Pembiayaan Kendaraan Bermotor Syariah
15
muqaradhah mudharabah, dan mencampur gamdum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual
.” HR Ibnu Majah Hadits lain terkait jual beli yaitu mengatakan bahwa jual beli
hanya sah apabila antara kedua belah pihak suka sama suka.
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka
.” HR. Al- Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai Sahih oleh Ibnu Hibban.
Para ulama telah mengemukakan kehalalan murabahah karena keumuman dalil yang menjelaskan tentang dibolehkannya jual beli dalam
skala umum. Ijma kaum muslimin menjadi landasan kebolehan murabahah ini, karena jual beli ini juga dilakukan di berbagai negeri dan
setiap masa. Orang yang tidak memiliki keterampilan jual beli dapat bergantung kepada orang lain dan hatinya tetap merasa tenang. Ia bisa
membeli barang dan menjualnya dengan keuntungan yang logis sesuai kesepakatan.
Dari dalil-dalil di atas dapat diketahui mengapa jual beli dengan menggunakan akad murabahah diperbolehkan, karena dalam Al-Quran
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Oleh sebab itu, murabahah diperbolehkan karena murabahah merupakan salah satu
model transaksi dalam akad jual beli. Hadits di atas juga menegaskan
16
bahwa jual beli secara murabahah atau jual beli secara tangguh diperbolehkan.
c. Rukun dan Syarat Murabahah 1. Rukun Pembiayaan Kendaraan Bermotor Syariah secara umum adalah:
a Pelaku akad, yaitu ba‟i penjual adalah pihak yang memiliki barang
untuk dijual, dan musytari pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang.
b Objek akad, ya itu mabi‟ barang dagangan dan tsaman harga.
c Shighah, yaitu Ijab dan Qabul. 2. Syarat pembiayaan kendaraan bermotor dengan mengacu pada skema
bai‟ al-Murabahah: a Penjual atau pihak lembaga pembiayaan memberi tahu biaya modal
pembelian kendaraan bermotor kepada nasabah b Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c Kontrak harus bebas dari riba d Penjual atau pihak lembaga pembiayaan harus menjelaskan kepada
pembeli tentang kendaraan bermotor yang dijadikan objek transaksi bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian
e Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika syarat dalam 1, 4, dan 5 tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan:
17
1 Melanjutkan pembelian seperti apa adanya 2 Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual 3 Membatalkan kontrak
d. Akad Pembiayaan Kendaraan Bermotor di Bank Syariah Mandiri Sesuai dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 14
33 DPbS, bahwa pemberian pembiayaan kendaraan bermotor ini harus memenuhi atau menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah. Akad yang
digunakan dalam pembiayaan kendaraan bermotor tersebut adalah akad murabahah. Dalam penyaluran pembiayaan berdasarkan akad murabahah,
Undang-Undang Perbankan Syariah memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati.
3
Murabahah juga dikenal sebagai al-bai bi tsaman ajil. Murabahah berasal dari kata ribhu keuntungan, adalah transaksi jual beli di mana
bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
3
Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf d UU Perbankan Syariah
18
pemasok ditambah keuntungan margin.
4
Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.
5
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya
akad. Akad yang terjadi dalam murabahah ini merupakan salah satu bentuk
natural certainty contracts, karena dalam murabahah ini ditentukan berapa required rate of profit-nya, atau keuntungan yang diharapkan akan
diperoleh dari transaksi ini.
6
Dalam teknis yang ada di perbankan Islam, murabahah merupakan akad jual dan beli yang terjadi antara pihak bank
Islam selaku penyedia barang yang menjual dengan nasabah yang memesan dalam rangka pembelian barang itu. Keuntungan yang diperoleh
dari pihak bank Islam dalam transaksi ini merupakan keuntungan jual beli yang telah disepakati bersama. Harga jual bank Islam merupakan harga beli
dari para pemasok ditambah keuntungan yang telah disepakati. Dengan begitu pihak nasabah mengetahui besarnya keuntungan yang diambil oleh
pihak bank Islam. Dalam
pembiayaan murabahah,
bank dapat
memberikan potongandiskon dengan besar yang wajar tanpa diperjanjikan di muka.
