51
prioritas  ini  tetap  mengedepankan  asas  membantu  orang-orang  yang  lemah  dan lebih membutuhkan.
Peran sebagai orang yang memberi nafkah mempunyai hubungan dengan peran  sebagai  kesatuan  dalam  mencari  mata  pencaharian  hidup.  Peran  sebagai
kesatuan  dalam  mencari  mata  pencaharian  hidup  salah  satunya  bertujuan  untuk mencari  nafkah  untuk  kemudian  digunakan  untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup.
Pemenuhan  kebutuhan  hidup  salah  satunya  dilakukan  dengan  memberikan sebagian nafkah itu kepada anggota keluarga dan juga kepada kerabat dekat yang
membutuhkannya.  Dengan  memberikan  nafkah  tersebut  maka  kelangsungan hidup keluarga, termasuk juga kerabat, akan dapat terus dipertahankan.
2.   Peran yang tidak dapat dilakukan oleh kerabat
Peran  kerabat  dalam  kehidupan  sangatlah  penting,  namun  tidak  dalam semua  hal  kerabat  dapat  diandalkan  untuk  memecahkan  semua  permasalahan,
karena  dalam  beberapa  hal  tertentu  kerabat  tidak  mampu  untuk  membantu kerabata  mereka  yang  lain. Beberapa  hal dimana kerabat tidak dapat  membantu
lainnya sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’ân adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Penolong Pada Hari Kiamat
Peran  yang  tidak  bisa  dilakukan  oleh  kerabat  adalah  sebagai  penolong pada hari kiamat. Pada hari kiamat, dimana setiap orang bertanggung jawab secara
pribadi  terhadap  apa  yang  telah  dilakukannya  di  dunia,  kerabat  tidak  mampu menolong  mereka karena kerabat sendiri  belum tentu dapat menyelamatkan diri
mereka. Sebagaimana tercantum dalam surat al-Mumtahanah ayat 3:
52
 
 
 
 
 
 
 
