an . karena it u, demikian al-Bazdawi, segala sesuat u yang t erj adi di langit dan di bumi adalah cipt aan Allah, denga kat a lain

semuanya it u merupakan perbuat an dan buat an Allah. 113 Dalam uraian berikut dikemukakan pula pandangan Muhammad

Quraish Shihab t ent ang masalah perbuat an manusia. Apakah Muhammad Quraish Shihab mempunyai paham 114 qadari ah, yang memandang manusia

mempunyai kebebasan dalam kehendak dan perbuat an, memungkinkan

112 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn, h 102. 113 Al-Bazdawi, Kit ãb Uéül al-Dîn, h 104. 114 Term qadariyah mengandung dua art i. Pert ama: orang-orang yang memandang

manusia berkuasa dan bebas at as perbuat an-perbuat annya. Dalam art i it u qadariyah berasal dari kat a qadara yakni berkuasa at au mempunyai qudrah. Kedua: orang-orang yang memandang nasib manusia t elah dit ent ukan dari azal. Dengan demikian, qadariyah di sini berart i menent ukan, yakni ket ent uan Tuhan at au nasib. Kaum Mu` t azilah, sebagai dij elaskan oleh al-Syahrast ani, menent ang sebut an qadariyah, yang diberikan kepada mereka. Nama ini, kat a mereka, lebih t epat diberikan kepada orang yang percaya kepada kadar baik dan buruk dat ang dari Allah. Lihat Al-Syahrast ãni, al -Mil al wa al -Nihal, (Beirut : Dãr al-Kut ub al-Ilmiyyah, t . t h), j ild I, h. 38. Apakah sebabnya mereka diberi nama qadari yah, dij elaskan oleh Asy` ari sebagi berikut : kaum Qadariyah adalah kaum yang memandang perbuat an-perbuat an mereka diwuj udkan oleh daya mereka sendiri dan bukan oleh Tuhan. (Al-Asy` ari, al -Ibãnah an Uéül al -Diyãnah, (Beirut : Makt abat Dãr al-Bayãn, 1999), h. 40). Paham Qadariyah dit imbulkan pert ama kali oleh Ma` bad al-Juhani (w. 80 H). menurut Ibn Nabat ah, Ma` bad al-Juhani dan t emannya Ghailan al-Dimasyki (abad VIII M) mengambil paham ini dari dari seorang Krist en yang masuk Islam di Irak. Menurut al- Zahabi, Ma` bad al-Juhani adalah seorang Tabi` i yang baik. lihat Aèmad Amîn, Faj r al - Isl ãm, (Kairo: Makt abat al-Usrah, 2000), h. 451.

manusia bersikap dinamis? Paham ini, sebagaimana disinggung pada uraian t erdahulu, dianut oleh aliran Mu` t azilah dan Mat uridiyyah Samarkand.

At aukah Muhammad Quraish Shihab menganut paham 115 j abariah, yang memandang manusia bersifat pasif dan fat alis, hanya menyerah kepada

nasib dan t akdir yang t elah dit ent ukan Tuhan? Paham ini di anut oleh aliran Asy` ariyyah dan Mat uridiyyah Bukhara.

Sebagai makhluk hidup, manusia senant iasa bergerak, berbuat dan berprilaku. Sebagai makhluk hamba Allah, manusia t idak dapat melepaskan diri dari-Nya. Di sini t imbul persoalan, siapakah yang t elah mencipt akan dan

melakukan perbuat annya it u, manusia sendiri at aukah Allah? Apakah manusia bebas dalam mewuj udkan perbuat an-perbuat annya at aukah t ergant ung kepada kehendak kekuasaan mut lak Tuhan?

Persoalan t ersebut t elah menimbulkan perbedaan paham di kalangan mut akal l imin (para t eolog Islam) t ent ang hakikat perbuat an manusia (af ` ãl al -ibãd). Ayat -ayat yang t elah dij adikan argumen oleh aliran-aliran t eologi unt uk memperkuat pendirian masing-masing, baik ayat -ayat it u t ermasuk ayat -ayat kadar maupun ayat -ayat j abar. Ayat -ayat kadar ialah ayat -ayat

115 Jabariah adalah paham yang diaj arkan oleh Ja` ad Ibn Dirham (w. 116 H / 735 M) kemudian dikembangkan oleh Jahm ibn Shaf wan (w. 127 H / 745 M). Menurut paham ini,

perbuat an manusia dicipt akan oleh Allah. Karena it u, berkenaan dengan perbuat annnya it u, manusia selalu dalam keadaan t erpaksa (maj bür), t idak memiliki daya, kemampuan, dan kehendak unt uk memilih dan melakukan perbuat an-perbuat annya. Allah mencipt akan perbuat an-perbuat an manusia sepert i Dia t elah mencipt akan benda-benda mat i, kemudian perbuat an-perbuat an t ersebut dinisbahkannya kepada manusia secara maj azi sebagaimana penisbahannya kepada benda-benda mat i, sepert i daun kelapa melambai, pohon kayu bergoyang, dan bat u bergulir. Kehidupan manusia di dunia ini, menurut Jabariah, t idak berbeda denga sehelai bulu yang dit iup angin at au sekeping papan yang diombang-ambing gelombang. Sebagaimana perbuat annya, pahala dan hukuman yang dit erima manusia j uga bersif at paksaan sebab pahala dan hukuman yang dit erima manusia it u t idak ada hubungannya dengan perbuat annya. Allah t elah ment akdirkan pada set iap orang melakukan ini dan it u dan t elah pula ment akdirkan unt uknya pahala dan hukuman yang bakal dit erimanya. Dengan demikian, nama Jabariah yang berasal dari kat a Jabbara yang berart i memaksa it u sesuai dengan paham yang dianut oleh para penganut nya. Amir Naj j ar, Al iran Khawarij Mengungkap Akar Persel isihan Umat , t erj emahan oleh A. Salihin Rasyidi dan Af if Muhammad, (Jakart a: Lent era, 1993), h. 34-35. Lihat j uga Harun Naut ion, Teol ogi Isl am, h.

