menjulang hingga ribuan kilometer di atas permukaan laut, berbentuk kerucut, dan pola aliran yang berkembang di atasnya adalah pola radial. Morfologi kerucut
Gunung Api memiliki ciri kemiringan lereng mulai terjal hingga sangat terjal dengan torehan cukup dalam, sedangkan lereng kaki Gunung Api mempunyai kemiringan
mulai terjal hingga agak landai dengan torehan relatif lebih ringan dan dangkal Nurroh, 2013.
Kerucut vulkanik merupakan kumpulan bahan-bahan vulkanik yang dikecluarkan langsung setiap kali letusan terjadi dari suatu titik atau kawah.
Akumulasi bahan-bahan vulkanik ini dapat berupa bahan-bahan lepas pyroclastic maupun aliran lava, membentuk suatu kerucut di seputar kawah, sedangkan di lokasi
yang lebih jauh membentuk kaki lereng Nurroh, 2013.
2.5.1. Penetapan Zona Bahaya Gunung Api
Jumlah gunung api di Indonesia yang relatif banyak merupakan masalah dihadapi, peta bahaya letusan gunung api belum dibuat seluruhnya, serta penduduk
yang bermukim atau memanfaatkan lahan gunung api cenderung semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan kepadatan penduduk dan
peningkatan pemanfaatan lahan gunung api disebabkan oleh kondisi tanahnya yang subur Asriningrum dkk, 2004.
Zonasi daerah bahaya ditentukan berdasarkan kemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava. Untuk prakiraan jangkauan letusan dapat dibuat dengan
menggunakan peta topografi, peta geologi, ataupun pengamalan lapangan. Pada penelitian Asriningrum dkk 2004 dikembangkan metode dengan teknik
Universitas Sumatera Utara
penginderaan jauh satelit yang merupakan penambahan data dari jenis data yang dipakai pada metode sebelumnya. Metode ini diharapkan mampu mempercepat
pembuatan dan pemutakhiran peta bahaya gunung api yang relatif banyak di indonesia. Peta bahaya diperlukan sebagai salah satu komponen system peringatan
dini sebagai upaya rneminimalkan jumlah korban dan kerugian akibat bencana letusan gunung api.
Dalam mementukan zonasi derah bahaya letusan gunung api Direktorat Vulkanologi menyatakan bahwa daerah di sekitar kawah dikategorikan sebagai
daerah terlarang karena kemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava sangat besar. Daerah dengan tingkat bahaya lebih rendah adalah daerah bahaya ke-l, yaitu daerah
yang tidak dapat diserang oleh awan panas namun saat letusan besar akan tcrtimpa hembusan piroklastik pyroclastic surge dan jatuhan piroklastik hujan abu dan
bom. Sedangkan daerah bahaya ke-2, yaitu daerah yang berdekatan dengan sungai yang berhulu di puncak gunung api, letaknya secara topografis rendah sehingga pada
musim hujan dapat terlanda aliran lahar.
2.5.2. Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunungapi
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM membuat peta Kawasan Rawan Bencana KRB gunung api
yang ada di indonesia. Peta KRB ini dibuat sebagai upaya memperkirakan kawasan terdampak apabila gunung api tersebut nantinya meletus. Tingkat aktivitas gunung
api dikategorikan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Aktif Normal Level I. Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil
visual, kegempaan, dan gejala vulkanik lainnya tidak menunjukkan adanya kelainan.
b. Waspada Level II. Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak
secara visual, atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan, dan gejala vulkanik lainnya.
c. Siaga Level III. Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual
pemeriksaan kawah, kegempaan, dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisa, perubahan aktivitas cenderung diikuti terjadinya letusan.
d. Awas Level IV. Menjelang letusan utama, letusan awal dimulai dengan
keluarnya abuasap. Berdasarkan analisa data pengamatan, segera akan diikuti terjadinya letusan utama.
Pengertian atau makna setiap tingkatan atau status gunung api serta tindakan yang harus dilakukan dapat dijelaskan pada Tabel 2.3 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia Status
Makna Tindakan
Awas -
Menandakan gunung berapi yang segera sedang meletus
atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
- Letusan pembukaan dimulai
dengan abu dan asab -
Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
- Wilayah yang terancam
bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
- Koordinasi dilakukan
secara harian -
Piket penuh
Siaga -
Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak kearah
letusan atau menimbulkan bencana
- Peningkatan intensif kegiatan
seismik -
Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana
- Jika tren peningkatan
berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2
minggu -
Sosialisai di wilayah terancam
- Penyiapan sarana darurat
- Koordinasi dilakukan
secara harian -
Piket penuh
Waspada -
Ada aktivitas apapun bentuknya
- Terdapat kenaikan aktivitas
di atas level normal -
Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
- Sedikit perubahan aktivitas
yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik
dan hidro-termal -
PenyuluhanSosialisasi -
Penilaian bahaya -
Pengecekan sarana -
Pelaksanaan piket terbatas
Normal -
Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
- Level aktivitas dasar
- Pengamatan rutin
- Survei dan penyelidikan
Sumber : Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, 2006
Universitas Sumatera Utara
2.6 Pengungsi Korban Bencana Alam