Seni Tari dan Ritual Budaya

85 pengunjung. Acara-acara ini sangat potensial untuk promosi tempat-tempat wisata yang ada Nias Selatan, khususnya Desa Bawomataluo. Selain hombo batu Nias Selatan memiliki jenis dan tempat wisata yang tidak kalah menarik diantaranya adalah seni tari dan ritual budaya, batu-batu megalit, wisata air dan rumah adat Nias Selatan yang telah berumur ratusan tahun.

4.2.2.1 Seni Tari dan Ritual Budaya

a. Tari Perang Tari Perang merupakan lambang kesatria para pemuda di desa-desa di Nias Selatan, untuk melindungi desa dari ancaman musuh, yang diawali dengan Fana’a atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan ronda. Pada saat ronda itu, jika ada aba-aba bahwa desa telah diserang oleh musuh maka seluruh prajurit berhimpun untuk menyerang musuh. Setelah musuh diserang, maka kepala musuh itu dipenggal untuk dipersembahkan kepada si’ulu. Persembahan kepala musuh ini kepada si’ulu biasa disebut juga dengan binu. Sambil menyerahkan kepala musuh yang telah dipenggal tadi kepada si’ulu, para prajurit itu juga mengutuk musuh dengan berkata “Aekhokhoi” yang berarti tanda kemenangan setelah itu ada seruan di desa yaitu “He, Mitae” untuk mengajak dan menyemangati diri dalam memberikan laporan kepada si’ulu di halaman sambil membentuk tarian Fadolihia lalu menyerahkan binu itu kepada si’ulu. Setelah itu, si’ulu akan keluar dan menyambut para pasukan perang desanya itu dengan penuh sukacita, dan kemudian mereka akan mengadakan pesta besar-besaran sebagai simbol suka cita karena berhasil melindungi desanya. Lalu, si’ulu menyerahkan rai, yang dalam bahasa Indonesia seperti mahkota kepada prajurit itu. Rai bagi 86 masyarakat Nias adalah merupakan tanda jasa kepada panglima perang. Tidak hanya rai yang diberikan, emas beku juga diberikan kepada prajurit- prajurit lain yang juga telah ikut ambil bagian dalam membunuh musuh dalam medan perang. Kemudian, si’ulu memerintahkan “Mianetogo Gawu- gawu Ba Gahemi”, dengan fatele yang menunjukkan ketangkasan dengan melompat-lompat lengkap dengan baju adat nias, senjatanya, dan semua peralatan perang yang biasa digunakan ketika perang, rangkaian acara ini juga disebut dengan Famanu-manu yang ditunjukkan oleh dua orang prajurit yang saling berhadap-hadapan, dengan pemimpin tarian memberikan aba-aba dan para prajurit yang lain mengikutinya. Gambar 4.2 Prajurit Desa Sedang Menunjukkan Tari Perang. b. Tari Mogaele Mogaele pada dasarnya bukanlah sebuah tarian tapi lebih pada pertunjukan ritual penyambutan tamu yang sangat dihormati. kepala adat desa mengatakan bahwa mogaele merupakan bentuk penghormatan terhadap Tamu Agung yang disambut oleh beberapa wanita yang berjalan 87 dengaanggun dan juga dijunjung tinggi oleh semua orang oleh karena perilaku mereka yang sopan tutur katanya, memiliki kharisma dan terhormat.” Cara para wanita ini berjalan sangat pelan dan lembut sekali, Dalam bahasa Nias, cara berjalan ini disebut Mogaele atau ifahese vofano melangkah dengan telapak kaki diseret secara sangat perlahan dengan gerakan tangan seperti orang baris-berbaris sehingga terkesan seperti orang sedang menari. Gambar 4.3 Tari Mogaele Oleh Wanita Nias Selatan. c. Famadaya Harimao Famadaya Harimao dulunya adalah merupakan salah satu upacara religi kuno yang sakral sebelum agama Kristen masuk ke daerah Nias. Famato Harimao itu merupakan perarakan patung harimau. Setelah patung itu diarak, kemudian dipatahkan dan dibuang ke dalam sungai atau air terjun dengan keyakinan bahwa segala dosa, pelanggaran, kesalahan yang telah mereka perbuat akan hanyut bersama dengan patung itu. Famato Harimao, tidak ada kaitannya dengan hewan harimau yang sesungguhnya tidak 88 terdapat di Pulau Nias. Patung ini sendiri anatominya seperti bentuk anjing berkepala kucing. Kini, setelah masyarakat memiliki agama dan hukum yang baru, maka upacara Famato Harimao tidak dilaksanakan lagi. Namun, usaha pelestarian dan revitalisasi budaya lokal tetap dilakukan pada momen- momen tertentu. Upacara ini tidak lagi disebut dengan Famato Harimao, tetapi telah diubah menjadi Famadaya Harimao perarakan patung harimau. Gambar 4.4 Famadaya Harimao Perarakan Patung Harimau di Nias Selatan. d. Tari Maena Maena merupakan sebuah tarian yang sangat mudah dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Dibandingkan dengan tari balusetari perang, maena tidak memerlukan keahlian khusus. 89 Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa melakukannya. Gambar 4.5 Tarian Kolosal Pulau Nias Maena. 4.2.2.2 Batu- batu Megalit a. Boronadu Boronadu merupakan suatu lokasi yang terdapat beberapa jenis batu megalit. Situs ini terletak di Desa Sifalago, Kecamatan Gomo, 44 km dari Teluk Dalam. Menurut keterangan dari Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan F. Nehe, 2015, Boronadu ini secara umum sudah dikenal oleh wisatawan maupun budayawan, bahkan para arkeolog nasional dan internasional. Di tempat ini terdapat batu megalit berbentuk gowe atau arca. Di samping gowe terdapat sembilan buah osali nadu berupa tempat duduk yang terbuat dari batu pahat. Dalam bahasa Nias modern, istilah osali sering dimaksud sebagai gereja Zagoto, 2010 atau rumah ibadah umat Nasrani. 90 Gambar 4.6 Gowe atau Arca di Desa Sifalago Kecamatan Gomo. Gambar 4.7 Osali Nadu. 91 b. Tundrumbaho Batu megalit ini juga terletak di daerah Kecamatan Gomo, merupakan batu megalit yang dipahat dengan berbagai bentuk dan motif seperti ni’ogadi, saita gari, daro-daro, osa-osa dan behu. Gambar 4.8 Contoh Bentuk Batu Megalit di Tundrumbaho. c. Tetegewo Situs Tetegewo terletak di Desa Hilisao’oto yang berjarak 12 km dari Kecamatan Lahusa. Lokasi Tetegewo masih belum terjangkau oleh kendaraan. Kita harus berjalan kaki sekitar 1,5 km untuk mencapai puncak lokasi. Bentuk dan motif pahatan batu di lokasi ini antara lain: saita gari, ni’ogadi, tempat penyimpanan tengkorak, penjara kuno, osa-osa dan behu. Gambar 4.9 Tradisional Hilisao’oto dan Batu Megalit di Puncak Tetegewo 92 d. Hililaja dan Lolo Ana’a Menurut keterangan dari Nehe 2015, kepala bidang kebudayaan Kabupaten Nias Selatan, berbagai bentuk situs megalit di lokasi Hililaja dan Lolo Ana’a masih utuh dan terpelihara. Bentuk pahatan batu menyerupai manusia, batu tegak tinggi dan batu berbentuk bulat untuk tempat duduk. Bentuk dan motif yang sama dapat dijumpai di Desa Lolo Ana’a, berjarak 3 km dari pusat kota Kecamatan Lolomatua. Situs megalit di Desa Hililaja dapat ditempuh dengan kendaraan umum yang berjarak 2,5 km dari pusat Ibukota Kecamatan Lolomatua. Gambar 4.10 Situs Megalit di Hililaja dan Lolo Ana’a. 4.2.2.3 Wisata Air a. Lagundri Pantai Lagundri menjadi magnet bagi para peselancar dengan panorama keindahan laut yang memang sangat menarik dan juga ombak yang cukup besar dan ombak yang sangat baik bagi para peselancar kelas dunia. Pantai Lagundri juga sempat dijadikan tempat lomba surfing tingkat dunia karena 93 alasan ombak yang berada di Pantai Lagundri ini tidak kalah dengan yang berada di Hawaii. Pantai dengan ombak tenang pun menarik perhatian wisatawan dengan hamparan pasir putih yang landai, air laut hijau semakin menambah kesan eksotik saat berada di pinggir pantai lagundri. Tentunya berada lama di pinggir pantai dengan pemandangan yang sangat menarik terlebih disaat pagi hari dan sore hari ketika matahari terlihat memancarkan sinar yang memberikan bias cahaya pada air laut yang menjadikan daya tarik luar biasa kepada para pengunjung dan menghilangkan stress dan penat bagi yang menikmatinya. Gambar 4.11 Pantai Lagundri. b. Sorake Pantai Sorake merupakan pantai yang terdapat di Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan yang juga bersebelahan dengan Pantai Lagundri. Tak jauh berbeda dengan pantai Lagundri, pantai Sorake juga tempat yang pas bagi para peselancar untuk melakukan surfing di pantai ini. Wisatawan 94 mancanegara pun sangat mengenal pantai ini sebagai tempat yang sangat memanjakan keinginan mereka untuk melakukan surfing dengan ombak yang sangat bagus. Disepanjang pantai pun tersedia berbagai jenis penginapan yang dapat disewa untuk menikmati suasana malam pantai Sorake dengan berbagai kios-kios makanan laut yang juga bisa dinikmati bersama keluarga dan rekan-rekan saat berkunjung di pantai ini. Tentunya wisatawan tidak hanya diberikan pemandangan laut yang tenang, pantai ini benar-benar memanjakan mata wisatawan asing maupun lokal karena pantainya yang berpasir putih dan ombak yang besar menambah keindahan tepi laut. Gambar 4.12 Peselancar di Pantai Sorake.

4.2.2.4 Rumah Adat Nias Selatan