yang secara lit eral t elah menyandarkan perbuat an mausia kepada manusia it u sendiri, sepert i surat al-Anf ãl [ 8]: 53, al-Ra` d [ 13] : 11, Äli Imrãn [ 3] : 133, al-Kahf i [ 18] : 29, dan al-Taghãbun [ 64] : 2.

7t Ns9 '!$# cr’˛/ y7ˇ9”s

i t ªB (#r i t

$ygyJyŁ Rr& ”pyJ ŁˇoR #Z

4 fiLym B Q q s% 4 n?tª

'!$# cr&ur N˝ k ¯ ƒ

Rr’˛/ $tB 116 ( 53 : ل ﺎﻔﻧﻻا ) ˙˛ ¨ O˛=t ˇJy

B Q q s) ˛ / $tB i t ª

w '!$# c˛)

$tB (#r

4 fiLym

Rr’˛/ ;ot ˇ

117 ( 11 : ﺪﻋﺮﻟا ) ˙˚˚¨ N˝ k ¯ ƒ

qªª˝ $y ur * $yg ˚

tB 4 n<˛) (#

tª >p¤Yy_ur N 6˛ n / § ‘ˇiB F{$#ur N” u q » y J ¡ ¡ 9 $ # ( 133 نا : ﺮﻤﻋ لا ) ˙˚

¨ tß

) › G J ø= ˇ 9 N£ ˇªØ&

118 u !$x' ˘tBur ‘ ˇ B sª ø= sø u !$x' ‘ y J sø

119 ( 29 : ﻒﻜﻟا ) ˙¸ ¨ 4 ı3u ø= sø /

3 Z ˇ J sø /

3 s) n = s{ ˇ %' ! $ # uqŁd

“!$#ur 4 ‘ˇBsB /

3ZˇBur ˇ ø% 2 120 ( 2 : ﻦﺑﺎﻐﺘﻟا ) ˙¸¨ ¯`t/ tbqŁ=yJ Ł s? $yJ˛/

116 Yang demikian it u adalah karena Sesungguhnya Allah t idak akan mengubah sesuat u nikmat yang t elah dianugerahkan-Nya kepada suat u kaum, hingga kaum it u

mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha menget ahui. (QS. al-Anf ãl [ 8] : 53).

117 Sesungguhnya Allah t idak mengubah keadaan suat u kaum sehingga mereka

mengubah apa yang ada pada diri mereka. (QS. al-Ra` d [ 13]: 11).

118 Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan unt uk orang-orang yang bert akwa. (QS. Äli

Imrãn [ 3]: 133).

119 Maka barang siapa yang ingin maka hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin biarlah ia kaf ir. (QS. al-Kahf i [18] : 29)

120 Dialah Yang mencipt akan kamu, lalu sebagian kamu kaf ir dan sebagian kamu mukmin dan Allah t erhadap apa yang kamu kerj akan Maha Melihat (QS. al-Taghãbun [ 64] :

Sebaliknya, ayat -ayat j abar ialah ayat -ayat yang mengesankan penyandaran perbuat an manusia kepada Allah, sepert i surat al-Baqarah [ 2] :

7, Hüd [ 11] : 34.

N˛ g ˛ / qŁ=Ł% 4 n?tª “!$# z Nt F y z

# n?tªur ( N˛ g ˇ Ł Jy

4 n?tªur

N g s9 u r ( ouq»t–ˇ

Nˇ d

»|` / r&

tª º>#x tª b˛) ß ¯

121 ( 7 : ة ﺮﻘﺒﻟا ) ˙ —¨ Oˇ

3ªŁx

Zt wu r b˛) N 3 s9 yx|`Rr& br& Nu r&

“!$# t b %x . N3 / u

br& ª

uqŁd 4 N3t ¨qł ª 122 ( 34 : د ﻮª ) ˙

˝¨ cqªŁy_

Ł? ˇmł s9 ˛ ) u r

Ket ika menafsirkan ayat -ayat kadar, Muhammad Quraish Shihab menafsirkannya menurut lit eralnya. Misalnya, surat al-Anf ãl [ 7] : 53 dan al- Ra` d [ 13] : 11. Menurut Muhammad Quraish Shihab, kedua ayat t ersebut it u berbicara t ent ang perubahan, t et api ayat pert ama berbicara t ent ang perubahan nikmat , sedang ayat al-Ra` d mencakup perubahan apapun, yakni baik dari ni` mat (sesuat u yang posit if) menuj u niqmat ( murka Ilahi at au

sesuat u yang negat if ), maupun dari negat if ke posit if . 123 Selanj ut nya Muhammad Quraish Shihab menj elaskan bahwa ada

beberapa hal yang perlu digarisbawahi menyangkut kedua ayat di at as. Pert ama: ayat -ayat t ersebut berbicara t ent ang perubahan sosial yang berlaku bagi masyarakat masa lalu, masa kini, dan masa mendat ang. Keduanya berbicara t ent ang hukum-hukum kemasyarakat an, bukan menyangkut orang perorangan at au individu. Ini dipahami dari penggunaan

kat a 124 kaum / masyarakat pada kedua ayat t ersebut .

