Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
Bank syariah atau lembaga pembiayaan syariah yang melakukan penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor telah menjadi alternatif ampuh
konsumen dalam menghindari uang muka yang tinggi bagi pembiayaan konvensional. Banyak konsumen yang setelah diberlakukannya DP minimum
tersebut beralih mengajukan pembiayaan di multifinance syariah. Hal ini dikarenakan tingginya uang muka yang harus dibayarkan di pembiayaan
konvensional.
Namun, di sisi lain, Bank Indonesia mengkhawatirkan risiko-risiko yang akan dihadapi bank syariah atau multifinance syariah yang kebanjiran konsumen
untuk mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor. Risiko itu di antaranya adalah gagal bayar atau kredit macet. Selain risiko yang harus dihadapi, bank
syariah atau multifinance syariah juga harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Oleh karena itu, pada tanggal 27 November
2012 Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran SE Nomor 1433DPbS tentang Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah atau KPR
dan Kendaraan Bermotor Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Surat edaran tersebut bertujuan untuk meminimalisir risiko kredit bagi
bank syariah yang memiliki eksposur pembiayaan properti besar. BI juga memperketat pembiayaan kendaraan bermotor syariah yang terlampau ekspansif
dan dapat meningkatkan risiko kredit bagi bank. Aturan minimal uang muka ini menjadi salah satu manajemen risiko pembiayaan, mengingat bahwa kegiatan
suatu lembaga dalam menyalurkan pembiayaan berpotensi terhadap suatu risiko.
4
Kebijakan tentang uang muka minimum yang harus dibayar yang tertuang dalam Surat Edaran BI Nomor 1410DPNP dan Surat Edaran BI Nomor
1433DPbS sudah tidak berlaku lagi seiring dengan diterbitkannya ketentuan baru yang menyempurnakan ketentuan sebelumnya yaitu dengan dikeluarkannya
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1540DKMP pada tanggal 24 September 2013 tentang Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Yang Melakukan
Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor.
6
Ketentuan tersebut mulai berlaku pada tanggal 30 September 2013 serentak untuk bank konvensional, bank syariah, dan unit usaha syariah.
7
Peraturan tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan memperkuat ketahanan
perbankan dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Aturan minimal uang muka ini menjadi salah satu manajemen risiko pembiayaan, mengingat bahwa
kegiatan suatu lembaga dalam menyalurkan pembiayaan berpotensi terhadap
suatu risiko.
PT. Bank Syariah Mandiri selanjutnya disebut BSM yang berdiri pada tanggal 25 Okober 1999, sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto,
SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Ini merupakan bank syariah yang berdiri atas konversi dari PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank
6
Kompas, “BI Terbitkan Surat Edaran Penyempurnaan Ketentuan LTV”, artikel ini diakses
pada tanggal 6 Januari 2014 dari http:bisniskeuangan.kompas.comread20130925 1507017BI. Terbitkan.Surat.Edaran.Penyempurnaan.Ketentuan.LTV
7
Ibid.
5
syariah. Ini merupakan respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah dual banking
system. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124 KEP.BI1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS 1999, BI menyetujui perubahan nama
menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
8
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1540DKMP salah satu fokus tujuannya yaitu mengatur tentang adanya kenaikan DP minimum syariah
yang harus dibayarkan oleh nasabah. Sebagai salah satu bank syariah di Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri juga termasuk salah satu bank syariah yang
terkena dampak dari kenaikan Down Payment DP minimum syariah pada pembiayaan kendaraan bermotor tersebut. Dengan naiknya uang muka yang harus
dibayar oleh konsumen tersebut bisa jadi membuat para pelanggan enggan untuk mengajukan pembiayaan dikarenakan tingginya uang muka yang harus dibayar.
Besarnya uang muka yang harus dibayarkan konsumen sebelum diberlakukannya ketentuan ini adalah berkisar antara 10-15, sedangkan setelah diberlakukannya
ketentuan ini, maka uang muka yang harus dibayarkan adalah berkisar antara 20- 25.
8
Profil Bank Syariah Mandiri, Artikel ini diakses pada tanggal 23 Juni 2014 dari http:www.syariahmandiri.co.idcategoryinfo-perusahaanprofil-perusahaansejarah
6
Tabel 1.1 Perkembangan Pembiayaan KPR KKB BSM
Jenis Pembiayaan
2011 2012
2013
Outstanding Porsi Outstanding
Porsi Outstanding
Porsi
KPR Rp 2,14 T
13,32 Rp 4.208,31 M 21,44 Rp 77,07 T 41,20
Kendaraan Rp 3,58 T
1,01 Rp 258,57 M
1,32 Rp 265,96 M
1,55 Sumber: laporan tahunan Bank Syariah Mandiri
Perkembangan pembiayaan konsumer di Bank Syariah Mandiri 3 tahun terakhir ini terbilang fluktuatif. Pada tahun 2011 pembiayaan KPR sebesar Rp
2,14 Triliun atau 13,32 dari total pembiayaan konsumer. Namun pembiayaan KPR tersebut turun di tahun 2012 menjadi Rp 4.208,31 Miliar atau 21,44 dari
total pembiayaan konsumer. Sedangkan pada tahun 2013, pembiayaan KPR BSM kembali meningkat yaitu menjadi Rp 77,07 Triliun atau 41,20 dari total
pembiayaan konsumer. Begitupun dengan pembiayaan kendaraan bermotor di BSM, pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 3,58 Triliun atau 1,01 dari total
pembiayaan konsumer. Sama halnya dengan pembiayaan KPR yang mengalami penurunan di tahun 2012, pembiayaan kendaraan bermotor pun menurun menjadi
Rp 258,57 Miliar atau 1,32 dari total pembiayaan konsumer. Dan meningkat kembali pada tahun 2013 yaitu menjadi Rp 265,96 Miliar atau 1,55 dari total
pembiayaan konsumer.
7
Penurunan tingkat pembiayaan konsumer di Bank Syariah Mandiri yang terjadi pada tahun 2012 yaitu diindikasikan karena adanya kebijakan
pembentukan Unit Usaha Syariah bagi Multifinance yang menerima dana dari perbankan syariah, kebijakan Loan to ValueFinance to Value, serta kebijakan
pemasangan fidusia. Melihat data-data pembiayaan konsumer pada Bank Syariah Mandiri tersebut, dampak kebijakan LTV atau DP bagi pembiayaan kendaraan
bermotor cukup berpengaruh dalam kegiatan pembiayaan yang diberikan oleh BSM. Walaupun pembiayaan kendaraan bermotor bukan merupakan pembiayaan
utama di BSM yang porsinya jauh lebih kecil dibanding pembiayaan KPR, namun kebijakan kenaikan DP tersebut juga mendapat perhatian khusus dan Bank
Syariah Mandiri diharuskan untuk menyusun strategi khusus agar dapat terus mengembangkan pembiayaannya serta mengatasi dampak yang terjadi akibat
kenaikan DP pembiayaan kendaraan bermotor tersebut, dan tetap menjaga kredibilitas dan stabilitas keuangan perusahaan yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk menggali dan menganalisa lebih lanjut mengenai strategi apa yang digunakan oleh bank syariah
dalam memberikan pembiayaan kendaraan bermotor pasca kenaikan DP minimum syariah, dengan demikian maka penulis ingin membahas lebih lanjut
dalam bentuk skripsi dengan judul: “Dampak Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1540DKMP Tahun 2013 Terhadap Pembiayaan Kendaraan
Bermotor Pada PT. Bank Syariah Mandiri”
8