Analisis SDM Kesehatan Berdasarkan Kuantitas

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Analisis SDM Kesehatan Berdasarkan Kuantitas

Dinas kesehatan merupakan penanggung jawab utama dalam bidang kesehatan untuk penanganan bencana. Untuk mempermudah kerjanya, dinas kesehatan membentuk pos-pos di pengungsian yang berasal dari tenaga kesehatan Puskesmas. Setiap pos terdiri atas 2-3 tenaga kesehatan puskesmas yang berganti- ganti dengan sistem shifing. Secara sistemik sudah baik pelayanan kesehatan SDM Kesehatan di pos pengungsian, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi permasalahan berkaitan dengan SDM kesehatan. Pertama, masih ada kompetensi tertentu yang belum dimiliki oleh SDM kesehatan di dinas kesehatan Kabupaten Karo, khususnya tenaga Entomolog, sedangkan tenaga Epidemiolog masih bisa memberdayakan tenaga surveilans. Kemudian juga masih kekurangan tenaga Apoteker. Pelayanan kesehatan pengungsi oleh SDM kesehatan pada masa tanggap darurat erupsi gunung sinabung pada dasarnya sudah berjalan dengan baik, dapat dilihat dari hasil rapat evaluasi yang dilaksanakan setiap jam 14.00 Wib di pos komando Tanggap Darurat yang di Pimpin oleh Komandan Satgas dan seluruh koordinator pos pengungsi yang ada di Kabupaten Karo, pada umumnya menyatakan bahwa kesehatan pengungsi terlayani. Namun masih perlu ditingkatkan karena masih ada yang belum sesuai dengan standart yang diatur dalam Kemenkes RI tentang 116 Universitas Sumatera Utara penanggulangan bencana, pada penelitian ini khususnya dalam hal penempatan SDM kesehatan pada pos pelayanan kesehatan pengungsi seperti yang diatur dalam Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor 066MENKES SKII2006 yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sumber Daya Manusia Kesehatan yang bertugas di pos kesehatan pengungsi masih kurang memadai baik dari jumlah, jenis dan kompetensinya. Dari hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti di 16 pos yaitu pos pengunsi GBKP Kota Berastagi, Mesjid Istihrar, Klasis GBKP Berastagi, Jambur Taras Berastagi, KWK Berastagi, Lods Desa Tongkoh, Lapangan Futsal Sumbul, UKA I, UKA II, Mesjid Agung Kabanjahe, Gereja Paroki Jl Irian, Zentrum Kabanjahe, Serbaguna KNPI, GBKP Asrama Kodim, Lods Tiga Binanga dan Lods Desa Telaga Kabupaten Langkat, terlihat bahwa tenaga kesehatan yang bertugas di pos kesehatan pengungsi bervariasi. Ada yang membuat jadwal piket untuk pelayanan 24 jam dibagi dalam 3 shif Pagi, sore dan malam, ada juga yang membuat hanya 2 Sip pagi dan sore saja. Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas juga bervariasi ada yang membuat jadwal piket satu Sip jaga 1 orang, ada juga yang membuat 2 orang yang terdiri dari bidan atau perawat. Untuk dokter, mereka tidak setiap hari datang ke pos kesehatan pengungsi, karena disamping dalam waktu yang bersamaan harus juga memberikan pelayanan di Puskesmas. Menurut keterangan yang didapat dari petugas kesehatan yang piket saat ditemui di pos, dokter datang jika diperlukan on call, atau jika pasien perlu konsul ke dokter, maka pasien di rujuk ke Puskesmas penanggung jawab pos kesehatan pengungsi. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi proses awal dalam Universitas Sumatera Utara perencanaan SDM, dalam hasil penelitian yang menggambarkan pembagian wilayah kerja pos pengungsi tidak terbagi merata, sehingga ada pos yang seharusnya butuh SDM kesehatan lebih banyak justru tidak terpenuhi. Kondisi ini bisa terjadi karena proses perhitungan SDM kesehatan yang kurang tepat berdasarkan kebutuhan dan beban kerja, sehingga kondisi tersebut mempengaruhi procedural kerja yang telah ditetapkan. Bila melihat kebutuhan SDM kesehatan secara umum berdasarkan wilayah kebutuhan SDM terpenuhi, akan tetapi bila memperkirakan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pos pengungsian, bila mengacu pada pedoman SDM kesehatan, maka Dinas Kesehatan mengalami kekurangan SDM kesehatan yang cukup banyak baik pada radius 5 km maupun radius 10 km. Beban kerja yang diemban seorang dokter yang mengkordinir beberapa pos pengungsian pada radius 5 km, menyebabkan pelayanan kesehatan yang harusnya ditangani dokter jadi berkurang, hal ini terindikasi dari terlalu seringnya dokter tidak berada di pos pengungsian. Selain itu dokter juga harus menjaga puskesmas yang menjadi wilayah kerjanya. Hal ini mengindikasikan bahwa perhitungan terhadap kebutuhan dan beban kerja SDM kesehatan khususnya dokter tidak berjalan dengan baik, sehingga berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Kondisi ini sejalan menurut Rivai 2004 bahwa Standard Operating Prosedure SOP sebagai pedoman yang dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumberdaya manusia Universitas Sumatera Utara telah tersedia, adanya jaminan keselamatan kerja, semua sistem telah berjalan dengan baik, dapat diterapkan secara baik apabila fungsi organisasi serta penempatan sumber daya manusia telah dihitung berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Bila merujuk pada pedoman SDM kesehatan kementerian kesehatan kekurangan SDM kesehatan khususnya dokter di setiap pos termasuk cukup tinggi, bila dokter terdistribusi ke pos-pos pengungsi maka tidak hanya pelayanan kesehatan di pengungsian yang terhambat, pelayanan kesehatan yang berjalan seperti biasa di puskesmas juga akan mengalami hambatan. Hal ini menuntut Dinas Kesehatan untuk mencari alternative dengan cara menambah SDM kesehatan untuk mengisi pos pengungsian dengan berkejasama dengan tim pendampingan yang dibentuk provinsi, atau mengkordinir relawan-relawan dengan basis kesehatan untuk menjaga pos kesehatan di pengungsian. Hal ini sejalan menurut Pinkowski 2008 bahwa tenaga sularelawan secara prinsip yang berasal dari institusi terpercaya seharusnya diantispasi, di rencanakan dan diatur pemberdayaanya agar lebih maksimal dan terkodinir.

5.2. Analisis SDM Kesehatan Berdasarkan Kualitas