59
mengakibatkan nilai-nilai ruhiyah dan menafikan perlindungan atas eksistensi manusia.
D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah tangga
Kekerasan terhadap wanita adalah bentuk kriminalitas jarimah pengertian kriminalitas jarimah dalam islam adalah tindakan melanggar
peraturan yang telah ditentukan oleh syariat islam dan termasuk kedalam kategori kejahatan. Sementara kejahatan dalam islam adalah perbuatan tercela. al qobih
yang ditetapkan oleh hukum syara’, bukan yang lain. Sehingga apa yang dianggap sebagai tindakan kejahatan terhadap wanita, dengan anggapan wanita
telah menjadi korbannya.
25
Padahal, kejahatan bukan perkara gender jenis kelamin pasalnya, kejahatan bisa menimpa siapa saja, baik laki-laki ataupun perempuan. Pelakunya
juga bisa laki-laki ataupun perempuan. Dengan demikian islam pun menjatuhkan sangsi tanpa melihat apakah korbannya laki-laki ataupun perempuan, tapi yang
dilihat apakah dia melanggar hukum Allah SWT atau tidak. Kekerasan juga bukan disebabkan sistem patriarki atau karena adanya subordinasi kaum
perempuan, Karena laki-laki maupu perempuan mempunyai peluang yang sama sebagai korban. Kalaupun data yang tersedia lebih banyak menyebut wanita
sebagai korban, itu semata-mata karena data laki-laki sebagai korban tindak
25
Mufidah ch, Upaya Penghapusanya Kekerasan Terhadap Terhadap Perempuan Dan Anak Dalam Perspektif Islam”makalah sosilisasi PKDRT di Kab Malang,
60
kekerasan tidak tersedia. Dengan begitu kekerasan tidak ada kaitannya dengan penyetaraan hak laki-laki atau perempuan. Gagasan anti KDRT dengan mengatas
namakan pembelaan terhadap hak-hak wanita pada akhirnya justru bias gender. Dalam kontek rumah tangga, bentuk-bentuk kekersan memang sering
terjadi, baik yang menimpa istri, anak-anak, pembantu rumah tangga, kerabat atau pun suami. Misal ada suami yang memukuli istri dengan berbagai sebab, ibu yang
memukuli anaknya karen tidak menuruti perintah orang tua, atau pembantu rumah tangga yang dianiaya majikan karena tidak beres menyelsaikan tugasnya. Semua
bentuk kekersan itu pada dasarnya harus dikenai sanksi karena merupakan bentuk kriminalitas jarimah. Dan perlu digaris bawahi dalam konteks rumah tangga,
suami memiliki kewajiban untuk mendidik istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surat At
Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
⌧
ا ﻟ
ﻢﻳﺮﻬﺘ :
6
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
.Q.S. At Tahrim:6
61
Dalam Islam mendidik istri dan anak-anak ini, bisa saja terpaksa dilakukan dengan “pukulan”, dalam kontek pendidikan atau ta’dib ini dibolehkan
dengan batasan-batasan dan kaidah tertentu yang jelas. Kaidah itu antara lain:
pertama pukulan yang diberikan bukan pukulan yang menyakitkan, apalagi
sampai mematikan, kedua, pukulan hannya diberikan jika tidak ada jalan lain
atuaran semua cara telah ditempuhuntuk memberikan hukuman pengertian,
ketiga, tidak boleh memukul ketika dalam keadaan marah sekali Karena
dikhawatirkan akan membahayakan, keempat, tidak memukul pada bagian- bagian tubuh vital semisal wajah, kepala dan dada, kelima, tidak boleh memukul
lebih dari tiga kali pukulan kecuali dalam amat terpaksa dan tidak melebihi
sepuluh kali pukulan, keenam, tidak boleh memukul anak dibawah usia 10 tahun, ke tujuh, jika kesalahan baru pertama kali dilakukan, maka diberi
kesempatan bertobat dan minta maaf atas perbutannya.
