Dampak Erupsi Gunung Sinabung Kelembagaan dalam Penanganan Erupsi Gunung Sinabung

“Telaah atas aktivitas vulkanologi Gunung Sinabung mengalami intensitas meningkat, dengan ciri-ciri sebagai berikut : Gempa menurun tetapi bersifat semu, awan panas meluncur sampai 4 Km, letusan dan guguran larva meningkat, melihat indikator yang ada letusan besar pada waktu yang tidak lama lagi, apabila terjadi runtuhan kawah diperkirakan mengeluarkan material gunung sebanyak 2 juta ton kubik dan dapat mencapai sejauh 10 Km”. Hal ini sejalan dengan pernyataan informan ketiga yang berasal dari PVMBG yang menyatakan: “Kalau radius 10 km belum kita rekomendasikan, karena dampak erupsi belum sampai sejauh itu, nanti masyarakat cemas, kalau untuk kesiapsiagaan kita saja sih boleh, tapi kalau untuk dinformasikan kepada masyarakat belum, karena masyarakat disinikan sangat sensitif sekarang ini, kita baru mindah- mindahin kursi mereka sudah bertanya-tanya , ada apa-ada apa ? mau pindah ini? Gak semudah yang kita bayangkan bahwa ini harus begini, masyarakat disini sangat sensitif , mereka sangat mendengar isu, ada isu disini ambruk aja mereka sudah tau, disini sudah pada tau, rumah ambruk, sementara kita harus mengosongkan ini” Tindak lanjut kondisi tersebut berujung pada penetapan rencana kontingensi yang dibentuk oleh Tim Pendampingan Pemprov Sumut dalam Penanganan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Dimana salah satu poinnya adalah membuat scenario KRB hingga radius 10 km, meskipun dampak erupsi masih berada di bawah 5 km.

4.2.2. Dampak Erupsi Gunung Sinabung

Dampak terbesar selain kerugian material adalah terus bertambahnya jumlah pengungsi dan rusaknya sektor pertanian komoditi pertanian mengalami fuso 10.408 Ha, gagal panen pada komoditi perikanan sebesar 19,78 Ha, Rumah penduduk rusak sebanyak 921 unit rusak sedang dan ringan 1.288 unit, Balai pertemuan Jambur 5 unit, Rumah ibadah Gereja 7 unit serta Mesjid 3 unit, Sarana dan Prasarana Universitas Sumatera Utara Kesehatan 22 unit terdiri dari 3 Puskesmas dan 20 Puskesmas Pembantu, sarana pendidikan 79 ruang, sarana jalan sepanjang 5 km dan sarana pariwisata meliputi shelter serta toilet. Akibat dari bencana erupsi gunung sinabung ini 3 desa yang berada di radius 3 km terpaksa direlokasi yaitu Desa Bekerah, Desa Sukameriah dan Desa Simacem karena lokasi ketiga desa tersebut berada dekat bukaan mulut kawah gunung sinabung. Selain dampak kerusakan fisik, erupsi Gunung Sinabung juga menyebabkan penduduk di daerah terkenan dampak mengungsi ke pos-pos pengungsian. Kehidupan normal masyarakat jadi tidak seimbang karena tidak bisa menjalani aktivitas harian di rumah seperti biasanya. Sudah 7 bulan penduduk di pengungsian meninggalkan rumahnya masing-masing, dalam pengungsian juga banyak masalah yang terjadi. Salah satunya adalah masalah kesehatan fisik yang diderita penduduk di pos pengungsian. Gambar 4.3. Jumlah Kunjungan dengan Kasus Penyakit Tertinggi di Pos Pengungsian Bulan November 2013-Maret 2014 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 4.3. di atas, penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling sering diderita penduduk di pengungsian, dan kondisi ini melebihi kondisi lazim yang terjadi pada saat tidak terjadi bencana.

