Depresi Postpartum Determinan Depresi Postpartum

2.2. Depresi Postpartum

Menurut Pillitteri dan Regina 2001, depresi postpartum adalah depresi pasca persalinan yang mulai terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu-minggu atau bulan yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan dengan menunjukkan kelelahan, perasaan sedih, mudah marah, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido kehilangan selera untuk berhubungan dengan suami. Menurut Erikania 1999, depresi Postpartum adalah munculnya gangguan mood dan kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental yang muncul setelah melahirkan pascasalin pada periode mulai hari ke 4 sampai kurang lebih 3-4 minggu dengan disertai gejala mimpi buruk, tidak dapat tidur, cemas, meningkatnya sensitivitas, dan perubahan mood seperti sedih, kurang nafsu makan, mudah marah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, menyalahkan diri, dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan.

2.3. Determinan Depresi Postpartum

Menurut Kruckman 2001, terjadinya depresi postpartum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1 faktor biologis berupa perubahan kadar hormonal seperti estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa melahirkan atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat; 2 faktor demografi yaitu umur perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan Soep : Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di Rsu Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu, umur yang tepat bagi seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun; 3 faktor pengalaman, depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada perempuan yang baru pertama kali melahirkan primipara bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres; 4 faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya; 5 faktor selama persalinan hal ini mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin; 6 faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga yang membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pascasalin, beban seorang ibu sedikit banyak berkurang. Menurut Pillitteri dan Regina 2001, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya depresi postpartum yaitu: 1 kelelahan setelah melahirkan yang menyebabkan berubahnya pola tidur dan kurangnya istirahat menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi normal; 2 kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, dan perasaan tidak percaya diri untuk dapat merawat bayinya yang baru sementara masih merasa bertanggung jawab dengan Soep : Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di Rsu Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 semua pekerjaan yang ada; 3 perasaan stres dari perubahan dalam pekerjaan maupun rutinitas dalam rumah tangga; 4 perasaan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri, akan figur tubuh sebelum kehamilan dan perasaan akan menjadi kurang menarik; 5 kurangnya waktu untuk diri sendiri sebagaimana yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan dan harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama. Menurut Paykel 2001, yang mengutip pendapat Regina faktor penyebab depresi postpartum adalah: a riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan; b kurangnya dukungan dari suami dan keluarga; c perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin; d ada masalah pada kehamilan atau kelahiran bayi sebelumnya; e sedang menghadapi masalah keuangan; f hamil usia muda. Menurut Bowes 2003, yang mengutip pendapat Pillitteri faktor perubahan fisik pada periode postpartum meliputi perubahan adaptasi fisik juga dapat mempengaruhi keadaan psikologis ibu, yaitu: a. Uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada waktu 12 jam tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas imbilikus. Dalam beberapa hari kemudian perubahan involusio berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke 6 fundus berada diantara umbilikus dengan pinggir atas simpisis pubis. Uterus tidak dapat Soep : Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di Rsu Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 postpartum. Seminggu setelah melahirkan uterus sudah berada didalam panggul dan pada minggu ke 6 beratnya menjadi 50-60 gram. b. Afterpain Setelah melahirkan tonus uterus meningkat sehingga fundus tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal puerperium yang disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya dapat merangsang kontraksi uterus. c. Lokia Pengeluaran lokia setelah melahirkan, jumlahnya berkurang secara perlahan dan disertai perubahan warna. Lokia ini mengalami perubahan, pada awalnya disebut lokia rubra berwarna merah terutama mengandung darah dan debris desidua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat stelah 3-4 hari yang disebut lokia serosa. Lokia serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih disebut lokia alba. Lokia alba biasanya bertahan selama 2-6 minggu stelah bayi lahir dan berangsur berhenti. d. Payudara Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon- Soep : Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di Rsu Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak. Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan eksresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Pada hari kedua atau ketiga ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi air susu. Pada hari ketiga atau keempat bisa terjadi pembengkakan engorgement. Payudara teregang, bengkak, keras dan nyeri bila ditekan serta hangat jika diraba. Apabila bayi belum mengisap atau dihentikan, laktasi berhenti dalam beberapa hari atau satu minggu. e. Vagina dan perineum Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan. Jaringan penopang dasar panggul yang teregang memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ketonus semula. Relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, kandung kemih dan rektum. Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat akibat melahirkan. f. Perubahan hormonal sistem endokrin Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon seperti human placental lactogen HPL, estrogen, progesteron dan kortisol serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga gula Soep : Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di Rsu Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 darah menurun secara bermakna. Selama menyusui kadar prolaktin meningkat sehingga ovarium tidak berespons terhadap folikel stimulasi horman FSH. Menurut Rubin 1999, yang mengutip pendapat Pilliteri faktor adaptasi psikologis yang terjadi pada ibu postpartum terdiri dari 3 fase juga dapat menyebabkan depresi postpartum yaitu: a fase taking in disebut juga periode ketergantungan. Pada fase ini ibu berfokus pada diri sendiri dan tergantung pada orang lain. Pikiran ibu masih berfokus pada persalinan dan tenaganya diarahkan untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya, dibandingkan dengan merawat bayinya. Perilaku yang ditunjukkan pasif dan tergantung, ibu memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalnya. Fase ini terjadi dalam 1 sampai 2 hari dan dapat diobservasi pada satu jam setelah persalinan; b fase taking hold merupakan perpindahan dari periode ketergantungan menjadi mandiri. Pada fase ini tenaga ibu meningkat. Ibu merasa lebih nyaman dan lebih berfokus pada bayi daripada dirinya sendiri. Ibu lebih mandiri untuk memulai perawatan diri dan berfokus pada fungsi tubuh. Ibu dapat menerima tanggung jawab dalam perawatan bayi seperti mengontrol tubuhnya sendiri. Menurut Rubin, fase ini sangat ideal untuk memberikan edukasi tentang perawatan diri dan bayinya. Fase ini berlangsung mulai hari ke tiga sampai hari ketujuh; c fase ketiga adalah fase letting go, yang merupakan periode kemandirian dalam menjalankan peran sebagai ibu baru. Ibu mulai dapat menjalankan peran barunya sebagai ibu secara penuh sejalan dengan kemampuan merawat bayi dan semakin percaya diri. Fase ini mulai sekitar dua minggu postpartum. Soep : Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di Rsu Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008

2.4. Diagnosis Depresi Postpartum