97
4.2.3 Hombo Batu Sebagai Sumber Pendapatan, Kesempatan Kerja dan Peluang Usaha Bagi Masyarakat
Keberadaan pertunjukan hombo batu sebagai icon dalam atraksi seni budaya di Desa Bawomataluo biasanya dilakukan oleh 5 lima sampai 9
sembilan orang pelompat dengan umur berkisar diantara 15 tahun sampai 30 tahun. Biasanya harus ada pelompat hombo batu senior yang merintis, memberi
aba-aba kepada pelompat hombo batu sifahombo dan menutup atraksi hombo batu tersebut. Apabila wisatawan dalam bentuk grup, maka rangkaian atraksi
selain hombo batu adalah sogaele tari penyambutan tamu terdiri dari wanita- wanita anggun yang berjumlah antara 6 enam sampai 12 dua belas orang,
penari tari perang fatele yaitu para pria yang mengawal para sogaele dengan jumlah mereka sama dengan para sogaele, tarian kolosal oleh para pria yang
disebut maluaya dengan jumlah mereka lebih banyak dari sifatele dan tari kreasi baru dengan diiringi musik tradisional khas Nias Selatan.
Tarian ini dapat diikuti oleh semua tim dengan jumlah mereka berkisar antara 20 hingga 50 orang. Semakin banyak jumlah wisatawan dalam sebuah
grup, semakin banyak pula seniman dari Desa Bawomataluo yang dilibatkan. Selain memiliki dampak ekonomi terhadap tim atraksi hombo batu dan seni
budaya Desa Bawomataluo, perubahan makna dan fungsi hombo batu juga secara tidak langsung berdampak pada kesempatan kerja. Wisatawan yang berkunjung ke
Desa Bawomataluo, disamping menikmati atraksi hombo batu dan seni budaya, pasti berinteraksi juga dengan masyarakat setempat.
Dari berbagai peluang kerja yang dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum kesempatan kerja dari dampak perubahan makna dan fungsi
atraksi hombo batu sebagai daya tarik wisata di Desa Bawomataluo merupakan
98 kesempatan kerja langsung yang dirasakan oleh tim seni budaya atraksi hombo
batu Desa Bawomataluo. Dampak langsung dalam kesempatan kerja juga dirasakan oleh para pembuat dan pedagang souvenir di Desa Bawomataluo,
sedangkan kesempatan kerja tidak langsung, dirasakan oleh masyarakat yang ikut ambil bagian dalam berbagai keperluan yang berhubungan atau bersinggungan
dengan pemenuhan kebutuhan para wisatawan selama berkunjung ke Desa Bawomataluo. Kelompok masyarakat yang telah merasakan dampak kesempatan
kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mendapatkan penghasilan dari adanya atraksi hombo batu di Nias Selatan adalah:
a. Penari Bagi para penari di Desa Bawomataluo keberadaan hombo batu di
daerahnya merupakan berkah tersendiri. Biasanya meraka tampil ketika ada acara-acara tertentu atau ada wisatawan yang meminta untuk menunjukkan
tarian Nias Selatan di desanya. Biasanya para penari ini bergabung dalam sanggar budaya di Desa Bawomataluo, seperti sanggar Budaya Baluseda.
Ketika ada acara yang memerlukan tarian di Desa Bawomataluo, mereka ini lah yang akan di minta untuk menampilkan tarian tradisional Nias Selatan yang
di sebut Mogaele. Menurut Ina Rina salah satu informan yang merupakan penari di Desa
Bawomataluo mengatakan bahwa, pendapatan dalam menari bisa dibilang sangat sedikit. Hal ini di sebabkan karena pertunjukkan tarian mogaele saat ini
sudah jarang peminatnya, hanya bila ada acara tertentu ataupun tamu-tamu tertentu yang ingin melihat tarian Nias Selatan saja ada tawaran untuk menari.
Selain itu biaya yang harus di keluarkan juga lumayan besar, karena pesertanya
99 yang banyak. Tidak seperti hombo batu yang bisa dilakukan oleh dua sampai
lima orang saja. Biasa nya untuk sekali tampil harganya Rp. 1.000.000 untuk sepuluh sampai lima belas orang penari, harga ini masih bisa kurang ataupun
bertambah sesuai kesepakatan sebelumnya. Pendapatan seorang penari biasanya Rp. 50.000-100.000 sekali tampil, di sesuaikan dengan banyak
pendapatan sanggarnya pada hari itu.
Gambar 4.14 Tarian Tradisional Nias Selatan.
b. Pemandu Wisatawan Setempat local guide Masyarakat Desa Bawomataluo banyak juga yang berprofesi sebagai
pemandu wisata, bagi wisatawan yang datang dan memerlukan jasa pemandu wisata, para pemandu ini biasanya memiliki jaringan kepada para pelompat
batu, baik di Desa Bawomataluo, maupun di luar Desa Bawomataluo. Para Pemandu wisata ini merekomendasikan pelompat hombo batu yang dikenalnya
tersebut kepada para wisatawan yang ingin melihat atraksi hombo batu. Biasanya untuk paket pemandu wisata di tambah pelompat hombo batu, para
100 pemandu wisata meminta Rp.300.000-500.000 untuk seharian. Seperti di
ungkapkan Ama Niho yang merupakan salah seorang pemandu wisatawan di Desa Bawomataluo.