4.2.3. Kelembagaan dalam Penanganan Erupsi Gunung Sinabung

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa penetapan skala nasional ditetapkan oleh Presiden, skala provinsi ditetapkan oleh Gubernur dan skala kabupatenkota oleh Bupati. Hingga saat ini skala bencana erupsi Gunung Sinabung masih berada pada skala kabupatenkota, karena ketetapannya masih pada Bupati, selain itu jumlah pengungsi juga masih bisa ditangani oleh pemerintah daerah. Ketetapan tersebut tertuang dalam Ketetapan Bupati Karo Nomor :361250BAKESBANG2013 tentang Pembentukan Tim Tanggap Darurat Penanganan Bencana Gunung Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2013 menginstruksikan kepada semua institusi di bawah pemerintahan Kabupaten Karo untuk membentuk tim satuan petugas dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Sinabung. Sehingga secara structural, pemerintah daerah yang mengkordinir penanggulangan bencana tersebut. Secara khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Karo mengeluarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo nomor 2.1. 1330SKXI2013 tentang Satuan Tugas Tim Kesehatan Tanggap Darurat Penanganan Bencana Gunung Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2013. Secara khusus permasalahan kesehatan akan ditangani oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Sebagai pelaksana di daerah, pemerintahan Kabupaten Karo dibantu oleh Pemerintah Provinsi yang membentuk Satgas Pendampingan Pemprov Sumut Dalam Universitas Sumatera Utara Penanganan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Melalui Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :188.44965KPTS2014 Tentang Tim Pendampingan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam Penanganan Erupsi Gunung Api Sinabung Kabupaten Karo, Gubernur membentuk tim yang akan mendampingi pemerintah daerah dalam penanganan erupsi Gunung Sinabung. Dalam kebijakan tersebut Pemerintah Provinsi memberi wewenang kepada tim untuk mengadakan kordinasi dengan stakeholder, mendampingi dan memfasilitasi komando tanggap darurat Kabupaten Karo, serta melaksanakan rapat kordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. Secara struktural dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.4. Struktur Satgas Pendampingan Penanggulangan Bencana Sumber : www.karokab.go.id Universitas Sumatera Utara Melalui kebijakan ini pemerintah daerah tidak dilepas sendiri dalam menghadapi erupsi Gunung Sinabung. Tetapi dengan adanya kebijakan ini pemerintah kabupaten sangat terbantu dengan tim pendampingan yang dibentuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai pengkordinir. Pelaksanaan penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat dilakukan bersama – sama dengan sistem koordinasi terpusat pada Pos Komando Tanggap Darurat yang berkedudukan di Kota Kabanjahe sebagai pusat Pemerintahan Kabupaten Karo. Pos Komando Tanggap Darurat merupakan pusat kendali pelaksanaan penanggulangan bencana erupsi G. Sinabung. Beberapa hal yang menjadi kesepakatan bersama dalam manajemen dan kordinasi, antara lain: a. Penetapan status tanggap darurat dan penetapan organisasi Pos. b. Pos Komando tanggap Darurat di Kantor Camat Kabanjahe Kota Kabanjahe. c. Pos Lapangan di seluruh tempat-tempat pengungsian, menjadi satu dengan Pos Kesehatan, Dapur Umum, Pendidikan Darurat dan Keamanan. d. Tempat pengungsian tersebar di beberapa titik pengungsian yang ada di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat dan Tigabinanga. Pada tanggal 10 Januari 2014 Gubernur Sumatera Utara mengeluarkan ketetapan baru yaitu Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.4450KPTS2014 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :188.44965KPTS2014 Tentang Tim Pendampingan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam Penanganan Erupsi Gunung Api Sinabung Kabupaten Karo, dalam keputusan ini komponen pengisi struktur berubah. Universitas Sumatera Utara Sampai akhir penelitian, kordinasi penanganan bencana masih didampingi oleh Satgas Pendampingan BPBD Provinsi Sumatera Utara, akan tetapi untuk kedepannya kordinasi tim akan dipindahkan kepada BPBD Kabupaten Karo yang baru terbentuk pada tanggal 22 Januari 2013. Secara khusus, kelembagaan dalam aspek kesehatan penanganan akan ditangani langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Dinas Kesehatan melalui Kepala Dinas bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan hasil rekomendasi dari rapat penanggulangan bencana. Sejalan juga dengan pernyataan informan keempat dari Dinas Kesehatan yang merupakan kordinator pelayanan kesehatan, “Kebetulan ketua tim kesehatan dalam tanggap bencana kepala dinas kesehatan, dinas kesehatan bertanggung jawab seluruh pelyanan kesehatan di kabupaten Karo, kalau tim kesehatan khusus penanganan pada saat tanggap darurat bencana, kebetulan kepala dinas kesehatan sebagai ketua tim kesehatan maka dibentuklah SK untuk membantu bapak kepala dinas kesehatan, dengan bertambahnya pos tentu harus diatur ketenagaan, darimana kita ambil perawat, dokter segala macam, terbentuklah ketua ketenagaan, itulah yang mencari mengatur ketenagaan baik dokter dan para medis, untuk ketengaan sebagai koordinatornya bappk Johanes Tarigan kabid kesga, dialah yang mengatur ketenagaan di pos-pos kerja sama dengan kepala puskesmas kan begitu” 4.6. Input Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan SDMK dalam Menghadapi Erupsi Gunung Sinabung

4.6.1. Analisis Risiko Wilayah