Wawancara dengan Darius Bu’ulolo

63 peranan si’ulu di beberapa Desa di Nias Selatan menjadi berkurang, terutama di beberapa desa yang sering dikunjungi oleh wisatawan dimana sebagian warganya menggantungkan mata pencahariannya pada kegiatan pariwisata. Desa Bawomataluo juga tidak luput dari perubahan ini. menurut pantauan penulis selama penelitian di lapangan, peranan kepala desa dan panglima adat di desa ini justru lebih menonjol. Dalam perencanaan pembangunan desa pun, peranan kepala desa sangat dominan meskipun kepala desa berasal dari golongan sato. Hal ini dapat terjadi oleh karena kecakapan dalam memimpin, kemampuan dalam berkomunikasi dengan dunia luar, menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing, selain kemampuan ekonomi yang lebih baik. 4.1.6 Wawancara dengan Darius Bu’ulolo dan Ritus Wau dalam Menjalani Profesi Sebagai Pelompat Hombo Batu

4.1.6.1 Wawancara dengan Darius Bu’ulolo

Darius Bu’ulolo laki-laki, 27 tahun merupakan pelompat hombo batu dari Desa Bawomataluo masa kini, dia juga berprofesi sebagai pegawai honorer di Satpol PP Teluk Dalam. Profesi hombo batu ditekuninya sejak berumur dua belas tahun. Darius terus berlatih sehingga pada akhirnya dia bisa melewati tantangan hombo batu. Saat ini biasanya dia menjadi juara, ketika ada lomba hombo batu yang diselenggarakan di Nias Selatan, lomba hombo batu biasanya diadakan setiap pesta tahunan yang di gelar di Nias selatan, ataupun ketika ada acara tertentu yang diadakan oleh desa. Menurut penuturan Darius, profesi sebagai pelompat hombo batu tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak menjamin hari tua, sehingga diperlukan pekerjaan tambahan seperti saat ini. Selain menjadi pelompat hombo batu, Darius juga menjadi pegawai honorer di Satpol PP Teluk Dalam. 64 Pendapatan yang di dapat ketika menjadi seorang pelompat hombo batu, sangat tergantung pada banyaknya pengunjung yang datang. Apabila pengunjungnya lagi banyak maka otomatis pendapatan para pelompat akan banyak sekitar satu sampai dua juta per bulannya. Tetapi sebaliknya, apabila pengunjung hombo batu lagi sepi maka pendapatan para pelompat juga sedikit berkisar lima ratus sampai satu juta per bulan saja. Selain untuk meraih masa depan, makna hombo batu bagi pelompat hombo batu seperti Darius adalah sebagai kebanggaan untuk melestarikan tradisi unik yang tiada duanya ini. Seperti pernyataannya kepada peneliti beberapa waktu yang yang lalu, “...Kami cukup bangga kalau bisa melintasi batu itu. Kami berlatih terus, agar budaya ini tetap dapat kami warisi. Kebanggaan dan mimpi untuk terus melestarikan budaya inilah yang menjadi motivasinya untuk menjadi pelompat hombo batu...”. Meskipun bukan merupakan keharusan bagi pemuda di desa Bawomataluo, tetapi melintasi hombo batu dengan sempurna merupakan mimpi setiap pemuda desa seperti dirinya saat ini. Saat ini peminat hombo batu sudah tidak banyak lagi, karena pemuda desa saat ini malas berlatih. Hombo batu memang bisa dikatakan tingkat kesulitannya cukup tinggi, untuk itu latihan yang ulet dan punya semangat juang besar yang harus dimiliki oleh pemuda yang ingin menguasainya. Meskipun saat ini ia sudah bisa menguasai hombo batu, menurut pengakuan Darius, kegagalan ketika melakukan atraksi di waktu-waktu lain merupakan hal yang lumrah terjadi, karena peraturannya kaki tidak boleh menyentuh bagian atas batu lompatan, apa bila pelompat menyentuhnya, maka pelompat dinyatakan gagal, dan diharuskan mengulang lompatannya. Resiko yang biasa dialami oleh para pelompat biasanya 65 cedera otot ringan sampai patah tulang, sampai saat ini belum pernah ada yang meninggal karena kecelakaan dalam atraksi hombo batu.

4.1.6.2 Wawancara dengan Ritus Wau