121 Allah t elah menunci mat i hat i dan pendengaran mereka, dan pada penglihat an

ada penut up. Dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (QS. al-Baqarah [ 2] : 7).

122 Dan t idaklah bermanf aat bagi kamu nasihat ku j ika aku hendak memberi nasihat bagi kamu, sekiranya Allah hendak menyesat ka kamu. Dia adalah Tuhan kamu dan kepada-

Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Hüd [ 11]: 34).

Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h 473. 124 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h. 473.

Karena it u dapat dit arik kesimpulan bahwa perubahan sosial t idak dapat dilakukan oleh seorang manusia saj a. Memang boleh saj a perubahan bermula dari seseorang, yang ket ika ia melont arkan dan menyebarkan ide- idenya ia baru sendirian t et api perubahan baru t erj adi bila ide yang disebarluaskannya mengelinding dalam masyarakat . Pola pikir dan sikap perorangan it u “ menular” kepada masyarakat luas, sedikit demi sedikit kemudian “ mewabah” kepada masyarakat luas. Penggunaan kat a ( مﻮﻗ ) qaum / kaum, j uga menunj ukkan bahwa hukum kemasyarakat an ini t idak

hanya berlaku bagi kaum muslimin at au sat u suku, ras, dan penganut agama t ert ent u, t et api ia berlaku umum, kapan, dan dimanapun kaum it u berada.

Kedua: karena ayat t ersebut berbicara t ent ang kaum, maka ini berart i bahwa ket et apan at au sunnat ullah yang dibicarakan ini berkait an

dengan kehidupan duniawi, bukan ukhrawi. Hal ini mengant ar kit a berkat a bahwa ada pert anggungj awaban yang bersif at pribadi, dan ini akan t erj adi di akhirat kelak, dan ada j uga t anggung j awab sosial yang bersif at

kolekt if. 125 Ket iga: kedua ayat di at as j uga berbicara t ent ang dua pelaku

perubahan. Yang pert ama adalah Al l ah yang mengubah nikmat . Sedang pelaku kedua adalah manusia dalam hal ini masyarakat yang melakukan perubahan pada sisi dal am mereka dalam ist ilah kedua ayat di at as apa yang t erdapat dal am diri mereka. 126

Keempat : kedua ayat it u j uga menekankan bahwa perubahan yang dilakukan oleh Allah, haruslah didahului oleh perubahan yang dilakukan oleh

125 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h. 474. 126 Muhammad Quraish Shihab, Secercah Cahaya Il ahi Hidup Bersama al -Qur` an,

(Bandung: Mizan, 2007), h. 480. Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al -Mishbãh, vol V, h. 475.

masyarakat . 127 Jadi, dengan kat a lain, ayat t ersebut menurut Muhammad Quraish Shihab memberikan penj elasan bahwa t anpa perubahan yang

dilakukan masyarakat dalam diri mereka t erlebih dahulu, maka must ahil akan t erj adi perubahan sosial. Memang boleh saj a t erj adi perubahan penguasa, at au bahkan sist em, t et api j ika sisi dal am masyarakat t idak berubah, maka keadaan akan t et ap bert ahan sebagaimana sediakala. Jika demikian, yang paling pokok dalam keberhasilan perubahan sosial adalah perubahan sisi dal am manusia, karena sisi dalam manusia it ulah yang melahirkan akt ivit as, baik posit if maupun negat if.

Ayat di at as, di samping melet akkan t anggung j awab yang besar t erhadap manusia, karena darinya dipahami bahwa kehendak Allah at as manusia yang t elah Dia t et apkan melalui sunnah-sunnah-Nya berkait an erat dengan kehendak dan sikap manusia. Di samping t anggung j awab it u, ayat ini j uga menganugerahkan kepada manusia penghormat an yang demikian besar. Bet apa t idak? Bukankah ayat ini menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan Allah at as manusia, t idak akan t erj adi sebelum manusia t erlebih dahulu melangkah. Demikian sikap dan kehendak manusia menj adi “ syarat ” yang mendahului perbuat an Allah swt . Sungguh ini merupakan penghormat an yang luar biasa!

Dalam penj elasannya it u Muhammad Quraish Shihab menegaskan bahwa perubahan yang ada pada manusia it u adalah manusia sendiri yang melakukannya, memberi pet unj uk bahwa Muhammad Quraish Shihab menganut paham manusia mempunyai kebebasan dalam kehendak dan perbuat an. Jelas pandangan sepert i it u sej alan dengan paham Qadariah.

