2.1.5 Pemasaran Spiritual
Pada era sekarang, pemasaran tidak hanya diterjemahkan dalam pengertian positioning, diferensiasi dan merek yang dibungkus dalam identitas merek,
integritas merek, dan menghasilkan citra merek. Dunia pemasaran perlu menunjukkan nilai-nilai spiritual dalam pemasaran. Pemasaran spiritual adalah
pemasaran yang beretika dan jujur yang memaksimalkan pencapaian kepuasan pemangku kepentingan stakeholder secara seimbang. Nilai-nilai yang ditebarkan
itu diyakini tidak hanya mendongkrak profit tetapi juga menjamin kelanggenan dan penguatan karakter brand, sekaligus membentuk diferensiasi yang tidak
tertandingi. Perjalanan waktu telah membuat model pemasaran berubah, dari
Marketing 1.0 ke Marketing 2.0 – dari product centric ke customer-centric era,
dan sekarang marketing telah mentransformasi diri ke dalam human-centric era. Itulah yang dikatakan sebagai Marketing 3.0. Berikut merupakan tabel
perbandingan antara marketing 1.0, 2.0, dan 3.0
Tabel 2.1 Perbandingan Marketing 1.0, 2.0 dan 3.0
Marketing 1.0Product-centric
Marketing Marketing
2.0Customer-
oriented Marketing Marketing
3.0Values-driven
Marketing Objektif
Perusahaan
Menjual produk Memuaskan
dan membuat konsumen
loyal Membuat dunia yang
lebih baik
Pemicu Arus
Pergerakan
Industrial Revolution Teknologi informasi dan komunikasi
Teknologi New
Wave
Bagaimana Perusahaan
Melihat Konsumen
Mass buyers dengan kebutuhan fisik
Konsumen yang
memiliki rasional
dan emosional Konsumen
yang secara
holistic memiliki mind,heart,
dan spirit.
Universitas Sumatera Utara
Kunci Konsep Pemasaran
Pengembangan produk
Diferensiasi Nilai-nilai values
Panduan Pemasaran
Perusahaan Spesifikasi produk
Positioning perusahaan
dan produk
Visi, Misi,
dan Values
dari Perusahaan
Nilai yang
Dijual Perusahaan
Fungsional Fungsional
dan emosional
Fungsional, emosional,
dan spiritual, Emotional,
and Spiritual
Interaksi Dengan
Konsumen
Transaksional yang
bersifat top-down
One-to-Many Hubungan intimasi
yang bersifat one-to- one
Kolaborasi antar
jejaring konsumen
many-to-many
Sumber: Kertajaya 2012
Marketing 1.0 mengandalkan rational intelligent: produk bagus, harga terjangkau. Konsumen memilih produk berdasarkan tinggi-rendahnya harga yang
ditawarkan produsen. Pada level ini konsumen sangat mudah berpindah. Marketing 2.0 berbasiskan emotional intelligent: Sentuhlah hati customer.
Meski suatu produk lebih mahal dibanding yang lain, tapi tetap dipilih konsumen, sebab sudah memiliki ikatan emosional dengan produknya.
Marketing 3.0 berdasarkan spiritual intelligent: Lakukan semua dengan Nilai-Nilai Universal seperti kasih dan ketulusan maka profit akan datang. Pada
tahap ini, merek telah menjadi “reason for being”, karena merek itu maka si konsumen diakui keberadaannya.
Values-driven marketing adalah model untuk Marketing 3.0, yang melekatkan nilai-nilai pada misi dan visi perusahaan. Gagasan ini akan
memperbaiki persepsi publik terhadap marketing dan membimbing perusahaan dan pemasar untuk menginkorporasikan visi yang lebih manusiawi dalam memilih
tujuan mereka. Marketing 3.0 ini akan terlihat dari seberapa dalam hubungan
Universitas Sumatera Utara
hubungan produsen dengan konsumen atau stakeholder-nya. Wujud spiritualisme adalah bagaimana mencintai jejaring stateholder bisnis kita dengan modal dan
menjunjung tinggi kejujuran. Jika sudah sampai tahap spiritual sedemikian itu, hubungan antara perusahaan dengan siapapun yang berkepentingan, apakah itu
konsumen, karyawan, supplier, akan langgeng terus. Marketing 3.0 inilah yang merupakan cikal bakal pemikiran bahwa pada akhirnya marketing menjadi
horisontal, di mana sisi humanisme si pemasar membuat pasar menjadi datar. Artinya, tidak ada perbedaan status antara Marketer dan Customer. Marketer dan
Customer sama rata. Marketer sudah berbaur dengan Customer-nya. Mussry, dkk 2007: 22 menyatakan bahwa prinsip-prinsip untuk
menjalankan spiritual marketing dituangkan secara komprehensif dalam Ten Credos of Compassionate Marketing yaitu sebagai berikut:
1. Love your customer and respect your competitor.
2. Be sensitive to change and be ready to transform
3. Guard your name, be clear of who you are.
4. Customer are differs, go first to whom really need you
5. Always offer good package at fair price
6. Always make yourself available, and spread the good news
7. Get customer, keep and grow them.
8. Whatever your business, it is service business
9. Always refine your business process in term of quality, cost and delivery
10. Gather relevant information but use wisdom in final decision
Universitas Sumatera Utara
Strategi Pemasaran Rasional, Emosional, dan Spiritual dapat disinergikan –
dapat di padupadankan, sehingga mampu menghasilkan pemasaran yang lebih optimal dan memberikan manfaat yang lebih positif bagi para konsumen atau
pelanggan. Biasanya seseorang membeli berdasarkan pertimbangan logika atau rasionya dan setelah secara rasional orang mau, tertarik dan membeli produk atau
jasa, tahap selanjutnya kita juga harus mampu memberikan sesuatu yang menyentuh emosi mereka. Salah satu tujuannya, agar penjualan kita bisa terus
berlanjut, bukan hanya dalam waktu singkat. Secara umum, emotional marketing akan berjalan dengan baik jika kita benar
–benar mampu mengutamakan kepuasan pengalaman pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa kita. Setelah
berhasil memberikan yang terbaik kepada konsumen, baik secara rasional ataupun emosional, selanjutnya kita juga bisa membuat sinergi antara rational,emotional
dengan spiritual marketing. Dalam Spiritual Marketing, di antaranya ; seorang konsumen akan mempertimbangkan apa yang diputuskan, dibeli atau digunakan
juga bisa memberi arti bagi kehidupannya di akhirat nanti. Oleh karena itu,sebagai seorang pebisnis, kita juga harus senantiasa mengembangkan Spiritual Marketing
ini.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu