2.1.3 Pemasaran Rasional
Pemasaran Rasional lebih sering diartikan sebagai conventional marketing. Biasanya seseorang membeli berdasarkan pertimbangan logika atau rasionya.
Setelah secara rasional orang mau, tertarik dan membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Pada level rational ditandai dengan penggunaan tool-tool marketing
yang cerdas, seperti marketing mix, branding, positioning dan sebagainya. Suatu perusahaan dikatakan menggunakan pemasaran rasional apabila :
1. Perusahaan mampu menghasilkan produk yang memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
2. Produk tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen 3. Mutu produk terjamin
4. Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen
2.1.4 Pemasaran Emosional
Manusia rata-rata mampu mengingat 10 ribu brandmerek dagang di otak. Sayangnya, hanya segelintir brand yang dipilih untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan posisi brand di mata masyarakat, perusahaan harus meningkatkan keintiman secara emosional dengan pelanggan.
Pada dasarnya, emosi merupakan hal dasar yang memicu seseorang untuk melakukan sesuatu, berbicara dengan orang lain dan menentukan keputusan.
“Emosi merupakan bagian dari insting sehingga seringkali, tanpa sadar digunakan untuk menentukan
keputusan.” Selain itu, emosi digunakan untuk menanggapi keadaaan dengan sedikit informasi. Misalnya, saat memilih ponsel dan kita tidak
Universitas Sumatera Utara
terlalu banyak tahu dan mengerti soal spesifikasi produk tersebut, emosi menjadi salah satu unsur yang berperan penting.
“Kalau kita tidak tahu harus memilih apa tapi tanpa disadari, ketika mengingat produk X dari iklan dan merasakan suatu
kebahagian, kita akan memilih produk X tersebut.”
Emosi juga dimanfaatkan untuk mengurangi risiko kehidupan dan mewarnai lingkungan sosial seseorang.
“Unsur emosi membantu kita untuk memahami sesuatu karena tidak semua hal dimaknai dari unsur verbal ataupun
teks. Kita bisa melakukan pemaknaan dari apa yang kita rasakan saat melihat ataupun membicarakan brand tertentu. Inilah fungsi
emosi,” Alastair Gordon dalam Zachra, 2011. Selain itu, yang menarik, unsur rasional membantu
manusia melakukan pembenaran atas sisi emosional. Ada tiga kunci penting yang harus dipahami oleh setiap perusahaan.
Pertama, unsur emosional bukanlah segalanya. “Harga dan nilai produk yang
ditawarkan produk juga berperan penting. Jangan sampai hal ini dilupakan oleh perusahaan. Kedua adalah mempelajari perilaku konsumen. Yang terakhir,
melakukan proses pembentukan emosional di masyarakat terhadap suatu produk tidak dapat dilakukan terburu-buru.
“Perusahaan harus berperilaku objektif dan tidak boleh menganggap remeh setiap tahapan yang harus dilewati dalam
membangun unsur emosional di masyarakat.”
Membuat hubungan antara merek dan pelanggan yang tidak berhubungan dengan emosi pelanggan, akhirnya akan kalah dengan merek-merek yang
melakukan. Praktik pemasaran emosional adalah semua tentang mendapatkan audiens focus on untuk berhubungan dengan produk, jasa, dan merek pada tingkat
Universitas Sumatera Utara
yang sangat mendasar –tingkat emosi. Contoh pemasaran emosional dapat dilihat
pada merek ternama seperti Starbucks yang memberikan experience kepada pelanggan. Kopi tidak hanya dihidangkan dengan layanan yang bagus, tapi juga
dirancang untuk menciptakan memorable experience. Minum kopi di Starbuck tidak hanya untuk menikmati enaknya kopi, tapi lebih jauh lagi mendapatkan
pengalaman ngopi bersama kerabat dan teman dekat – pengalaman ngopi khas
Starbucks. Menurut Kartajaya 2003:xi, manusia saat ini tinggal di Venus, di dunia
yang lebih emosional dan interaktif. Dimana Emotional Quotient lebih unggul dari Intelligent Quotient. Dimana feel lebih penting dari pada think. Dimana
keunggulan bersaing perusahaan lebih banyak ditentukan oleh “feel benefit”. Kartajaya 2003:12 menyampaikan tip-tip untuk sukses di Venus sebagai
berikut: 1. Mengembangkan teknologi dan produk yang mengakomodasi kebutuhan
emosional pelanggan, 2. Menggunakan teknologi informasi untuk membawa pesan-pesan
emosional kepada pelanggan. Dengan demikian pelanggan akan memiliki connection dan emotional attachment dengan perusahaan dan merek
3. Menyentuh emosi konsumen dengan pesan-pesan yang bersifat personal. Pergunakanlah media-
media yang mengandalkan “pointcasting” seperti e- mail dan SMS untuk menyampaikan pesan-pesan
Selain itu Kertajaya 2003 menyatakan bahwa pelanggan saat ini adalah WO-MAN. WO-MAN disini tidak hanya woman atau wanita, tapi juga pria. Pria
Universitas Sumatera Utara
ini adalah “woman oriented man”. Bukan berarti pria yang beralih orientasi seks ataupun kehilangan maskulinitasnya, tetapi pria yang semakin emosional. Pria
yang semakin mampu mengekspresikan emosi dan perasaannya. Tip-tip sukses yang disampaikan Kertajaya adalah:
1. Sesungguhnya baik pria maupun wanita sama-sama memiliki kebutuhan emosional dan senang diperhatikan sebagai insan yang utuh. Menangkan
hati konsumen, baik pria dan wanita dengan menyentuh emosi mereka 2. WOMEN always pay attention to detail Konsumen semakin rewel dan
menilai segala sesuatu dengan terperinci. Karenanya jangan sampai Anda vmelewatkan satu hal kecilpun jika Anda tidak ingin konsumen kecewa,
mulai dari kebijakan perusahaan hingga produk Anda. Sensitivitas konsumen terhadap berbagai isu harus betul-betul diperhatikan.
3. Rancanglah produk dan kelengkapannya dengan menarik karena ini memainkan peranan yang semakin besar.
Perasaan atau feeling merupakan akar yang dalam banyak hal mempengaruhi segala perilaku, sebab perasaan terkait dengan emosi. Emosi
sangat mempengaruhi
pemikiran seseorang,
emosi membentuk
dan mempengaruhi penilaian dan emosi membentuk perilaku. Oleh sebab itu,
perusahaan harus memberi perhatian penting untuk memperhatikan emosi pelanggan, dan berusaha mempengaruhi pelanggan sehingga mereka memiliki
emosi yang positif. Dengan upaya ini diharapkan pemikiran dan perilaku mereka terhadap perusahaan, produk dan jasa yang ditawarkan menjadi positif pula.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Pemasaran Spiritual