31
besar yang mengalir sepanjang dua musim dan bermuara di laut ia juga tidak memiliki aliran sungai yang bisa dilaluli kapal. Sebagai ganti sungai, semenajung
arab memiliki jaringan wadi danau yang menampung limpahan curah hujan yang cukup deras. Wadi-wadi ini juga mempunyai peran lain mereka menjadi
penentu arah rute perjalanan kafilah dan jemaah haji. Kondisi geografis ini tentunya sangat mempengaruhi kondisi sosial budaya mereka.
B. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Arab Pra-Islam
Masyarakat arab hidup dalam kondisi georgafis yang keras. Perbedaan suhu di sebagaian masyarakat sangat ekstrim, jika udara panas maka suhunya
sangat panas sekali, begitu juga jika udara dingin kondisi suhunya juga berubah sangat dingin. Selain itu juga kondisi tanah dan tempat tinggal masyarakat
sebagian besar berupa gurun, tanahnya berpasir dan gunung-gunung tandus serta kebanyakan tidak berpenduduk, karena kekurangan air di samping iklimnya yang
panas dan kering. Kondisi gegrafis yang seperti di atas mempengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat arab.
Secara umum, penduduk Arab terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab atau penduduk kota dan ‘Ârâb atau penduduk desa. kelompok Ârâb bertempat
tinggal di kota yang merupakan pusat peradaban. Mereka memiliki rumah yang berbentuk bangunan permanen. Sebutan mereka adalah Ahl al-Madâr atau
penduduk kota. Mereka hidup dengan berdagang sehingga lebih maju kehidupannya. Akan tetapi, semangat individualisme mereka lebih kuat daripada
komunalisme. Hal ini disebabkan perdagangan telah menimbulkan transformasi
32
pemikiran di kalangan mereka. Di Makkah, yang merupakan kota perdagangan tidak terdapat struktur pemerintahan yang mengendalikan masyarakat Otoritas
masyarakat dipegang oleh malâ, semacam dewan klan atau senat yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil suku. Lembaga ini lebih menyerupai lembaga
musyawarah dan tidak memiliki hak eksekutif. Otoritasnya hanya seputar masalah moralitas tanpa disertai kewenangan bertindak.
5
Di samping itu, terdapat institusi lokal atau jabatan-jabatan yang memiliki fungsi tertentu seperti, hijâbah, Tsiqâyah, rifâdah, nadwah, liwâ dan qiyâdah.
Hijâbah ialah penjaga pintu kabah atau yang memegang kucinya. Tsiqâyah adalah yang menydiakan air tawar -yang sangat sulit diperoleh di Makkah-, untuk
para peziarah, serta yang menyeidakan minuman keras yang dibuat dari kurma. Rifâdah, penyediaan makanan bagi mereka semua, Nadwah pimpinan rapat pada
setiap tahun musim. dan Liwâ panji yang dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan
Qiyâdah berarti pimpinan pasukan bila dalam keadaan perang.
6
Kelompok Ârâb hidup dalam tenda-tenda dan disebut dengan ahl al- Wabar penduduk desa atau dikenal dengan suku Badui. setiap tenda mewakili
sebuah keluarga, yang merupakan satu rumah tangga yang terdiri dari seorang ayah, anak laki-lakinya, dan keluarga mereka yang merupakan keturunan
langsung. Wilayah yang ditempati tenda-tenda membenuk hayy. Semua anggota hayy rnembentuk sebuah klan qawm, di mana hak dan tanggung jawab klan
5
Sodiqin, Antropologi Al-Qur’ân, Model Dialektika Wahyu Budaya, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2008 hal. 42-43
6
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antar Nusa, cet. 37,2008, hal. 32.
33
bersifat kolektif berdasarkan solidaritas kelompok atau ashabiyah. Sejumlah klan yang sedarah kemudian bersama-sama membentuk suku qabîlah.
