Perceraian Menurut Hukum Positif

21 ada nya satu orang saksi saja, sungguhpun saksi tersebut seorang yang sangat dipercayai atau bahkan ma’sum.

C. Perceraian Menurut Hukum Positif

Sebagai mana yang disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang No.11974 dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan ketuhanan yang masa esa atau dalam bahasa KHI disebut dengan mistsaqan ghaliza ikatan yang kuat, 17 namun dalam realitasnya seringkali perkawinan tersebut kandas ditengah jalan yang mengakibatkan putusnya perkawinan baik karena sebab kematian, perceraian ataupun karena putusnya pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Dalam pasal 38 undang-ungang perkawinan dikatakan “perkawinan dapat putus karena, a. kematian, b. perceraian dan c, atas keputusan pengadilan”. 18 Kematian sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan, adalah salah satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Sedangkan untuk sebab perceraian, undang-undang pernikahan memberikan aturan-aturan yang telah baku, terperinci, dan sangat jelas. Adapun putusnya perkawinan dengan putusan pengadilan adalah 17 Kompilasi Hukum Islam KHI 18 Amir Nuruddin, Azahri Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqih, UU No. 11974 Sampai, po.cit, h. 216. 22 jika kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang lama. Undang-undang perkawinan tidak menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk menetapkan hilangnya atau dianggap meninggalnya seseorang itu. 19 Bahkan di dalam penjelasan undang-undang perkawinan dalam pasal 38 tersebut dipandang cukup jelas, dan jika kita merujuk kepada hukum perdata pada pasal 493 dinyatakan “ apabila, selain terjadinya meninggalkan tempat tinggal dengan sengaja, seseorang antara suami istri selama genap sepuluh tahun telah tak hadir di tempat tinggalnya, sedangkan kabar tentang hidup atau matinya pun tak pernah diperolehnya, maka si istri atau suami yang ditinggalkannya, atas izin dari pengadilan negeri tempat tinggal suami istri bersama berhak memanggil pihak yang tak hadir tadi dengan tiga kali panggilan umum berturut-turut dengan cara seperti teratur dalam pasal 467 dan 468. ” Didalam PP No. 9 tahun 1975 tentang pasal 19 diyatakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perceraian, perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan seperti: 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar untuk disembuhkan. 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal yang lain diluar kemampuannya. 19 Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan Dan Perderaian Di Malayasia Dan Indonesia, Bandung: Alumni, 1982, h.291. 23 3. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. 4. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri. 5. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Selanjutnya pada pasal 39 tentang Undang-Undang Perkawinan diyatakan: 1. Perceraian hannya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. 3. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan sendiri. Alasan perceraian ini adalah sama seperti yang tersebut dalam pasal 116 kompilasi hukum islam dengan penambahan dua ayat yaitu : a suami melanggar taklik talak dan b peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga, maka dapat diketahui bahwa hokum positif di indonesia tidak mengenal lembanga hidup terpisah yaitu perceraian pisah meja dan pisah tempat tidur sebagai mana diatur dalam pasal 424 kitab undang-undang hokum perdata atau dalam lembaga hukum keluarga Eropa yang dikenal dengan “separation from bed and board” . 24 Dalam pasal 41 tentang Undang-Undang Perkawinan juga membicarakan akibat yang ditimbulkan oleh perceraian, adapun bunyi pasalnya yang diakibatkan putusnya perkawinan karena perceraian adalah: 20 1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya, bila mana ada perselisihan mengenai penguasaan anak, pengadilan memberi keputusannya. 2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bila mana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. 3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. Berbeda dengan keputusan perkawinan dengan sebab kematian yang merupakan ketentuan Allah yang tidak biasa ditolak, sebab-sebab lain seperti perceraian pada dasarnya kesalahan yang bersumber dari manusia itu sendiri. Terjadinya perceraian misalnya, lebih disebabkan ketidak mampuan pasangan suami istri tersebut merealisasikan tujuan perkawinan itu sendiri.

D. Macam- Macam Perceraian