Sikap yang sama t elah pula dilakukan oleh Muhammad Quraish Shihab ket ika menaf sirkan surat Äli Imrãn [ 3] : 133: dengan ayat ini menganj urkan kepada manusia bahwa ket aat an yang dilakukan manusia kepada Allah swt

127 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h. 475.

adalah bagaikan suat u kompet isi unt uk meningkat kan kualit as manusia it u sendiri dimat a Allah swt . Di mana opt imalisasi dari ket aat annya ini akan

beruj ung pada ganj aran yang akan didapat nya kelak di akhirat . 128 Oleh sebab it u, l anj ut Muhammad Quraish Shihab, bersegeralah kamu bagaikan

ket ergesaan seorang yang ingin mendahului yang lain menuj u ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan berlombalah mencapai, yait u surga yang sangat agung yang disediakan unt uk al -mut t aqin, yakni orang- orang yang t elah mant ap ket akwaannya, yang t aat melaksanakan perint ah

Allah dan menj auhi larangan-Nya. 129 Dengan demikian, menurut Muhammad

Quraish Shihab, bahwa yang dimaksud dengan bersegera kepada keampunan dari Allah dan surga adalah bersegera melakukan sebab-sebabnya dan apa saj a yang dapat mempersiapkan orang unt uk memperolehnya dengan cara bert obat dari perbuat an dosa, kemudian disusul dengan berbuat baik. Jadi, dengan kat a lain, yang melakukan perbuat an bersegera menuj u ampunan Allah dan surga it u adalah manusia.

Pemahaman yang sama dengan uraian di at as, j uga dij elaskan oleh Muhammad Quraish Shihab ket ika menaf sirkan surat al-Kahf i [ 18] : 29 dengan mengat akan bahwa manusia sendiri dapat memilih ant ara kufur dan iman. Dan manusia mempunyai kebebasan dalam kehendak dan perbuat an. Pilihan unt uk kafir at au mukmin, dilet akkan at as pilihan manusia sendiri, bukan dit ent ukan oleh Tuhan. Secara lebih j elas Muhammad Quraish Shihab mengat akan hal it u, sebagai berikut :

Maka barang siapa di ant ara kamu, at au selain kamu yang ingin beriman t ent ang apa yang akan kusampaika ini, maka hendaklah ia beriman, keunt ungan dan manf aat nya akan kembali kepada dirinya sediri. Dan barang siapa di ant ara kamu at au selain kamu yang ingin kafir dan menolak pesan-pesan Allah, maka biarlah ia kaf ir- walau sekaya dan set inggi apa pun kedudukan sosialnya. Tidaklah aku,

128 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol II, h 219. 129 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol II, h 219.

apalagi Allah swt . akan mengalami sedikit kerugian pun dengan kekaf irannya, sebaliknya, dialah sendiri yang akan merugi dan celaka

dengan perbuat annya yang t elah menganiaya dirinya sendiri. 130

Penj elasannya yang lebih j elas lagi dapat diket ahui pada penaf sirannya t erhadap surat Taghãbun [ 64] : 2 yang dij adikan dalil oleh Mu` t azilah, dit af sirkan oleh Muhammad Quraish Shihab dengan mengat akan bahwa f irman-Nya: ( ﻦﻣﺆﻣ ﻢﻜﻨﻣ و ﺮﻓﺎﻛ ﻢﻜﻨﻤﻓ ) l al u di ant ara kamu ada yang kaf ir dan ada yang mukmin. Kalimat t ersebut harus dipahami sebagai berhubungan dengan kandungan makna “ Di al ah yang mencipt akan kamu”

dan ini berart i Dia mencipt akan manusia memiliki pot ensi unt uk beriman dan kuf ur. 131 Dengan demikian, menurut Muhammad Quraish Shihab, All ah

memberi mereka kebebasan memilih dan akhirnya ada yang mengembangkan pot ensi kekuf uran dan mengabaikan pot ensi keimanannya sehingga ia menj adi kafir, dan ada j uga sebaliknya mengembangkan pot ensi

iman, sehingga ia menj adi mukmin. 132 Dari penafsiran yang t elah dij abarkan di at as, dapat dipahami bahwa Muhammad Quraish Shihab menekankan lagi,

bahwa manusia mempunyai kebebasan unt uk memilih mukmin at au kaf ir. Selanj ut nya akan lebih j elas t erlihat , j ika dihubungkan dengan penaf siran Muhammad Quraish Shihab t erhadap surat al-Sãf fãt [ 37] : 96, yang dij adikan dalil oleh Asy` ariyyah unt uk menyat akan bahwa perbuat an manusia j uga merupakan cipt aan Tuhan, t idak dipahami oleh Muhammad Quraish Shihab sebagai yang dipahami mereka. Namun dit af sirkan oleh Muhammad Quraish Shihab dengan mengat akan bahwa Allah yang mencipt akan kamu dan apa yang kamu buat . Maksudnya Allah j uga yang mencipt akan kayu dan bat u yang merupakan bahan yang kamu pahat . Secara lebih j elas Muhammad Quraish Shihab mengat akan hal it u sebagai

130 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol VIII, h 52. 131 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XIV, h 263. 132 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XIV, h. 263.

