Talak Sharih, Talak Kinayah Talak Sindiran

33 2 Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah haid, atau istri yang telah lepas haid. 3 Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil. Ditinjau dari segi tegas dan tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macan, sebagai berikut:

a. Talak Sharih,

Yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas, dapat dipahami sebagi pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan, tidak mungkin dipahami lagi, seperti dengan mengucapkan: “aku cerai” atau “kamu telah aku cerai” 34 Imam syafi’I mengatakan bahwa kata-kata yang dipergunakan untuk talak sharih ada tiga, yaitu talak, firaq dan sarah, ketiga ayat itu disebut dalam al quran dan hadits. Ahl al zahiriyah berkata bahwa talak tidak jatuh kecuali dengan mempergunakan salah satu dari tiga kata tersebut, karena syara telah mempergunakan kata-kata ini, padahal talak merupakan perbuatan ibadah, karenanya diisaratkan mempergunakan kata- kata yang telah ditetapkan oleh syara. Beberapa contoh talak sharih ialah seperti, suami berkata kepada istrinya; 35 1 Engakau saya talak sekarang juga. Engkau saya cerai sekarang juga. 34 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Jakatra, Pustaka Al Kautsar, 2004, cet. Ke-1.h. 440. 35 Muhammad Jawad Mughniyah “Fiqih Lima Mazhab”.op.cit 34 2 Engkau saya firoq sekarang juga. Engkau saya pisahkan sekarang juga. 3 Engkau saya sarah sekarang juga. Engkau saya lepas sekarang juga. Apabila suami menjatuhkan talak terhadap istrinya dengan talak sharih maka menjadi jatuhlah dengan talak itu dengan sendirinya, sepanjang ucapannya itu dinyatakan dalam keadaan sadar dan atas kemauannya sendiri.

b. Talak Kinayah Talak Sindiran

Talak kinayah, yaitu talak dengan menpergunakan kata-kata sindiran, atau samar-samar, dalam kitab fiqih wanita dikatakan bahwasannya yang dimaksud dengan talak kinayah adalah talak yang memerlukan adanya niat pada diri suami. Karena, kata-kata yang diucapkan tidak menunjukan pengertian talak. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. ا ن ْﺑا ﻨﺔ ْﻟا ﺠ ﻮ نا ﻟ ﻤ ا ﺎ ْد ْﺖ ر ْﻮ ل ﷲا ﺻ ﻰ ﷲا ْﻴ و ﻢ و ذ ﺎ ْﻨﻬ ﺎ ﻟﺎ ْﺖ ا ْﻮ ذ ﺑ ﷲﺎ ْﻨ ﻚ ﻓ ﻘ لﺎ ﻟ ﻬ ﻟ ﺎ ﻘْﺪ ْﺪ ت ﺑ ﻈ ْﻴﻢ ْﻟا ﻘ ﻲ ﺑﺎ ْه ﻚ ﺮﻴ و يرﺎ ﻟا اور Artinya: “bahwa ketika putri Jaun dihadapkan kepada rasulullah dan beliau mendekatkan diri padanya, maka ia putri Jaun pun berkata: aku berlindung kepada Allah darimu. Lalu beliau bersabda: sesungguhnya engkau telah berlindung kepada dzat yang Maha Agung, maka kembalilah kekeluargamu”HR. bukhari dan lainnya. 35 Dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan kitab-kitab lainnya disebutkan hadis tentang Ka’ab bin malik yang tidak mau bergabung dalam perang, yaitu ketika ada orang yang berkata kepadanya: “bahwa rasulullah menyuruh kamu menjauhi istrimu, Ka’ab bertanya: aku ceraikan atau apa yang harus aku lakukan ?, orang itu menjawab: jauhi saja dan jangan sekali-kali kamu dekati. Maka Ka’ab melanjutkan ceritanya: lalu kukatakan kepada istriku: pulanglah kepada keluargamu “mutafakun’alaih. Kedua hadis diatas menunjukan, bahwa kata-kata yang diucapkan berarti talak, seiring niat yang ada pada diri suami dan tidak berarti talak jika tidak diikuti dengan adanya niat. 36 Tentang kedudukan talak dengan kata-kata kinayah atau sindiran ini sebagai mana dikemukakan oleh Taqiyuddin Al Husaini, bergantung kepada niat suami. Artinya, jika suami dengan kata-kata tersebut menjatuhkan talak, maka jadi jatuhlah talak itu, dan jika suami dengan kata-kata tersebut tidak bermaksud menjatuhkan talak maka talak tidak jatuh talaknya. Kalau kita tinjau dari segi ada atau tidak adanya kemungkinan bekas suami merujuk kembali bekas istri, maka talak dibagi menjadi dua macam, yakni talak Raj’i Dan talak Ba’in. d. Talak Raj’i. 36 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Jakatra, Pustaka Al Kautsar, 2004. op. cit. 441. 36 Para ulama mazhab sepakat bahwa yang dinamakan dengan talak raj’i ialah talak yang suami masih memiliki hak untuk kembali kepada istrinya rujuk sepanjang istrinya tersebut masih dalam masa ‘iddah, baik istri tersebut bersedia dirujuk maupun tidak. 37 Salah satu diantara syaratnya adalah bahwa si istri sudah dicampuri, sebab istri yang dicerai sebelum dicampuri, tidak mempunyai masa ‘iddah berdasarkan firman Allah dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 49 yang berbunyi: ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ ☯ ⌧ باﺰﺣﻷا : 49 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘addah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya .Q.S. Al Ahzab:49 Yang juga termasuk syarat talak raj’i adalah bahwa talak tersebut tidak dengan menggunakan uang pengganti dan tidak pula dimaksudkan untuk melengkapi talak tiga 38 . Wanita yang ditalak raj’i hukum nya 37 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 2007, cet, ke. 20, h. 451. 38 Fiqih Lima Mazhab. Op.cit.h.451 37 seperti istri, mereka masih memiliki hak-hak suami-istri, seperti hak waris mewarisi antara suami-istri manakala diantara keduanya ada yang meninggal sebelum masa ‘iddah. Sementara itu, mahar yang dijanjikan untuk dibayar, kecuali sesudah masa ‘iddah dan si suami tidak mengambil kembali si istri kedalam pengakuannya. Singkatnya, talak raj’i tidak menimbulkan ketentuan-ketentuan apapun kecuali sekadar ‘iddah dalam tiga talak. Talak raj’i hanya terjadi pada talak pertama dan kedua saja, berdasarkan kedalam firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat: 229 ⌧ ﺮﻘ ﻟا ة : 229 Artinya: “Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik .”Q.S. Al Baqoroh:229 Ayat ini memberi makna bahwa talak yang disyariatkan Allah ialah talak yang dijatuhkan oleh suami satu demi satu, tidak sekaligus, dan bahwa suami boleh memelihara kembali istrinya setelah talak pertama dengan cara yang baik, demikian pula setelah talak kedua. Arti memelihara kembali ialah dengan merujuknya dan mengembalikannya kedalam ikatan perkawinan dan berhak mengumpuli dan mempergaulinya dengan baik. Dan hak merujuk hanya terdapat pada talak raj’i saja.

e. Talak Ba’in