Karib  kerabat  dan  anak-anakmu  sekali-sekali  tiada  bermanfaat  bagimu pada  hari  kiamat.  dia  akan  memisahkan  antara  kamu.  dan  Allah  Maha
melihat apa yang kamu kerjakan. Tidak selamanya hubungan kekerabatan itu akan memberikan pertolongan
bagi  orang  yang  mempunyai  hubungan  kekerabatan.  Pada  hari  kiamat  baik hubungan  kekerabatan  maupun  hubungan  dengan  anak  tidak  mempunyai
manafaat  sama  sekali.  Ketidak  bermanfaatan  ini  dikarenakan  adanya  perbedaan keiamanan di antara mereka. Bagi orang yang mempunyai kerabat ataupunn anak
yang  berbeda  keimanan  kafir  maka  hubungan  tersebut  hanya  bermanfaat  di dunia sedangkan pada hari kiamat hubungan tersebut pada hari kiamat tidak akan
bermanfaat. Hubungan yang dulunya di dunia bersambung maka pada hari kiamat hubungan tersebut akan terputus.
b.  Memintakan ampunan untuk kerabat yang tidak beriman
Di  kehidupan,  seseorang  mempunyai  banyak  kerabat,  di  antara  para kerabat tersebut ada saja yang tidak seiman. Adanya perbedaan iman inilah yang
kemudian  membuat  kerabat  tidak  dapat  memintakan  ampunan  bagi  kerabat tersebut. Sebagaimana dalam ayat al-Qur’ân surat al-Taûbah ayat 113.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun kepada  Allah  bagi orang-orang  musyrik, walaupun orang-orang
53
musyrik  itu  adalah  kaum  kerabat  nya,  sesudah  jelas  bagi  mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.
Asbabun  nuzul ayat di atas  berkenaan dengan  Abu Thalib, paman Nabi, yang membantu perjuangan dakwah beliau namun tidak mau masuk Islam:
Ketika  Abû  Thalib  akan  menghembuskan  nafasnya  yang  terkahir, datangiah  Rasulullah  saw  dan  didapatinya  Abû  Jahal  dan  Abdullâh  bin
Abî  Umayyah  berada  di  sisinya.  Rasulullah  saw  bersabda:  Wahai pamanku, ucapkanlah lâ ilâha illâllâhu, agar dengan ucapan itu saya bisa
membela  paman  di  hadapan  Allah,  maka  berkatalah  Abu  Jahal  dan Abdullah:  Hai  Abu  Thalib  apakah  kamu  benci  kepada  agama  Abdil
Muthalib? kedua orang musyrik itu tidak henti-hentinya berkata demikian kepada  Abî  Thalib  sehingga  kalimat  terakhir  yang  ia  ucapkan  sesuai
dengan agama  Abdul Muthalib. Rasulullâh  bersabda Sungguh aku akan memohonkan ampunan bagimu selama tidak dilarang, maka turunlah ayat
di atas.
19
Kemudian Ibnu Mas’ud dalam tafsirnya mengatakan Al Hakim:  Abu  Al  Abbas Muhammad  bin Ya’kub  menceritakan kepada
kami,  Bahr  bin  Nasr  menceritakan  kepada  kami,  Abdullah  bin  Wahb menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij memberitahukan kepada kami dari
Ayyub bin Hani’ dari Masyruq bin AL Ajda’ dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata:
Rasulullah SAW keluar untuk melihat pemakaman dan kami ikut bersama beliau.  Beliau  menyuruh  kami  untuk  duduk  dan  kami  pun  duduk.  Lalu
beliau melangkahi makiam-makam hingga berhenti disuatu makam. Lalu beliau  bermunajat  kepada  Allah  dalam  waktu  yang  lama.  Kumudian
terdengar suara isak tangis beliau yang keras sehingga kami ikut menangis karena tangisan beliau. Kemudian beliau mendatangi kami dan Umar bin
Khatab  menyambutnya.  Lalu  ia  bertanya,  “Wahai  Rasulullah,  apa  yang membuatmu  menangis?  Sesungguhnya  tangisanmu  membuat  kami  ikut
menangis dan takut.” Maka beliau duduk dan kami duduk di dekat beliau. Lalu beliau bertanya,
“Tangisanku  membuat  kalian  takut?”  Kami  menjawab,  “Ya,  wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnys makam yang kalian melihat
aku  bermunajat  didekatnya  adalah  makam  ibuku,  Aminah  binti  Wahab. Aku  meminta  izin  kepada  Tuhanku  agar  diperbolehkan  menziarahinya,
maka Dia mengizinkanku. Kemudian aku minta izin untuk memohonkan ampun untuknya, tapi Dia tidak memberiku izin untuk itu. Lalu turunlah
ayat ini kepadaku:
ﺮِﻔﻐﺘﺴﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﺍﻮﻨﻣﺁ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍﻭ ﻲِﺒﻨﻠِﻟ ﹶﻥﺎﹶﻛﺎﻣ ﻦﻴِﻛِﺮﺸﻤﹾﻠِﻟ ﺍﻭ
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang  yang beriman memintakan ampun
19
Jalaluddin al-Suyuti, Riwayat Turunnya Ayat-Ayat Suci Al-Qur’ân, hal. 308.
54
[kepada  Allah]  bagi  orang-orang  musyrik.  sampai  ayat
ﺭﺎﹶﻔﻐِﺘﺳﺍ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺎﻣﻭ ﻩﺎﻳِﺇ ﺂﻫﺪﻋﻭ ٍﺓﺪِﻋﻮﻣ ﻦﻋ ﱠﻻِﺇ ِﻪﻴِﺑَﻷِ ﻢﻴِﻫﺍﺮﺑِﺇ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim [kepada Allah] untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Qs.At-Taubah [9]: 114. Maka naluri  seorang  anak  terhadap  orang  tua  itulah  yang  membuatku  merasa
kasihan kepadanya sehingga membuatku menangis.
20
Hal  inilah  kemudian  yang  memberikan  pelajaran  bagi  seorang  muslim untuk  tidak  sepatutnya  memintakan  ampunan  bagi  orang  musyrik  meskipun
mereka adalah bagian dari kerabat. Dari sinilah maka sudah sewajibnya seorang muslim  mengajak  para  kerabat  agar  beriman  kepada  Allah  sehingga  dengan
ajakan tersebut para kerabat akan  mengikuti ajakan tersebut. Dengan  mengikuti ajakan tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan menjadi orang yang beriman
maka kita dapat memohonkan ampun bagi kerabat yang seiman.
c. Memikul dosa kerabat