7
Masyarakat Badui tinggal di padang pasir yang tanpa air dan tumbuh- tumbuhan. Mereka tidak suka bertani, tetapi lebih suka berpcrang dan membunuh.
Sumber perekonomian mereka adalah pedang dan panah. Masyarakat ini mewakili bentuk adaptasi kehidupan manusia terhadap kondisi lingkungannya. Pekerjaan
utama mereka adalah penggembala ternak pastoral. Mereka adalah kelompok suku nomad yang berkelana dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Tujuannya
adalah mencari daerah-daerah yang berumput dan memiliki sumber air untuk kehidupan mereka dan ternaknya. Meskipun nomad, mereka memiliki tatanan
nilai, kebiasaan, dan adat istiadat sendiri. Identitas mereka dapat dilihat dari caranya berpakaian. Mereka biasanya memakai pakaian bawah yang panjang
tsaûb dan ikat pinggang. Pakaian arasnya longgar aba dan menggunakan penutup kepala berupa syal kufiyya yang diikat dengan tali iqâd.
8
Selain orang-orang Arab asli, dikenal juga kelornpok mawali. kelompok ini merupakan orang-orang non-Arab, yang terdiri dari:
1. Orang yang menggantungkan diri pada suatu kaum, tetapi bukan berasal dari golongannya.
2. Orang Arab tapi keturunari dari suku lain, mereka meninggalkan sukunya sendiri dan bergabung dengan suku yang lainnya.
3. Tawanan perang yang sudah dibebaskan oleh tuan-tuannya.
7
Philip K. Hitti, History Of The Arabs, Terjemahan R. Cecep Lukman Yasin dkk, Jakarta: Serambi Ilmu Kencana, 2008, hal.32
8
Sodiqin, Antropologi Al-Qur’ân, Model Dialektika Wahyu Budaya, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2008 hal. 42
34
4. Orang-orang non-Arab al-Ajâm yang memiliki kepandaian dan keahlian.
9
Kelompok sosial lain adalah kaum budak. Budak ini pada awalnya lahir sebagai akibat adanya perang antarsuku. Suku yang kalah akan menyerahkan
anak-anak dan kaum perempuan sebagai tawanan yang kemudian dijadikan budak. Di samping itu, terdapat pula budak yang berasal dari luar Arab, yaitu
Afrika. Kehadiran mereka berkaitan dengan kepenthigan perdagangan. Lain di Makkah lain pula yang terjadi di masyarakat Madinah. Jika
Makkah adalah pusar perdagangan, maka Madinah merupakan wilayah pertanian. Banyaknya oasis di wilayah ini yang menyebabkan tanah subur dan cocok untuk
pertanian dan perkebunan. Tetapi, sistem pertanian di wilayah ini tetap tunduk pada sifat kesukuan, di mana tanah dimiliki secara bersama. perkampungan
masyarakatnya menyebar di antara hutan kecil kelapa dan tanah ladang. Masyarakat Madinah tidak memiliki lembaga pemerintahan. Masing-masing suku
mempunyai aturan sendiri yang dipegangi untuk anggotanya. Hal ini kerap kali menimbulkan permusuhan antarsuku, karena ketiadaan lembaga mediator.
Masyarakat Madinah merupakan masyarakat yang heterogen. Terdapat sebelas klan dan delapan di antaranya adalah beragama yahudi. penduduknya terdiri dari
tiga komunitas besar, yaitu kelompok Yahudi, Arab pagan, dan penganut kristen. Di antara ketiga komunitas tersebut, kelompok yahudi adalah yang paling
mendominasi. Merekalah yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan serta menguasai perdagangan. Di samping itu, mereka juga memiliki profesi sebagai
tukang emas dan pandai besi.
9
Sodiqin, Antropologi Al-Qur’ân, Model Dialektika Wahyu Budaya, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2008 hal. 45-46
35
C. Sistem Kekerabatan Masyarakat Arab