Wawancara dengan Fanya Wawancara dengan Bapak Amuri Zohahau Wa’u Tentang Stratifikasi Sosial di Nias Selatan

73 4.1.8 Wawancara dengan Fanya, Joandi Simanjuntak dan Lahomi Nazara Tentang Pendapat Wisatawan Mengenai Hombo Batu

4.1.8.1 Wawancara dengan Fanya

Fanya perempuan 22 tahun merupakan salah satu wisatawan yang berkunjung ke Nias. Ia berasal dari Semarang dan baru pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Nias. Fanya berwisata ke Pulau Nias karena mengikuti ajakan dari orangtuanya yang berkunjung ke Pulau Nias. Berdasarkan penuturannya kepada peneliti, Fanya memilih untuk mau ikut karena ia mengetahui bahwa Pulau Nias mempunyai tempat-tempat wisata yang sangat bagus dan unik untuk dijalani. Salah satunya yakni atraksi hombo batu yang pernah ia dengar dari teman kuliahnya dan media massa sehingga membuat ia sangat tertarik untuk melihat secara langsung atraksi tersebut. Ketika kesempatan berwisata ke Pulau Nias datang, ia pun tidak menyia- nyiakannya. Fanya berkata, “...Saya sangat penasaran bagaimana caranya seseorang bisa melompat batu setinggi 2,5 meter tanpa ada bantuan apapun. Itu yang membuat saya sangat tertarik dan ingin melihat langsung atraksi tersebut...”. Selain hombo batu, hal lain yang berhasil mengunggah daya tarik Fanya, adalah beberapa pantai yang ada di Nias Selatan, seperti pantai sorake dan pantai lagundri. Ia mengatakan bahwa pantai-pantai yang ada di Nias Selatan merupakan surga tersembunyi yang ada di Indonesia yang harus terus dilestarikan dan dijaga, sehingga dapat meningkatkan nilai pariwisata dan daya tarik yang tinggi bagi para wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Hal lain yang membuat Fanya sangat apresiasif kepada pelompat yang berhasil melompati hombo batu yakni kemampuan dan keberanian mereka yang 74 mampu melewati batu berukuran tinggi dan lebar. Fanya juga sangat tertarik setelah mengetahui sejarah hombo batu yang mempunyai nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Nias Selatan khususnya di desa Bawomataluo. Bagi Fanya sebagai wisatawan yang berkunjung ke Bawomataluo, makna hombo batu menurutnya adalah suatu ikon kekayaan budaya khususnya bagi Pulau Nias Selatan dan bagi Negara Indonesia pada umumnya dan melambangkan kegagahan dan keberanian masyarakat Desa Bawomataluo. Selama berada di Desa Bawomataluo, Fanya juga menikmati kemegahan Omo HadaRumah adat Nias Selatan dan dengan beberapa hasil kerajinan tangan yang ada disana. Setelah memperhatikan Rumah Adat Nias Selatan, Fanya mengaku sangat kagum dengan arsitek rumah adat tersebut. Ayu menuturkan berdasarkan cerita yang ia ketahui bahwa ketika terjadi gempa berkisar 8,3 Scala Ritcher melanda Kepulauan Nias pada 28 Maret 2005 lalu, ketika bangunan- bangunan modern ambruk, rata dengan tanah dan membuat ribuan nyawa melayang di Kota Gunungsitoli dan Teluk Dalam, rumah-rumah adat di Nias Selatan justru tetap berdiri kokoh dan tidak ada berita yang melaporkan bahwa ada korban tewas di desa-desa adat Bawomataluo. Uniknya lagi, meskipun awalnya terbuat dari kayu dan beratap rumbia, bagunan-bangunan tersebut tidak terdapat paku atau barang besi untuk menyambung kayu-kayu tersebut antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut membuatnya sangat kagum dan tertarik. Selama berwisata ke Nias, khusunya Desa Bawomataluo, Fanya merasa nyaman berkunjung ke daerah tersebut dan sangat senang dengan respon masyarakat disana yang begitu ramah menyambut para wisatawan. Serta merasa senang dengan suguhan wisata lainnya, Fanya tidak merasa terbebani dengan 75 biaya retribusi yang dikeluarkan untuk berwisata di desa tersebut. Menurutnya dari beberapa jenis dan tempat wisata di desa tersebut jenis wisata yang paling menarik adalah hombo batu. Kesan yang di dapat Fanya setelah berkunjung ke Desa Bawomataluo yakni, bahwa desa tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan lagi menjadi tujuan utama untuk dikinjungi bagi para wisatawan, dan tentunya untuk kesejahteraan masyarakat Desa Bawomataluo. Harapannya kepada pemerintah daerah tau pemerintah pusat agar akses jalan saat berwisata ke Nias Selatan lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah, karena menurutnya masih banyak jalan yang berlobang dan tidak mulus. Apa bila hal-hal seperti ini mendapat perhatian lebih dari pemerintah tentunya akan menambah peluang para wisatawan untuk berkunjung dan bahkan, suatu saat akan kembali datang lagi untuk berwisata ke Nias Selatan dan khususnya ke Desa Bawomataluo.

4.1.8.2 Wawancara dengan Joandi Simanjuntak