26
Dengan demikian jika seorang ayah yang memukul anaknya dengan tidak menyakitkan karena si anak sudah berusia 10 tahun lebih namun belum
mengerjakan sholat, tidak bias dikatakan ayah tersebut telah melakukan penganiayaan, akan tetapi pukulan itu dalam rangka mendidik anak untuk
mengerjakan kewajibannya. Demikiian pula istri yang tidak taat terhadap suami atau nusyuz, missal tidak mau melayani suami padahal tidak ada uzur sakit atau
haid, maka tidak bisa disalahkan jika suami memperingatkannya dengan “pukulan” yang tidak menyakitkan, atau istri yang melalaikan tugas sebagai ibu
26
http:embuntarbiyah.wordpress.com20070724rumah-tangga-islami
62
rumah tangga karena disebabkan berbagai urusan diluar rumah, maka bila suami melarangnya keluar rumah bukan berarti kekerasan terhadap perempuan. Dalam
hal ini bukan berarti suami telah menganiaya istri melainkan untuk mendidik istri agar taat pada suami.
27
Semua ini dikarenakan istri wajib taat kepada suami selam suami tidak melanggar syara. Rasulullah SAW menyatakan: ”apabila seorang wanita shalat
lima waktu, puasa sebulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suminya, maka dikatakan padanya: masuklah engkau kedalam surge dari pintu
mana saja yang engkau sukai.” HR Ahmad, Di Shahihkan Asy Syaikh Al Albani r.a. namun disilain, selain kewajiban taat pada suami, wanita boleh menuntut
hak-haknya seperti nafkah, kasih sayang, perlakuan yang baik dan sebagainya. Seperti firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 228:
☺ ☺
☺ ☯
ةﺮﻘ ﻟا :
228
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri menunggu tiga kali quru tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan
27
Ibid.
63
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka para suami menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang maruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana
”. Q.S. Al Baqarah: 228 Kehidupan rumah tangga adalah dalam konteks menegakan syariat islam,
menuju ridho Allah SWT, suami dan istri harus saling melengkapi dan bekerja sama dalam membangun runah tangga yang harmonis menuju derajat takwa.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat At Taubah ayat 71.
☺ ☺
☺ ☺
☺ ⌧
⌧
ﺔﺑﻮﺘﻟا :
71
Artinya; “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh mengerjakan yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
. Q,S. At Taubah: 71 Sejalan dengan itu dibutuhkan relasi yang jelas antara suami dan istri dan
tidak bisa disama ratakan tugas dan wewenagnya suami berhak menuntutnya hak- haknya, seperti dilayani istri. Sebaliknya, auami memiliki kewajiban untuk
64
mendidik istri dan anak-anaknya memberikan nafkah yang layak dan memperlakukan mereka dengan cara yang makruf.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat An Nisa ayat 19 yang berbunyi:
⌧ ☺
⌧ ☺
☺ ⌧
⌧
ءﺎﺴﻨﻟا :
9
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa[278] dan janganlah kamu menyusahkan
mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan
keji yang nyata[279]. dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
Q.S. An Nisa:19 Nash ini merupakan seruan kepada para suami agar mereka mempergauli
istri-istri mereka secara maruf. Menurut ath thabari, ma’ruf adalah menunaikan hak-hak mereka. Beberapa mufasir menyatakan bahwa ma’ruf adalah bersikap
adil dalam giliran dan nafkah, memperbagus ucapan dan perbuatan. Ayat ini juga memerintahkan menjaga keutuhan keluarga. Jika ada sesuatu tidak disukai pada
diri istrinya, selain jina dan nuyuz, suami diminta bersabar dan tidak terburu-buru
65
menceraikannya sebab, bisa jadi pada perkara yang tidak disukai, terdapat sisi kebaikan. Jika masing- masing baik suami maupun istri menyadari perannya dan
melaksanakan hak dan kewajiban sesui syarat islam, kekerasan dalam rumah tangga KDRT dapat terhindarkan karena rumah tangga dibagun dengan pondasi
syarat islam dikemudikan dengan kasih saying dan diarahkan oleh peta iman.
E. Pandangan Hukum Positif Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga