Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut UU No. 23 Tahun 2004

46 aturan Allah swt. Mereka bergaul dan bekerja sama di dalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada-Nya. 9

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut UU No. 23 Tahun 2004

Tanggal 22 September 2004 bisa jadi merupakan tanggal bersejarah bagi kalangan feminis di Indonesia. Setidaknya satu dari sekian banyak agenda perjuangan mereka yang terkait dengan isu perempuanyakni upaya pencegahan dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga akhirnya membuahkan hasil. Pemerintahan dan DPR RI akhirnya sepakat untuk mengesahkan undang-undang No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga atau dikenal dengan UU KDRT. 10 Hanya saja, seperti yang sudah diduga sebelumnya, pengesahan undang- undang ini akhirnya memang banyak menuai kontroversi. Selain banyak kalangan yang merasa kecolongan, mereka juga menilai keberadaan undang-undang yang disponsori penuh oleh the Asia Foundation ini dibangun diatas paradigma yang salah. Wajar jika materi hukumnya pun syarat dengan pasal-pasal bermasalah. 11 Kekerasan apapun yang terjadi dalam masyarakat, sesungguhnya berangkat dari satu idiologi tertentu yang mengesahkan penindasan disatu pihak- pihak perseorangan maupun kelompok terhadap pihak lain yang disebabkan oleh 9 http:embuntarbiyah.wordpress.com20070724rumah-tangga-islami 10 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, Purwekerto, Fajar Pustaka, 2006, cet. Ke-1, h. 1. 11 Ibid 47 anggapan ketidak setaraan yang ada dalam masyarakat. Pihak yang tertindas disudutkan pada posisi yang membuat mereka berada dalam ketakutan melalui cara penampakan kekuatan secara periodik. Kekerasan dalam rumah tangga domestic violence adalah bentuk penganiayaan abuse oleh suami terhadap istri atau sebaliknya baik secara fisik patah tulang, memar, kulit tersayat, maupun emosional atau psikologis rasa cemas, depresi dan perasaan rendah diri. Dalam rumusan yang lain, kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara sendiri atau bersama-sama terhadap seorang perempuan atau terhadap pihak yang tersubordinasi lainnya dalam rumah tangga, yang mengakibatkan kesengsaraan secara fisik, seksual, ekonomi, ancaman psikologis termasuk rampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang. Dalam perkembangannya, kekerasan dalam rumah tangga sesungguhnya tidak hanya terjadi antara suami dengan istrinya saja, tetapi juga bisa terjadi antara orang tua dengan anak kekerasan terhadap anak atau antara majikan dengan pembantunya yang terjadi di dalam lingkup keluarga. 12 Bentuk kekerasan yang palang sering terjadi adalah kekerasan terhadap istri atau yang lebih tepat kekerasan terhadap perempuan oleh pasangan intim. Kekerasan terhadap perempuan menyebabkan dan melestarikan subordinasi. Subordinasi terhadap perempuan sudah berlangsung cukup lama dan bersifat universal, hanya bentuk subordinasinya yang beragam dengan intensitas yang 12 Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, Purwekerto, Fajar Pustaka, 2006, cet. Ke-1, h. 3. 48 berbeda-beda. Subordinasi tidak sekedar perbedaan seksual dalam arti biologis, tetapi kemudian berkembang pada perbedaan fungsi-fungsi reproduksi dan produksi, baik dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi, ideologi kelas, maupun stratifikasi sosial melalui serangkaian sosialisasi untuk melanggengkan posisi perempuan yang subordinat. 13 Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga bermula dari adanya pola relasi kekuasaan yang timpang antara laki-laki suami dengan perempuan istri. Kondisi ini tidak jarang mengakibatkan tindakan kekerasan oleh suami pada istrinya justru dilakukan sebagai bagian dari penggunaan otoritas yang dimilikinya sebagai kepala keluarga. Justifikasi atas otoritas itu bisa lahir didukung oleh perangkat undang-undang Negara atau oleh persepsi-persepsi sosial dalam bentuk mitos-mitos superioritas seorang laki-laki yang dipercayai oleh masyarakat tertentu. 14 Dalam konsideran undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan bahwa kebanyakan korban KDRT adalah perempuan yang harus mendapatkan perlindungan Negara atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat 13 Ibid 14 Ibid 49 kemanusiaan. 15 Di samping itu, perlunya undang-undang ini disahkan karena system hukum yang ada belum dinilai bisa menjadi perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga. Pengertian kekerasan dalam rumah tangga sebagai mana yang dijelaskan dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1, yang menyatakan bahwa: 1. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan. Yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 16 2. Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga adalah jaminan yang diberikan oleh Negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. 3. Korban adalah yang mengalami kekerasan danatau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga. 17 Didalam BAB III Undang-Undang PKDRT tentang larangan kekerasan dalam rumah tangga disebutkan bahwa: 15 Undang-undang republic Indonesia no 23 tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga 16 Undang-Undang RI Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 17 Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Undang-undang RI No 23 tahun 2004 ,Jakarta: Undang-undang RI No 23 tahun 2004 ,, h. 10. 50 Dalam Pasal 5 setiap orang dilarang kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang lingkup rumah tangganya dengan cara: a. Kekerasan fisik b. Kekerasan psikis c. Kekerasan seksual d. Penelantaran rumah tangga. Dan dalam Pasal 6 disebutkan “kekerasan fisik sebagai mana dimaksud dalam pasal 5 huruf a adalah perubahan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat”. Sedangkan dalam Pasal 7 dijelaskan “kekerasan psikis sebagai mana yang dimaksudkan dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang”. Dan dalam Pasal 8 menguraikan kekerasan seksual yang dimaksudkan dalam pasal 5 huruf c meliputi: a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang menetapkan dalam lingkup rumah tangga tersebut. b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau untuk tujuan tertentu. Dan dalam Pasal 9 ayat 2 menyebutkan “penelantaran sebagai mana dimaksud pada ayat 1 juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara menbatasi dan atau melarang untuk bekerja 51 yang layak didalam atau diluar sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut 18 ”

C. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya KDRT