berikut : Kat a ( ﺎﻣ ) mã pada firman-Nya: ( ن ﻮﻠﻤﻌﺗ ﺎﻣو ) wa mã t a` mal ün, dapat

mengandung berbagai art i. Ia bisa berart i yang, sehingga ayat di at as berart i: Padahal Al l ah yang t el ah mencipt akan kamu dan yang kamu buat it u. Maksudnya Allah j uga yang mencipt akan kayu dan bat u yang merupakan bahan yang kamu pahat . Ia dapat j uga berart i apa yang digunakan bert anya. Dengan makna ayat di at as mengecam dan merendahkan mereka bagaikan menyat akan: Apa sih yang kamu buat it u, sama sekali t idak ada art i dan maknanya. Ia hanya bat u dan kayu. Pendapat ket iga memahaminya dalam art i t idak. Penganut pendapat ini menj adikan ayat di at as bagaikan berkat a: Padahal Al l ah yang mencipt akan kamu, dan kamu t idak mel akukan suat u apapun. Banyak ulama yang berkecimpung dalam st udi t eologi berusaha mengukuhkan pendapat Ahl al-Sunnah menyangkut perbuat an manusia. Mereka berpendapat bahwa kat a ma di sini berf ungsi mengalihkan kat a kerj a menj adi kat a j adian ( inf i nit i ve noun), sehingga kalimat wa mã t a` mal ün berart i dan pekerj aan kamu. Manusia dan j uga amal-amal perbuat annya adalah cipt aan Allah. Manusia hanya memiliki apa yang diist ilahkan dengan kasab t anpa memiliki daya mencipt a walau amalnya sendiri. 133

Kut ipan berikut nya, adalah:

Kalau kit a melihat kont eks uraian Nabi Ibrahim as. di sini, maka agaknya pendapat pert ama yang penulis kemukakan di at as – lebih dekat kepada kebenaran – t erlepas dari perbedaan pendapat para t eolog ant ara penganut paham Fat alisme (Jabariyah) at au penganut paham kebebasan manusia (Qadariyah) at aukah penganut paham kasab yang berusaha menengahi kedua pendapat sebelumnya. Nabi Ibrahim as. dalam ayat ini bermaksud mengecam kaumnya karena mempersekut ukan Allah, padahal Dia adalah Pencipt a segala sesuat u, baik secara langsung maupun melalui pelimpahan daya kepada manusia. 134

Berdasarkan penaf siran di at as, dapat dipahami bahwa Muhammad Quraish Shihab membedakan ant ara perbuat an manusia yang merupakan cipt aan manusia sendiri dan bahan pembuat an pat ung yang merupakan

133 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XII, h. 59. 134 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XII, h 59.

cipt aan Allah. Muhammad Quraish Shihab memahami ayat di at as berart i: “ Padahal Al l ah yang mencipt akan kamu dan apa yang kamu buat .” Jadi, dengan demikian, mencipt akan bat u dan kayu adalah perbuat an Allah, sedangkan memahat kayu at au bat u menj adi pat ung bukanlah perbuat an Allah dan bukan pula dicipt akan oleh Allah. Oleh karena it u, dalam pandangan Muhammad Quraish Shihab, perbuat an manusia bukanlah dicipt akan Allah. Berbeda dengan aliran Asy` ariyyah, yang memahami ayat di at as berart i: “ Allah yang mencipt akan kamu dan apa yang kamu perbuat .”

Set elah penaf siran Muhammad Quraish Shihab di at as t erhadap ayat - ayat kadar diket ahui, berikut ini akan dikemukakan pula penaf sirannya t erhadap ayat -ayat j abar, di ant aranya surat al-Baqarah [2]: 7, al-Anfãl [8] :

17 dan Hüd [11]: 34.

N˛ g ˛ / qŁ=Ł% 4 n?tª “!$# z Nt F y z

# n?tªur ( N˛ g ˇ Ł Jy

4 n?tªur

N g s9 u r ( ouq»t–ˇ

Nˇ d

»|` / r&

135 ( 7 : ة ﺮﻘﺒﻟا ) ˙ —¨ Oˇ

tª º>#x tª

'!$# ˘ ¯ 3 » s9 u r NŁ d q Ł =

F ł ) s? Nn = sø

ł ˛) |Mł tBu

$tBur 4 O

g n = t Gs%

4 t Gu '!$# ˘ ¯ 3 » s9 u r |Mł tBu 136 ( 17 : ل ﺎﻔﻧﻻا ) ˙ ˚ —¨ 4O˛=t

b˛) ß ¯

3ªŁx

Zt wu r b˛) N 3 s9 yx|`Rr& br& Nu r&

“!$# t b %x . N3 / u

br& ª

uqŁd 4 N3t ¨qł ª 137 ( 34 : د ﻮª ) ˙

˝¨ cqªŁy_

Ł? ˇmł s9 ˛ ) u r

135 Allah t elah mengunci mat i hat i dan pendengaran mereka, dan pada penglihat an ada penut up. Dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (QS. al-Baqarah [ 2] : 7).

136 Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan t et api Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ket ika engkau melempar, t et api Allah yang

melempar. (QS. al-Anfãl [ 8] : 17). 137 Dan t idaklah bermanf aat bagi kamu nasihat ku j ika aku hendak memberi nasihat

bagi kamu, sekiranya Allah hendak menyesat kan kamu. Di adalah Tuhan kamu dan kepada- Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Hüd [ 11]: 34).

