Definisi Lokika Sanggraha PIDANA ZINA DARI DELIK ADAT LOKIKA SANGGRAHA
23
mana menimbulkan reaksi yang disebut reaksi adat. Delict adat yang berhubungannya dengan sex adalah Delict Lokika Sanggraha.
2
Lokika Sanggraha, merupakan salah satu delik perbuatan pidana di bidang kesusilaan yang diciptakan, hidup dan ditaati oleh masyarakat Bali sejak
zaman kerajaan dahulu hingga sekarang. Sebagai Delik Adat yang sudah ada sejak zaman dahulu, tentu saja dalam
perkembangannya mengalami perkembangan penyesuaian dalam luas lingkup pengertian dan wujud sanksinya sesuai dengan perkembangan zaman.
Lokika Sanggraha merupakan suatu perbuatan yang sangat bertentangan dengan norma- norma hukum adat, karena dianggap tidak selaras dengan
keselamatan sesame anggota dalam lingkungan masyarakat hukum adat. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap delik adat Lokika Sanggraha selalu dikenakan
sanksi adat.
“Lokika Sanggraha” berasal dari bahasa sansekerta, yakni Lokika berasal
dari kata
“laukika” berarti orang umum, orang banyak. Sedangkan Sanggraha
berasal dari kata
“Samgraha” yang berarti pegang dalam arti luas, sentuh,
hubungan.
3
Jadi secara harfiah Lokika Sanggraha akan berarti di pegang sentuh jamah orang banyak, usud ajak anak liu bahasa Bali Institut Hindu
Dharma, 1985: 2.
2
I Gusti Ketut Sutha, Bunga Rampai Beberapa Aspekta Hukum Adat, hlm. 76
3
Lilik Mulyadi, Delik Adat “ Lokika Sanggraha” Di Bali, Majalah Varia Peradilan. IKAHI
Ikatan Hakim Indonesia, Jakarta, 1987 hlm. 164
24
Lokika Sanggraha merupakan satu kata majemuk yang terdiri dari, serta secara harfiah mengandung arti:
1. Lokika berarti pertimbangan, perhitungan, estimit, perkiraan yang logis dan
sebagainya. 2.
Sanggraha yang mengandung makna: meladeni, melayani dan sebagainya. Khusus bagi yang kedua ini, perlu ditegaskan bahwa ia sangat mungkin
bernilai negative atau positif secara moral dan spiritual, tergantung atas sifat hasrat keinginan yang diberi layanan bersangkutan. Sanggraha melayani, berarti
berusaha agar pihak yang mendapat layanan itu merasa senang, nikmat dan sebagainya. Nikmat mengenai apa? Bila terwujud puas karena hasrat nurani luhur
seseorang yang mendapat layanan layanan dalam belajar, dalam membela kebenaran keadilan dan sebagainya, maka upaya Sanggraha bersangkutan tentu
saja bernilai positif secara etika kemanusiaan. Tetapi bila yang dipuaskan itu adalah,,,,, gejolak nafsu? Tak pelak lagi,
negatiflah nilai Sanggraha yang diberikan, bukan? Lalu, betapa artinya dalam rangkaian kata majemuk sebagai suatu istilah. Dengan demikian, arti Lokika
Sanggraha adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang pria menghendaki layanan pemuas nafsu birahi seorang wanita bebas muda janda hingga hamil,
kemudian tidak mengawini wanita bersangkutan, perbuatan mana bertentangan dengan lokika, bahwa setiap kehamilan hendaklah di upacarai biakaonan untuk
sucinya nilai kehamilan tersebut menurut agama serta pastinya status anak yang lahir dari kehamilan tersebut menurut hukum Kaler, 1983: 94.
25
Selanjutnya di dalam Mewana Dharma Sastra, Bab VIII, pasal 357 dan 358 disebutkan sebagai berikut:
- Upacarakrya kelih sparo
bhusana wasasan saha khatwasanam
sarwan samgrahanam smrtam -
Striyam sprseda dese yah sprsto wasasan
paras- paras yanumate parwan samgrahanam smrtam
terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut: -
Memberi hadiah kepada seorang wanita, bergurau bersamanya, memegang pakaiannya dan perhiasannya, duduk ditempat tidur dengannya, semua
perbuatan ini dianggap perbuatan sanggraha. -
Bila seseorang laki menyentuh wanita dibagian yang tidak harus disentuh atau membiarkan seseorang menyentuh bagian itu, semua itu dilakukan atas
persetujuan bersama, dinyatakan sebagai perbuatan sanggraha Institut Hindu Dharma, 1985:8-9.