4
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, h. 88.
5
Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 101.
6
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Jakarta: Kencana, 2010, h. 43.
19
Dalam praktik, potongan tersebut diberikan oleh bank apabila nasabah melunasi utang murabahah lebih awal daripada jangka waktu akad
pembiayaan. Dalam Fatwa DSN No. 04DSN-MUIIV2000 tentang Murabahah antara lain ditegaskan bahwa jaminan dalam murabahah
dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
7
Beberapa syarat pokok murabahah menurut Usmani 1999, antara lain sebagai berikut
8
: 1. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara
eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan
yang diinginkan. 2. Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum atau persentase tertentu dari biaya.
3. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke
dalam biaya perolehan untuk menentukan harga agregat dan margin keuntungan didasarkan pada harga agregat ini. Akan tetapi,
pengeluaran yang timbul karena usaha, seperti gaji pegawai, sewa tempat usaha, dan sebagainya tidak dapat dimasukkan ke dalam harga
7
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h. 201.
8
Ascarya, Akad Produk Bank Syariah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 83-84.
20
untuk suatu transaksi. Margin keuntungan yang diminta itulah yang meng-cover pengeluaran-pengeluaran tersebut.
4. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan,
barangkomoditas tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.
Secara umum, aplikasi perbankan dari bai‟ al-murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
Gambar 2.1 Skema Bai’ al-Murabahah
Keterangan
9
: 1 Bank syariah dan nasabah melakukan negosiasi tentang rencana transaksi jual
beli yang akan dilaksanakan. Poin negosiasi meliputi jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang, dan harga jual.
9
Ismail, Perbankan Syariah Jakarta: Kencana, 2011, h. 139.
21
2 Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah, di mana bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam akad jual beli ini,
ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli yang telah dipilih oleh nasabah, dan harga jual barang.
3 Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan nasabah, maka bank syariah membeli barang dari supplierpenjual. Pembelian yang dilakukan
oleh bank syariah ini sesuai dengan keinginan nasabah yang telah tertuang dalam akad.
4 Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank syariah. 5 Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen kepemilikan
barang tersebut. 6 Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan
pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah dengan cara angsuran.
e. Landasan Hukum Positif Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah mendapatkan pengaturan dalam Pasal 1 angka 13
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ketentuan secara teknis dapat
dijumpai dalam Pasal 36 huruf b PBI No. 624PBI2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, yang intinya
menyatakan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-
22
hatian dalam kegiatan usahanya yang meliputi penyaluran dana melalui prinsip jual beli berdasarkan akad murabahah.
10
Di samping itu, pembiayaan murabahah juga diatur dalam Fatwa DSN No. 04DSN-MUIIV2000 pada tanggal 1 April 2000 yang intinya menyatakan
bahwa dalam rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan meningkatkan kesejahteraan dari berbagai kegiatan, bank syariah perlu memiliki
fasilitas murabahah bagi yang memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba. Ketentuan tentang pembiayaan murabahah yang tercantum dalam Fatwa DSN No. 04DSN-MUIIV2000 adalah sebagai berikut
11
: 1. Ketentuan Umum Murabahah
a Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
c Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
f Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini
10
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007, h. 102-103.
11
Ibid., h. 103.
23
bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
i Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,
secara prinsip, menjadi milik bank. 2. Ketentuan Murabahah kepada Nasabah
a Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank.
b Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
c Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
d Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
e Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
24
f Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
g Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang
muka, maka: 1. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga. 2. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib
melunasi kekurangannya. h Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya. Di sini bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
i Hutang dalam murabahah secara prinsip penyelesaiannya tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak
ketiga atas barang tersebut. j Penundaan pembayaran dalam murabahah. Bahwa nasabah yang memiliki
kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu
pihak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaian dilakukan melalui badan Arbitrase Syariah setelah tidak mencapai kesepakatan melalui
musyawarah.