Ayat -ayat j abar, yang dipahami oleh aliran kalam t radisional dalam makna Jabariyah, t ernyat a dipahami oleh Muhammad Quraish Shihab dalam makna Qadariyah. Dalam penafsirannya t erhadap surat al-Baqarah [ 2] : 7, Muhammad Quraish Shihab memberikan pandangan bahwa ayat di at as, bukan berbicara t ent ang semua orang kafir, t et api orang kaf ir yang kekuf urannya t elah mendarah daging dalam j iwa mereka sehingga t idak lagi mungkin akan berubah. Ayat ini menunj uk kepada mereka yang keadaannya t elah diket ahui Allah sebelum, pada saat , dan sesudah dat angnya aj akan

beriman kepada mereka. 138 Lebih lanj ut Muhammad Quraish Shihab

mengat akan, bahwa penget ahuan Allah t ent ang kepast ian t idak bergunanya peringat an buat mereka bukanlah sebab yang menj adikan mereka t idak beriman. Nah, unt uk orang-orang kafir yang dimaksud oleh ayat ini, penyebabnya adalah keengganan mereka menerima iman sehingga Al l ah t el ah mengunci mat i hat i dan pendengaran mereka. 139 At au, dengan kat a lain, yakni Allah membiarkan mereka larut dalam kesesat an sesuai dengan keinginan hat i mereka sendiri, sehingga akhirnya hat i mereka t erkunci mat i dan t elinga mereka t idak dapat mendengar bimbingan. Dan pada penglihat an mereka pun ada penut up, sehingga t anda-t anda kebesaran Allah yang t erhampar di alam raya, t idak mereka l ihat kecuali f enomenanya saj a. Pada gilirannya ini menj adikan mereka waj ar mendapat siksa yang pedih.

Sement ara it u, surat al-Anf ãl [ 8] : 17 dit af sirkan oleh Muhammad Quraish Shihab dengan mengat akan bahwa yang dimaksud dengan bukan engkau yang mel empar bukanlah menaf ikan gerak t angan Nabi dan pelemparan yang beliau lakukan, t erbukt i dengan redaksi berikut nya yakni ket ika engkau mel empar, - t et api maksudnya bukan engkau yang

menghasilkan dampak pelemparan t ersebut . 140 Lebih lanj ut Muhammad

138 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol I, h 96. 139 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol I, h 96. 140 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h 402

Quraish Shihab mengat akan, karena kalau Nabi yang melakukannya, maka mana mungkin segenggam bat u dapat mengenai t epat mat a lawan, bahkan mengenai mereka semua yang j umlahnya seribu orang lebih. It u adalah sesuat u yang berada di luar kebiasaan. Unt uk menghindari kemungkinan memahaminya dalam art i maj azi, maka ayat ini menekankannya dengan

kat a 141 ket ika engkau mel empar. Selanj ut nya, surat Hüd [ 11] : 34 dit af sirkan Muhammad Quraish Shihab

dengan mengat akan bahwa Nabi Nuh as. menekankan bahwa j ika Allah swt . hendak menyesat kan kamu akibat ulah kamu sendiri maka t idaklah j uga

bermanfaat bagi kamu nasihat ku yang t elah kusampaikan dan yang masih akan kusampaikan j ika aku masih hendak memberi nasihat bagi kamu. Semua it u t idak bermanf aat bagi kamu, sekiranya Allah hendak menyesat kan kamu. 142 Tet api, demikian kat a Muhammad Quraish Shihab, j angan duga bahwa penyesat an it u kesewenangan Allah swt . , t et api semat a- mat a karena kamu memang t erus menerus menolak t unt unan-Nya, padahal Dia adalah Tuhan Pemelihara dan Pembimbing kamu dan hanya kepada- Nyalah t idak kepada siapa pun sel ain-Nya kamu semua akan

dikembalikan. 143 Oleh sebab it ulah, demikian Muhammad Quraish Shihab, apabila sunnat ul l ah (yakni ket ent uan yang belaku umum) mengakibat kan

kalian binasa karena kesesat an kalian, maka ket ent uan t ersebut past i berlaku at as kalian bet apapun aku (Nabi Nuh as) mencurahkan semua kemampuan unt uk memberi nasihat , bukan karena Allah swt . menghalagi kalian memperoleh manf aat dari nasihat it u, it u karena ulah kalian sendiri yang mengundang ket ent uan Allah it u berlaku at as kalian sehingga kalian

sesat . 144 Dengan pernyat aan Muhammad Quraish Shihab di at as, j elasl ah

141 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol V, h 402 142 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol VI, h 244. 143 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol VI, h 245. 144 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol VI, h 246.

bahwa pamahamannya t erhadap ayat j abar ini, t ernyat a dipahami dalam makna Qadariyah.

