Sistem Kekerabatan Masyarakat Arab

35

C. Sistem Kekerabatan Masyarakat Arab

Kaum Arab oleh para ahli sejarah dibagi menjadi tiga bagian, sesuai dengan silsilah keturunanya, yaitu: 10 1. Arab Bâidah, yaitu kaum Arab terdahulu yang rincian sejarah mereka tidak dapat diketahui secara sempurna, seperti kaum Âd, Tsamûd, Thasam, Amlâq, dan lain-lain. 2. Arab Âribah, yaitu kaum Arab, yang berasal dari garis keturunan Yarîb bin Yasyjib bin Qahthan, dan dinamakan Arab Qahthaniyyah. 3. Arab Mustaâribah, yaitu kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, dan dinamakan Arab Adnaniyyah. Arab Mustaâribah sebagaimana disebutkan di atas berasal dari garis keturunan Ismail. Ismail menikah dua kali, dan dari pernikahan kedua, yaitu dengan Madladi bin Amru pemimpin kabilah Jurhum, Ismail dikaruniai dua belas anak, semuanya laki-laki. Mereka adalah Nabit atau Nabyût, Qidar Adbail, Mabsyam, Masyma, Daûma, Masiya, Hadad, Yatma, Yathur, Nafis, dan Qaidama, Dari mereka itu terpecah menajdi dua belas kabilah, dan semuanya tinggal di Makkah. Kemudian, kabilah-kabilah tersebut menyebar di seluruh jazirah arab, bahkan ada yang keluar Jazirah. Adapun anak-anak Qidar bin Ismail tetap tinggal di Makkah. Disana, mereka menngembangkan keturunannnya. Di antara keturunan mereka adalah Adnan dan anaknya, Maad dari dialah keturunan Adnaniyah terpelihara. Adnan adalah kakek yang kedua puiuh satu dalam silsilah keturunnan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Anak keturunan Maad, 10 Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan Rahmat Jakarta: Robbani Press, 2002, hal.2 36 yakni dari anaknya yang bernama Nizar. Terpecah menjadi berbagai kabitah. Dikatakan bahwa Maad tidak mempunyai anak selain Nizar. Nizar memiliki empat anak dan dari mereka terpecah menjadi empat kabilah besar, yaitu : lyyad, Anmar, Rabîah dan Mudlar. Yang paling banyak anak keturunannya adalah Rabiah, Anazah, Abdul Qais, dua orang anak Walil yaitu Bakr dan Taghlab, Hanfah, dan lain-lainnya. Kabilah Mudlar terpecah menjadi dua kabilah besar, yaitu: Qais Allan bin Mudlar dan Ilyas bin Mudlar. Termasuk keturunan Qais Ailan adalah: Banu Salim, Banu Hauzan dan Banu Ghathfan. Sedangkan anak keturunan Ghathfan adalah Abas, Dziban, Asyja, dan Ghani bin Ashar. Termasuk keturunan Ilyas bin Mudlar adalah: Tamim bin Murah, Hudzail bin Mudrikah, Banu Asad bin Khuzaimah, dan anak keturunan Kinanah bin Khuzaîmah. Diantara anak keturunan kinanah adalah Quraisy; mereka adalah anak-ahak Fihr bin Malik bin Nadlar bin Kinanah. Quraisy terpecah menjadi kabilah, di antaranya yang terkenal adalah; Jamah, Saham, Adi, Makhzum, Taim, Zahrah, dan anak keutruanan Qushay bin Kilab yaitu Abdud-Dar bin Qushay, Asad bin Abdul Uza bin Qushay dan Adul Manaf bin Qushay. Dari Abdu Manaf ada empat kabilah yaitu: abdu Syams, Naufal, al-Muththalib, dan Hasyim. Dan dari Hasyim terpilih pemimpin kita Muhammad bin Abdul Muthalib bin Hasyim. 11 Silsilah di atas menunujukkan bahwa bangsa arab selalu mengingat pendahulu-pendahulu mereka dan khusunya penduduk Makkah, mereka mengembangkan garis keturunan melalui laki-laki atau disebut patrilineal. Patrilinela adalah menghitungkan hubunagn kekerabaan melalui pria saja, dan 11 Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan Rahmat Jakarta: Robbani Press, 2002, hal.7-9 37 karena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat senya kaum kerabat ayahnya masuk di dalam batas hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kerabat ibunya jatuh di luar batas itu. 12 Pada sistem ini garis laki-laki menjadi penentu nasab seseorang. Otoritas tertiggi berada di bawah laki-laki yang tertua atau kepala keluarga. Perkawinan bersifat virilocal tetapi juga berlaku uxorilocal. Virilocal adalah adat yang menetukan bahwa pengantin baru menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami, sedangkan uxorilocal adalah adat yang menetukan bahwa pengantin baru menetap di kediaman kaum kerabat istri. 