58
Tabel 4.1 Porsi Pembiayaan Konsumer Untuk PKB dan Multifinance 2012-2013
dalam Rp Jenis
Pembiayaan 2012
2013
Outstanding Porsi
Outstanding Porsi
Kendaraan
258.568.273.016 1,65
265.967.216.739 1,55
Multifinance
860.060.085.229 5,50
746.196.912.939 4,35
Sumber: Laporan Tahunan BSM 2013
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa porsi pembiayaan kendaraan bermotor dan multifinance di BSM pada tahun 2013 mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yaitu 2012. Untuk kendaraan, pada tahun 2013 porsinya sebesar Rp 265,96 miliar atau sebesar 1,55 dari total pembiayaan konsumer.
Sedangkan untuk multifinance, pada tahun 2013 porsinya sebesar Rp 746,19 miliar atau sebesar 4,35 dari total pembiayaan konsumer. Hal ini mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2012, porsi untuk pembiayaan kendaraan adalah sebesar Rp 258,56 miliar atau sebesar 1,65 dari
total pembiayaan konsumer. Sedangkan untuk multifinance di 2012, porsi pembiayaannya sebesar Rp 860,06 miliar atau sebesar 5,50 dari total
pembiayaan konsumer. Penurunan itu salah satunya disebabkan oleh adanya kebijakan baru yang dibuat oleh Bank Indonesia, yaitu kebijakan yang dapat
memperkuat ketahanan sektor keuangan untuk meminimalisir sumber-sumber
59
risiko bank serta meningkatkan prinsip kehati-hatian bank dalam menyalurkan pembiayaan setiap tahunnya. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No. 1540DKMP Tahun 2013.
C. Dampak Surat Edaran Bank Indonesia No. 1540DKMP Tahun 2013 pada
Pembiayaan Kendaraan Bermotor Bank Syariah Mandiri
Surat Edaran Bank Indonesia No. 1540DKMP Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia ini dilatarbelakangi oleh tingginya pertumbuhan
pembiayaan kendaraan bermotor yang berpotensi menimbulkan berbagai risiko, dalam rangka menjaga perekonomian yang produktif dan mampu menghadapi
tantangan di sektor keuangan, dan untuk meminimalisir sumber-sumber kerawanan yang mungkin timbul termasuk pertumbuhan pembiayaan kendaraan
bermotor yang berlebihan. Maka dari itu, penetapan kebijakan ini yaitu dari menetapkan besaran down payment untuk pembiayaan kendaraan bermotor.
Dalam surat edaran tersebut diatur uang muka atau DP paling rendah 25 untuk kendaraan roda dua, 30 untuk kendaraan roda atau lebih untuk keperluan non
produktif, dan 20 untuk kendaraan roda tiga atau lebih untuk keperluan produktif. Besaran uang muka tersebut naik daripada sebelumnya yang hanya
sekitar 10-15. PT. Bank Syariah Mandiri merespon surat edaran tersebut pada awal
sebelum berlakunya kebijakan itu pertumbuhan pembiayaannya cenderung stabil dan tidak begitu terlihat adanya kenaikan atau penurunan yang drastis.
60
Karenanya, BSM juga selektif dalam mencari nasabah sehingga tidak terlalu terjadi masalah dengan isu DP 30 tersebut karena nasabahnya sendiri pun telah
berpikir dampak dari membeli kendaraan seharga tersebut yaitu akan berdampak pada angsuran setelahnya.
3
Tabel 4.2 Perbandingan Pembiayaan Kendaraan Bermotor BSM
Masa Periode
Outstanding Growth
Rp miliar Rp miliar
Sebelum
Mei-13 281.583.973.738
23.015.700.722 Jun-13
273.043.996.713 14.475.723.697
Jul-13 258.789.977.560
221.704.544 Agu-13
250.072.890.852 -8.495.382.165
Saat Dikeluarkan
Sep-13 252.899.644.279
-5.668.628.737
Setelah Berlaku Efektif
Okt-13 257.336.383.340
-1.231.889.676 Nov-13
262.954.929.114 4.386.656.098
Des-13 322.080.543.966
63.512.270.950 Jan-14
508.092.743.217 186.012.199.251 Feb-14
502.352.424.130 180.271.880.164 Sumber: Laporan Pembiayaan Kendaraan Bermotor BSM 2013-2014
3
Wawancara Pribadi dengan Hadi Wajaya Arifin Mortage Alliance Dept. Head Consumer Banking Division Bank Syariah Mandiri, Jakarta, 22 Juli 2014.
61
Menurut Departement Head Consumer Banking Division BSM: Penurunan tingkat pembiayaan tidak hanya di BSM. Pasti dampak buat
semuanya. Jika bicara di luar BSM, akhirnya mereka mensiasati dengan memberikan subsidi. Uang muka yang awalnya full financing dari nasabah 30,
maka disiasati dengan memberikan subsidi antara 30-50. Sedangkan di BSM tidak boleh melakukan hal tersebut karena uang muka harus benar-benar
bersumber dari nasabah, sehingga pasti ada penurunan, begitu pun di pembiayaan KPR BSM.
Hadi Wajaya mengatakan bahwa adanya SE BI No. 1540DKMP Tahun 2013 tersebut memberikan dampak bagi semua segmen pembiayaan tidak hanya
di BSM namun juga di bank umum syariah atau bank umum konvensional serta lembaga multifinance lainnya. Pada awal sebelum terbit peraturan kenaikan DP
untuk Bank Umum SyariahUnit Usaha Syariah, banyak Bank Umum Konvensional yang berlomba-lomba membuat Unit Usaha Syariah untuk
meningkatkan asset pembiayaannya melalui segmen syariah tersebut, namun setelah terbit kebijakan baru dari Bank Indonesia yang mengatakan bahwa DP
untuk pembiayaan BUSUUS pun disamakanmeningkat, hal ini cenderung berdampak sama baik untuk BUSUUSBUK.
4
Namun, jika dilihat dari laporan pembiayaan kendaraan bermotor BSM pada tabel 2 di atas, diketahui bahwa tidak ada dampak atau pengaruh dari SE BI
4
Wawancara Pribadi dengan Hadi Wajaya Arifin Mortage Alliance Dept. Head Consumer Banking Division Bank Syariah Mandiri, Jakarta, 22 Juli 2014.