Dalam paham pemikiran kalam rasional yang memberikan t ekanan kuat pada kebebasan manusia, t idaklah mengat akan bahwa manusia it u benar-benar bebas semut lak-mut laknya. Kebebasan manusia it u sebenarnya berada dalam lingkungan bat as-bat as ket ent uan Allah j uga. Biasa disebut dengan sunnat ullah. Sunnat ullah dalam pemikiran kalam rasional j uga merupakan cipt aan Allah dan t idak akan berubah-ubah. 145 Pandangan ini

sej alan sebagaimana diisyarat kan dalam f irman Allah dalam surat Fãt hir

Shihab t ent ang sunnat ullah ini? Apakah ia j uga berpendapat bahwa sunnat ullah it u t idak

Bagaimana

pandangan

Muhammad Quraish

akan berubah-ubah? At aukah sunnat ullah dalam pandangannya hanyalah hukum kebiasaan saj a yang sewakt u-wakt u dapat berubah?

Menurut Muhammad Quraish Shihab, ( ﷲا ﺔّ ﻨﺳ ) sunnat ul l ah, dari segi bahasa t erdiri dari kat a sunnah dan Al l ah. Kat a ( ﺔ ّﻨ ﺳ ) ant ara lain berart i kebiasaan.

kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat . Siapa pun t idak akan mampu mengubah cara yang dit et apkan Allah memperlakukan umat manusia. Demikian penj elasan Muhammad Quraish Shihab ket ika menafsirkannya surat Fat hir [ 35] : 43. Lebih lanj ut Muhammad Quraish Shihab mengat akan, bahwa kalau kit a membandingkannya dengan hukum alam, maka t idak mungkin mej adikan beku, air yang sedang mendidih sehingga mencapai 100 deraj at Celcius, dan t idak mungkin pula mencairkannya saat ia t elah mencapai nol deraj at

Sunnat ul l ah adalah

Harun Nasut ion, Teol ogi Isl am, h 120. 146 Teks ayat :

7 s? «!$# ˇM¤Y ¡ˇ9 y ¯grB ‘ n = sø 4 ˙˝ ¨ ‚x ¨qłtrB «!$# ˇM¤Y ¡ˇ9 y ¯grB Maka sekali-kali engkau t idak akan mendapat kan bagi sunnah Allah sat u pergant ian pun dan sekali-kali engkau t idak (pula) akan mendapat kan bagi sunnah Allah sedikit penyimpangan pun. (QS. Fãt hir [ 35]: 43).

‘ s9 u r ( Wx ˇ ‘ s9 u r ( Wx ˇ

air. 147 Ayat t ersebut , menurut Muhammad Quraish Shihab, dalam hukum-

hukum kemasyarakat an pun hal serupa t erj adi. Tidak mungkin menj adikan masyarakat yang saling bermusuhan at au yang malas-t idak mungkin menj adikannya meraih sukses at au kesej aht eraan hidup. Sebaliknya, siapa yang mengikut i hukum-hukum Tuhan menyangkut syarat -syarat meraih pun yang mengikut i hukum Tuhan menyangkut syarat -syarat meraih sukses past i

akan meraihnya. 148 Dengan demikian, menurut Muhammad Quraish Shihab, siapa pun dari makhluk ini, t idak akan mampu mengalihkan hukum Allah

dari arah yang t elah dit ent ukannya. Bagi yang mendinginkan air sehingga mencapai nol deraj at celcius t idak mungkin dapat menj adikan air yang

menj adi beku. Bagi yang bekerj a keras, t idak mungkin sukses usahanya diraih oleh orang yang malas. It u adalah sunnat ul l ah at au kebiasaan- kebiasaan yang diberlakukan-Nya t erhadap apa, siapa dan kapan pun. Karena ia adalah sunnah yang t idak menyimpang dari arah yang dit et apkan.

Lebih lanj ut Muhammad Quraish Shihab menambahkan, bahwa manusia mempunyai t akdir sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh Allah

at asnya. 149 Takdir Allah yang meliput i sel uruh makhluk, t ermasuk manusia; t et api keyakinan ini sedikit pun t idak menghalangi mereka unt uk melakukan

ikht iar yang sungguh-sungguh dan berj uang. 150 Dengan demikian, apa sebenarnya konsep t akdir menurut Muhammad Quraish Shihab?

147 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XI, h 494. 148 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XI, h. 494. 149

Muhammad Quraish Shihab, Lent era Hat i Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2006), cet XXX, h. 98. 150 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al -Qur` an Taf sir Maudhu` i at as Pel bagai

Persoalan Umat , (Bandung: Mizan 1996), h. 61.

Takdir menurut Muhammad Quraish Shihab adalah ukuran-ukuran yang dit et apkan Tuhan at as segala sesuat u. 151 Semua makhluk t el ah

dit et apkan oleh Tuhan kadarnya dalam hal-hal t ersebut , mereka t idak dapat melampaui bat as ket et apan it u. Sepert i Mat ahari dit akdirkan Tuhan beredar dalam wakt u t ert ent u, ia t idak dapat melampaui bat as t ersebut . Perist iwa- perist iwa yang t erj adi di alam raya ini dari sisi kej adiannya dalam kadar dan ukuran t ert ent u sert a pada t empat dan wakt u t ert ent u it ulah yang dinamai t akdir/ qadar. 152

Manusia mempunyai t akdir sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh

Allah at asnya. Makhluk ini t idak dapat t erbang sepert i burung. Yang demikian it u merupakan salah sat u ukuran at au bat as kemampuannya. Kit a manusia berada di bawah hukum-hukum Al lah sehingga segala yang kit a lakukan pun t idak t erlepas dari hukum-hukum yang t elah mempunyai kadar dan ukuran t ert ent u. 153 Lebih lanj ut Muhammad Quraish Shihab mengat akan, karena hukum-hukum t ersebut cukup banyak, dan kit a diberi kemampuan memilih – t idak sebagaimana mat ahari misalnya – maka kit a dapat memilih yang mana di ant ara t akdir yang dit et apkan Tuhan it u yang

kit a ambil. 154 Dengan penj elasan sepert i it u, Muhammad Quraish Shihab ingin menegaskan bahwa manusia diberi kemampuan unt uk memilih;

manusia dapat memilih yang mana di ant ara t akdir yang dit et apkan Tuhan yang akan ia ambil. lebih lanj ut , Muhammad Quraish Shihab memberikan cont oh, Umar bin Khat t ab membat alkan rencana kunj ungannya ke suat u daerah karena mendengar adanya wabah di daerah t ersebut . Ket ika Umar dit anya: “ Apakah Anda menghindar dari t akdir Tuhan? Beliau menj awab:

151 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XV, h. 201. 152 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XV, h. 201. 153 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XV, h 201. 154 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XV, h 201.

“ Saya menghindar dari t akdir Tuhan yang sat u ke t akdir Tuhan yang lain” . 155 At au, dengan kat a lain, berj angkit nya penyakit akibat wabah, merupakan

t akdir Allah, berdasarkan hukum-hukum yang t elah dit et apkan-Nya dan bila seseorang t idak menghindar maka ia akan menerima akibat nya. Akibat yang menimpa, it u j uga adalah t akdir, t et api bil a ia menghindar dan luput dari marabahaya maka it upun t akdir. Bukankah Tuhan t elah menet apkan bahwa manusia dapat memilih, dan kemampunan memilih t ersebut ant ara lain merupakan ket et apan / t akdir yang dianugerahkan-Nya kepada manusia.

Dari penj elasan Muhammad Quraish Shihab di at as dapat diket ahui

bahwa menurut Muhammad Quraish Shihab t akdir Allah t idak menyebabkan manusia t erpaksa dalam perbuat annya dan t idak pula menyebabkan t erpasung dalam kehendak-Nya. Bahkan, manusia, kat a Muhammad Quraish Shihab, bebas memilih dan melakukan perbuat an selama kebebasan it u masih dalam bat as-bat as kekuasaannya dan sesuai dengan sunnat ul l ah. Sebab, t akdir Allah it u t idak lain adalah ket ent uan dan hukum yang past i yang t elah dit et apkan Allah dalam mencipt a dan mengat ur alam semest a dan makhluk-Nya.

Dari beberapa penaf siran Muhammad Quraish Shihab t erhadap ayat - ayat kadar dan j abar di at as, dapat diket ahui bahwa perbuat an manusia it u memang Allah yang t elah mencipt akannya, namun bukan dalam pengert ian mencipt akannya secara langsung, melainkan mencipt akan sebab-sebab yang memungkinkan manusia bebas memilih dan melakukan perbuat annya. Karena it u, manusia t idak dalam keadaan t erpaksa dalam melakukan perbuat annya yang ikht iari. At as dasar it ulah adanya t aklif unt uk manusia dan at as dasar it u pula manusia kelak akan menerima balasan dari Allah swt . di akhirat . Dengan demikian kudrah (daya) yang dianugerahkan kepada manusia dan yang dimilikinya it u mempunyai pengaruh dalam melakukan

155 Muhammad Quraish Shihab, Taf sir al-Mishbãh, vol XV, h 202.

perbuat annya. Bahkan t idak hanya sampai di sit u, Muhammad Quraish Shihab j uga mengakui kepast ian sunnat ul l ah. Sunnat ullah t ersebut t idak lain adalah t akdir Allah yang t elah dit et apkan-Nya sej ak azali. Karena it u, mempercayai t akdir t idak berart i menafikan sunnat ullah. Karena it u pula, kebaikan dan keburukan yang dit erima oleh manusia t idak lepas dari t akdir Allah, kekeliruannya, dan ket idakt ahuannya dalam memilih mana sunnat ul l ah yang membawa kebaikan dan keburukan.

Jika diperbandingkan dengan pendirian yang t erdapat dalam aliran kalam rasional, pemikiran Muhammad Quraish Shihab memberikan

kebebasan berkehendak dan berbuat bagi manusia sert a pengakuannya t erhadap adanya sunnat ul l ah yang t idak berubah-ubah, j elaslah ant ara keduanya t erdapat persamaan. Di dalam pemikiran kalam rasional, dalam hal ini diwakili oleh Mu` t azilah dan Mat uridiyyah Samarkand, manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat . Tet api, dibalik it u t erdapat sunnat ul l ah cipt aan Tuhan yang harus dij alani oleh manusia, membuat kebebasan manusia menj adi t erbat as. Oleh sebab it u, kebebasan manusia dalam paham aliran kalam rasional t idaklah dalam maknanya yang dapat keluar dari sunnat ul l ah t ersebut , t et api kebebasan menemukan sunnat ul l ah sebanyak-banyaknya unt uk kepent ingan hidup.