13 Berbeda dengan kaum penduduk Arab di Makkah, Suku Badui sebagai suku nomaden yang suka mengembara, mengembangkan sistem kekerabatan yang berbeda. Pada suku badui setiap tenda mewakili sebuah keluarga, yang merupakan satu rumah tangga yang terdiri dari seorang ayah, anak laki-lakinya, dan keluarga mereka yang merupakan keturunan langsung. Suku badui dalam melakukan pengembaraan menggunakan kabilah sebagi dasar hidup. Mereka hidup dengan anggota-anggota kabilahnya atau kabilah lain sesamanya dalam persamaan yang penuh. 14 Perempuan suku Badui menikmati kebebasan yang lebih luas daripada perempuan di perkotaan. Meskipun terjadi praktik poligami, mereka bebas memilih calon suami dan bebas pula menceraikannya. Di satu sisi, perempuan dianggap bukan keiuarga penuh, karena kondisi biologis mereka yang tidak sesuai 12 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1981, cet. ke-5 hal.129 13 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1981, cet. ke-5 hal.103 14 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antar Nusa, cet. 37,2008, hal. 14. 38 dengan karakter suku yang gemar berperang. Tetapi, terdapat pula kebebasan perempuan dalam perdagangan, perkawinan, maupun dalam hal lain. 15 Bagi masyarakat Arab sistem kekerabatan ini sangat berguna. Beberapa keguanaan sistem kekerabatan terlihat dalam kehidupan mereka. Sistem kekerabatan ini antara lain digunakan dalam perniagaan dan peperangan. Dalam perniagaan misalnya, orang-orang Quraisy dalam melakukan perniagaan selalu berkelompok. Dalam membentuk kelompok atau kafilah, dasar pembentukan kafilah ini adalah hubungan kekerabatan mereka. Dalam perniagaan yang membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama dan melintasi padang pasir mereka membutuhkan kelompok yang terdiri dari kerabat-kerabat mereka. Seperti halnya nabi yang melakukan perjalanan niaga dengan pamannya Abu Thalib. Selain dalam perniagaan mereka juga memanfaatkan sistem kekerabatan untuk keperluan perang. Sebagaimana diketahui bahwa ikatan kesukuan orang arab sangat erat, sehingga bila terjadi gesekan dengan suku-suku lain maka mereka akan berperang untuk memepertahankan kehormatan suku mereka. Perang merupakan jalan yang paling mudah bagi kabilah-kabilah ini bila timbul perselisihan yang tidak mudah diselesaikan dengna cara terhormat. Di antara perang yang diikuti nabi sebelum beliau diangkat adalah perang Fijar. Perang fijar terjadi antara suku Quraisy dengan Suku Hawazin. Perang berlangsung kurang lebih empat tahun. Dalam perang ini Nabi berperan sebagai pengambil panah 15 Sodiqin, Antropologi Al-Qur’ân, Model Dialektika Wahyu Budaya, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2008 hal. 43 39 milik musuh untuk kemudian diberikan kepada pamannya, selain itu juga ada yang berpendapat nabi bertugas ikut memamanah musuh. 16 Nabi di masa kecilnya juga memanfaatkan peran sistem kekerabatannya untuk menunjang kehidupannya. Ketika kedua orang tua beliau telah meninggal, beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Hal ini merupakan salah satu dari fungsi sistem kekerabatan yaitu melindungi dan memberi bantuan kepada kerabat dalam keadaan darurat. Selain itu ketika kakek beliau Abdul Muthalib meninggal, beliau kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thaiib, yang masih juga bagian dari kerabatnya. Hal ini memperlihatkan bahwa bagi masyarakat Arab jika ada seorang anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya maka ia akan diasuh oleh kerabatnya. 16 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antar Nusa, cet. 37,2008, hal. 61. 40

BAB IV KEKERABATAN MENURUT AL-QUR’ÂN