28
sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, sehingga secara langsung dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran.
2. Pemecahan Saham Stock Split
a. Pengertian Pemecahan Saham Stock Split Pemecahan saham adalah salah satu bentuk informasi yang diberikan
oleh emiten untuk menaikkan jumlah saham yang beredar Sukardi, 2003 : 332. Menurut Hartono 2000:397 “stock split atau pemecahan saham
adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per- lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1n dari harga
sebelumnya. Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pengurangan harga nominal per
lembar nya secara proporsional Bambang Riyanto, 1995 : 275. Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan
dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor. Split factor
merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya split dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukan
split. Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk
membelinya. Dengan melakukan stock split diharapkan harga saham yang dinilai terlalu tinggi dapat menurun sehingga dapat menarik investor untuk
membeli dan meningkatkan volume perdagangan saham tersebut. Dengan
Universitas Sumatera Utara
29
kondisi seperti ini, maka perdagangan saham pelaku stock split diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang dana untuk perusahaan
akan semakin baik. Selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut, kesempatan masyarakat luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin
tinggi. Secara teoritis, stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock
split hanyalah mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham sedangkan saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap
sama. Stock split menjadi alat kosmetika saham, yang berarti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan usaha pemolesan saham agar
dapat dinilai lebih menarik oleh para investor meskipun aktivitas stock split tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan pemecahan
tersebut menimbulkan fatamorgana bagi para investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi makmur karena menguasai saham yang
beredar dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peristiwa stock split tidak memiliki nilai ekonomis
karena tidak menyebabkan perubahan proporsi kepemilikan investor dan tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan pemegang saham.
b. Jenis Stock Split Menurut Samsul 2006 : 190, ada dua jenis stock split yang dapat
dilakukan yaitu : 1. Split up, berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan
diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya
Universitas Sumatera Utara
30
akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.
2. Split down atau reverse split, berarti tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk
meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali
sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total
modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru
.
Contoh split up, jumlah lembar saham sebanyak 200 lembar dengan harga Rp 600 split factor 2:1, maka jumlah saham setelah stock split
menjadi 400 lembar dan nilai nominalnya menjadi Rp 300. Contoh split down, jumlah lembar saham sebanyak 200 lembar dengan harga Rp 400
split factor 1:2, maka jumlah lembar saham menjadi 100 lembar dan nilai nominalnya menjadi Rp 800.
c. Alasan Dilakukannya Stock Split Stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata
lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis Hartono, 2000 : 398. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika memang stock split
tidak mempunyai nilai ekonomis, mengapa perusahaan melakukannya dan mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan alasannya adalah
berhubungan dengan likuiditas saham liquidity hypothesis dan sinyal yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik signaling hypothesis.
Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split seperti yang dikemukakan oleh Scott et al dalam Margaretha 2004 :
74:
Universitas Sumatera Utara
31
1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. 2. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split
percaya bahwa stock split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal yang selanjutnya dapat
menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan. Hal ini
akan mengubah investor odd lot menjadi round lot.
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
d. Kerugian Dilakukan Stock Split Selain keuntungan yang diperoleh dari stock split, terdapat kerugian
seperti yang dikemukakan dalam Mulyanti 2006 : 36 antara lain: 1. Manfaat yang ilusionitis dari stock split harus dibeli dengan
beberapa konsekuensi oleh pemodal, yaitu biaya surat saham akan naik karena kepemilikan yang tadinya cukup diawali oleh
selembar surat saham kemudian menjadi 2 lembar. Biaya back office diperusahaan efek, biaya kliring dan biaya custodian
dipengaruhi oleh jumlah fisik surat saham adalah biaya broker setelah pemecahan saham akan menjadi lebih tinggi.
2. Adanya biaya pemecahan yang termasuk didalamnya biaya transfer agen untuk proses sertifikat dan biaya lainnya dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sedangkan bagi pemegang saham tidak terdapat kerugian akibat dilakukan stock
split.
3. Perubahan Harga Saham