Gambar 4.15 Pemandu Wisata di Desa Bawomataluo mengenakan kaos hitam.
c. Pemilik Alat Transportasi Angkutan umum atau alat transportasi di Nias Selatan tergolong sulit
ditemukan, hampir tidak ada angkutan umum berjadwal dan murah yang bisa diandalkan untuk membantu mengantarkan wisatawan berkeliling desa-desa
adat di Nias Selatan. Walaupun berstatus daerah wisata yang sudah sering dikunjungi oleh wisatawan, yang justru lebih didominasi oleh turis asing,
namun angkutan umum merupakan sesuatu yang langka di Nias Selatan. Transportasi yang bisa diandalkan hanyalah kendaraan carteran baik motor
ataupun mobil ketika wisatawan bepergian beramai-ramai.
101 Bagi wisatawan yang pergi sendiri, ojek menjadi pilihan yang menarik
karena dengan naik ojek selain mendapat tumpangan, wisatawan juga mendapat seorang tour guide lokal. Ojek bisa dicari di simpang pasar Teluk
Dalam. Masalah harga biasanya para tukang ojek menaruh tarif yang mahal awalnya, sehingga bagi yang tidak suka menawar atau tidak tahu rute bisa
terkecoh untuk membayar mahal. Menurut Andi Manao salah seorang tukang ojek di Teluk dalam mengatakan bahwa harga yang standar untuk sekali
keliling Desa Bawomataluo dan sekitarnya adalah Rp. 50.000, pendapatan dari ngojek biasanya bisa mencapai Rp. 200.000, sehari tergantung rezeki dan
banyaknya wisatawan yang ingin menggunakan jasa ojek tuturnya.
Gambar 4.16 Kondisi Jalan Saat Ini dan Alat Transportasi Menuju Desa Bawomataluo.
d. Pengrajin Souvenir
Desa Bawomataluo menyediakan berbagai hasil kerajinan tangan, hasil kerajinan tangan ini biasanya di tawarkan kepada para wisatawan yang datang
ke desanya. Media yang di gunakan juga bermacam-macam, seperti kayu untuk
102 pahatan atau ukiran patung ataupun miniatur rumah adat, batu untuk di jadikan
gelang, kain untuk di jadikan kaos sablon dan media lainnya. Harga yang di tawarkan juga cukup terjangkau, sehingga tidak terlalu membebani para
wisatawan yang ingin membeli hasil kerajinan tersebut. Aktivitas jasa ini membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat. Pembuatan souvenir khas Desa Bawomataluo atau Maenamolo, pembuatan kaos hombo batu dan Omo Sebua, mulai dari pencarian
bahan, pengukiran miniatur rumah adat, miniatur sifatele dengan segala atribut yang melekat pada seorang prajurit perang khas Maenamolo, pembuatan gambar
dalam bentuk sablon kaos yang “menjual” ciri khas Nias Selatan, merupakan kesempatan kerja yang terbuka lebar bagi penduduk setempat, termasuk para
tenaga penjualan karya-karya seni tersebut.
Gambar 4.17 Pengrajin dan Hasil Kerajinan Tangan Souvenir Desa Bawomataluo.
103
e. Penjual Makanan dan Minuman
Dampak hombo batu sebagai budaya wisata di Nias Selatan saat ini telah memberi dampak kepada penduduk Desa Bawomataluo termasuk bagi
para penjual makanan dan minuman di sekitar Desa Bawomataluo. Salah satu rumah makan yang sudah banyak di kenal masyarakat saat ini adalah rumah
makan simpang raya. Rumah makan ini terletak di Teluk Dalam Nias Selatan, tidak jauh dari Desa Bawomataluo. Rumah makan ini biasanya menjadi tempat
persinggahan wisatawan yang datang ke Nias Selatan untuk beristirahat dan menikmati makan, setelah perjalanan jauh dari Gunungsitoli. Rumah makan ini
selalu rame oleh pembeli, karena selain rasanya mantap juga harga yang bersahabat, harga rata-rata Rp. 13.000 per porsinya.
Gambar 4.18 Suasana Rumah Makan Simpang Raya di Teluk Dalam.
Keterlibatan masyarakat ini dalam pemenuhan kebutuhan wisatawan, sangat dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang datang ke Desa Bawomataluo.
Perubahan atraksi hombo batu yang telah menjadi budaya wisata saat ini, telah membawa dampak terhadap perubahan dalam segi sosial ekonomi dan budaya
bagi masyarakat Desa Bawomataluo, dan kini atraksi hombo batu telah menjadi