Gambar. 3.1 Siklus SAKIP
Akuntabilitas Kinerja
4. Good Governance
Istilah good governance secara sederhana bermakna “tata kepemerintahan yang baik”. Kepemerintahan yang baik merupakan issue
yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah
untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat, di samping
adanya pengaruh globalisasi. Persepsi masyarakat mengenai good governance di Indonesia dapat
diartikan sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber daya dengan substansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai pembangunan
Perencanaan Strategik
Perencanaan Kinerja
Pelaporan Kinerja
Pengukuran dan Evaluasi
Kinerja
yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good governace akan tercipta manakala diantara unsu-unsur negara dan institusi kemasyarakatan
ormas, LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain memiliki keseimbangan dalam proses checks and balances dan tidak boleh
satu pun di antara mereka yang memiliki kontrol absolut Lukman Hakim Saifuddin 2000.
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Departemen Agama lahir pada hari kamis, 3 Januari 1946 berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 1SD Tahun 1946. Sebagai pelaksanaan dari
penetapan pemerintah tersebut, telah dikeluarkan keputusan Menteri Agama KMA Nomor 118 HJ tanggal 20 Nopember tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agama. Unsur pengawasan fungsional pada saat itu belum berdiri sendiri. Tugas pengawasan masih inheren pada pelaksaan tugas
dan fungsi serta mengalami berbagai perubahan seperti: 1 BagianUrusan Perbendaharaan, 2 Biro Sekretaris Jenderal, dan 3 Biro Pengawasan
Keuangan. Selanjutnya
ruang lingkup
pengawasan tidak
hanya pembukuankeuangan finance audit, akan tetapi bidang perlengkapan dan
tuntutan ganti rugi TGR telah menjadi sasaran pengawasan. Nama atau nomenklatur inspektorat pertama kali terdapat dalam KMA Nomor 56 Tahun
1967 tentang perincian struktur organisasi, tugas, dan wewenang departemen agama.
Berdasarkan Keputusan Presiden R.I. Nomor 29 Tahun 1963 tentang pengawasan keuangan negara dan KMA Nomor 56 Tahun 1967, diperlukan
aparatur pengawasan keuangan Departemen Agama, maka diterbitkan KMA