25
k Bangkrut dalam murabahah, jika nasabah telah dinyatkan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia
menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. f. Aplikasi Pembiayaan Murabahah dalam Bank Syariah
1. Penggunaan akad murabahah a Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang sering
diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang-barang yang diperlukan
oleh individu. b Jenis penggunaan pembiayaan murabahah lebih sesuai untuk pembiayaan
investasi dan konsumsi. Dalam pembiayaan investasi, akad murabahah sangat sesuai karena ada barang yang akan diinvestasikan oleh nasabah
atau akan ada barang yang menjadi objek investasi. Dalam pembiayaan konsumsi, biasanya barang yang akan dikonsumsi oleh nasabah jelas dan
terukur. c Pembiayaan murabahah kurang cocok untuk pembiayaan modal kerja
yang diberikan langsung dalam bentuk uang. 2. Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual beli
a Rumah b Kendaraan bermotor danatau alat transportasi
c Pembelian alat-alat industri d Pembelian pabrik, gudang, dan aset tetap lainnya
26
e Pembelian aset yang tidak bertentangan dengan syariah Islam. 3. Bank
a Bank berhak menentukan dan memilih supplier dalam pembelian barang. Bila nasabah menunjuk supplier lain, maka bank syariah berhak
melakukan penilaian terhadap supplier untuk menentukan kelayakannya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh bank syariah.
b Bank menerbitkan purchase order PO sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan nasabah agar barang dikirimkan ke nasabah.
c Cara pembayaran yang dilakukan oleh bank syariah yaitu dengan mentransfer langsung pada rekening supplierpenjual, bukan kepada
rekening nasabah. 4. Nasabah
a Nasabah harus sudah cakap menurut hukum, sehingga dapat melaksanakan transaksi.
b Nasabah memiliki kemauan dan kemampuan dalam melakukan pembayaran.
5. Supplier
a Supplier adalah orang atau badan hukum yang menyediakan barang sesuai permintaan nasabah.
b Supplier menjual barangnya kepada bank syariah, kemudian bank syariah akan menjual barang tersebut kepada nasabah.
27
c Dalam kondisi tertentu, bank syariah memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
dalam akad. Purchase order PO atas pembelian barang tetap dilakukan oleh bank kepada supplier. Namun penyerahan barang dapat dilakukan
langsung oleh supplier kepada nasabah atas kuasa dari bank syariah. 6. Harga
a Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual beli antara bank syariah dan nasabah dan tidak dapat berubah selama masa perjanjian.
b Harga jual bank syariah merupakan harga jual yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
c Uang muka urbun atas pembelian barang yang dilakukan oleh nasabah bila ada, akan mengurangi jumlah piutang murabahah yang akan
diangsur oleh nasabah. 7. Jangka waktu
a Jangka waktu pembiayaan murabahah, dapat diberikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai dengan kemampuan pembayaran
oleh nasabah dan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. b Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah satu pihak.
8. Lain-lain a Denda atas tunggakan nasabah bila ada, diperkenankan dalam aturan
perbankan syariah dengan tujuan untuk mendidik nasabah agar disiplin dalam melakukan angsuran atas piutang murabahah.
28
b Bila nasabah menunggak terus, dan tidak mampu lagi membayar angsuran, maka penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan melalui
musyawarah. g.
Manfaat dan Risiko Bai‟ al-Murabahah Sesuai dengan sifat bisnis tijarah
, transaksi bai‟ al-murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Bai‟ al-
murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah keuntungan yang muncul dari selisih haega beli dari penjual dengan harga jual
kepada nasabah. S elain itu, sistem bai‟ al-murabahah juga sangat sederhana.
12
Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.
Di antara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut
13
: 1 Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
2 Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga
jual beli tersebut. 3 Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena
berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi.
Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian
12
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Islam dari Teori ke Praktik Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 107.
13
Ibid., h. 107.
29
dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
4 Dijual; karena bai‟ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika
kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk
menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.