74
untuk tingkat kepercayaan 5 didapat nilai t-tabel sebesar ± 2,12, yang berarti t-hitung t-tabel, Berdasarkan tabel di atas juga terlihat sig.2-
tailed sebesar 0,2688589 yang berarti nilainya di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara TVA
sebelum dan sesudah stock split. Rata-rata TVA sebelum stock split sebesar 0,0017783 dan sesudah stock split sebesar 0,0015592. Hal ini
menunjukkan bahwa volume perdagangan justru menurun setelah stock split tetapi penurunan tersebut secara statistik tidak signifikan.
Berdasarkan temuan terhadap TVA ini dapat disimpulkan bahwa pemecahan saham stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap naik turunnya likuiditas saham. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa “terdapat perbedaan yang signifikan TVA antara
sebelum dan sesudah stock split” tidak dapat diterima.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan return saham antara sebelum dan
sesudah stock split. Return saham mengalami penurunan yang tidak signifikan setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai
2008. Hasil analisis tentang rata-rata return saham pada periode sebelum dengan periode sesudah stock split ini memberikan dugaan bahwa kemungkinan informasi
Universitas Sumatera Utara
75
stock split belum mempunyai kandungan informasi yang cukup signifikan untuk dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusannya atau informasi
mengenai keputusan stock split sudah diketahui oleh para emiten sejak dari Rapat Umum Pemegang Saham RUPS sehingga pasar secara keseluruhan sudah
mengantisipasi saat listing dengan nominal harga yang baru.
Hasil pengujian hipotesis pertama ini tidak berhasil mendukung signaling theory. Dalam kegiatan
pemecahan saham signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan
yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split
adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Selain itu dalam pemecahan saham signalling theory memberikan informasi kepada investor tentang
prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba
jangka panjang.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro 1999 yang menyatakan bahwa
pemecahan saham stock split berpengaruh secara negatif terhadap perubahan harga saham secara signifikan. Meskipun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
signalling theory
dan penelitian yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro 1999, namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Diky Irmansyah 2003 yang menyatakan bahwa kebijakan pemecahan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan ternyata tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
76
Berdasarkan hasil pengolahan data untuk pengujian hipotesis kedua dan ketiga, ternyata diperoleh bukti bahwa likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia
untuk periode 2004 sampai 2008 menurun setelah dikeluarkannya kebijakan stock split. Hal ini terlihat dari pengujian hipotesis kedua dan ketiga yang menunjukkan
kenaikan bid-ask spread yang signifikan dan penurunaan volume perdagangan yang tidak signifikan. Dari pengujian hipotesis kedua dengan bid-ask spread
sebagai variabel yang mencerminkan biaya transaksi mengalami kenaikan yang signifikan setelah stock split, hal ini mempunyai implikasi pada terjadinya
penurunan likuiditas secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan saham stock split berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham secara
signifikan. Dari pengujian hipotesis ketiga dengan volume perdagangan yang tercermin dalam Trading Volume Activity mengalami penurunan yang tidak
signifikan setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya likuiditas Trading
Volume Activity saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008. Volume perdagangan justru
meningkat pada hari sebelum dilakukan stock split. Informasi stock split lebih direspon oleh publik pada hari sebelum dilakukan oleh stock split. Hal ini
disebabkan karena informasi stock split sudah diketahui oleh sebagian investor sejak RUPS Rapat Umum Pemegang Saham. Stock split mengindikasikan
prospek bagus dari perusahaan karena mampu menanggung biaya yang terjadi dari stock split, sehingga investor sudah mulai berekasi sebelum dilakukan stock
split. Hipotesis ketiga tidak berhasil mendukung Trading Range Theory, yang
Universitas Sumatera Utara
77
menyatakan bahwa stock split dilakukan karena memandang harga saham yang
terlalu mahal dan frekuensi perdagangan yang rendah. Dengan harga saham yang rendah, akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjual belikan
setiap saat, dan akan membuat saham semakin likuid, dan ini akan menambah frekuensi perdagangan saham setelah dilakukan stock split. Hasil penelitian ini
juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Setiyanto 2006 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah aktivitas stock split. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nining Susanti
2009 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan saham atau Trading Volume Activity sebelum dan sesudah
pengumuman stock split. Bursa Efek Indonesia sebagai pasar modal yang sedang berkembang, yang
ditandai dengan masih banyaknya investor yang belum bertindak rasional dalam kegiatan investasinya, adanya kebijakan stock split sebagai sebuah informasi yang
pada dasarnya tidak memiliki nilai ekonomis ditafsirkan oleh investor sebagai dua kemungkinan yaitu kabar baik dan kabar buruk. Ketidakseimbangan informasi
information asymetry ini mengindikasikan adanya ketidakpastian yang lebih tinggi yang dialami investor setelah adanya informasi stock split yang ditandai
dengan meningkatnya bid-ask spread. Hal ini mengakibatkan investor ragu-ragu untuk melakukan transaksi yang lebih tinggi dari biasanya dan justru melakukan
transaksi yang lebih kecil daripada dalam kondisi normal yang tercermin dengan hasil temuan menurunnya volume perdagangan setelah stock split.
Universitas Sumatera Utara
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan return saham antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini berarti pemecahan saham stock split tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini didukung oleh bukti empiris berikut:
Nilai t
hitung
= 0,5744149; t
tabel
= ± 2,12; dan p-value = 0,5736751. Return saham mengalami penurunan yang tidak signifikan setelah stock split.
Hal ini menunjukkan bahwa informasi stock split memberikan sinyal negatif kepada pasar yang dicerminkan dengan turunnya return saham setelah
dilakukan stock split. Hasil penelitian ini memberikan dugaan bahwa kemungkinan informasi stock split belum mempunyai kandungan informasi
yang cukup signifikan untuk dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusannya atau informasi mengenai keputusan stock split sudah diketahui
oleh para emiten sejak dari Rapat Umum Pemegang Saham RUPS sehingga pasar secara keseluruhan sudah mengantisipasi saat listing dengan nominal
harga yang baru. Dengan demikian, stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004 sampai 2008.
Universitas Sumatera Utara