4
Lokika Sanggraha ialah apabila seorang laki- laki mengadakan hubungan sexual dengan seorang wanita di luar ikatan perkawinan yang sah dan kemudian
4
I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, Bandung: Eresco, 1993 hlm. 36
26
menyebabkan hamilnya si wanita maka perbuatan atau peristiwa tersebut dinamakan “ Lokika Sanggraha”.
5
“Lokika Sanggraha” merupakan Delik Adat diatur dalam ketentuan Pasal 359 Kitab Adiagama, perumusan Delik Adat Lokika Sanggraha adalah:
Malih lokika sanggraha, loewir ipoen, djadma mededemenan, sane mowani neherang deen ipoen, djening djirih patjang kesisipang, awanan ipoen
ngererehang daja, saoebajan iloeh kesanggoepin ; wastoeraoeh ring papadoewantoengkas paksana, sane loeh ngakoe kasanggama, sane mowani
nglisang mapaksa ngoetjapang dewek ipoen kaparikosa antoek iloeh, jan aspoenika patoet tetes terangang pisan, jan djati imowani menemenin wenang
ipoen sisipang danda oetama sahasa 24.000, poenika mawasta Lokia Sanggraha, oetjaping sastra.
Sedangkan terjemahan bebasnya : Lagi Lokika Sanggraha yaitu : orang bersanggama, yang pria tidak
berlanjut sukanya, karena takut akan dipersalahkan, makanya mencari daya upaya, janji si wanita disanggupi, akhirnya sampai di pengadilan, berbeda
pengakuannya si wanita mengaku disenggama, si peria seketika menyatakan malah dirinya yang
diperkosa oleh si wanita. Kalau demikian harus diusut agar jelas, kalau benar si pria yang berbuat, patut ia dihukum denda ; 24.000,- itu yang
disebut Lokika Sanggraha sesuai bunyi sastra.
5
I Gusti Ketut Sutha, Bunga Rampai Beberapa Aspekta Hukum Adat, hlm. 77
27
Pengertian Lokika Sanggraha ini lebih dipertegas lagi seperti definisi yang dikemukakan I Made Widnyana, yaitu suatu delik adat yang berupa seorang laki-
laki menghamili perempuan di luar perkawinan dengan janji akan mengawini, tetapi ternyata tidak dikawini. Reaksi masyarakat terhadap peristiwa yang
demikian adalah bahwa para pelaku dalam hal ini si laki diharuskan mengawini si wanita yang hamil karena perbuatannya. Apabila tidak mau maka sanksi- sanksi
lainnya akan dijatuhkan. Jadi, perlindungan Hukum Agama terhadap perempuan korban delik adat lokika sanggraha hanya terbatas pada dikenakannya sanksi
24.000 uang kepeng.
6
Menurut Drs. I Putu Wilasa inti dari delik Lokika Sanggraha merupakan hubungan suami istri tanpa ada upacara pernikahan. Hubungan seksual baru bisa
dilakukan setelah adanya upacara pernikahan. Lokika Sanggraha dalam ajaran agama Hindu dapat dikatakan tindak pidana kesusilaan karena hubungan seksual
hanya boleh dilakukan setelah adanya upacara karena itu termasuk masalah sacral atau suci.
7
Menurut Putu Sugi Ardana Lokika Sanggraha merupakan hubungan seksual atas dasar suka sama suka di mana laki- laki menjanjikan kepada
perempuan akan menikahinya namun ketika si perempuan itu hamil si laki- laki mengingkari janjinya. Kalau berbicara dalam perspektif hukum adat adat Hindu di
6
I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, Bandung: Eresco, 1993, hlm. 37
7
Wawancara Pribadi dengan Drs. I Putu Wilasa sebagai Ketua Parasida Hindu Darma Indonesia PHDI Kab. Buleleng Bali, 08 Mei 2014 pukul. 13. 36 WITA
28
desa Hindu sangat diharamkan apabila si perempuan itu hamil sampai dengan melahirkan tanpa adanya upacara.
8
Tindak pidana adat Lokika Sanggraha sampai kini oleh masyarakat adat Hindu di Bali masih diperhatikan dan tetap dipertahankan oleh masyarakat.
Lokika Sanggraha merupakan tindak pidana adat yang melanggar norma kesusilaan dan terhadap pelanggarnya dikenai sanksi adat. Kalau dilihat dari
bunyi kitab Adhi Agama di atas, terhadap pelanggarnya diancam pidana denda yang cukup besar ialah denda utama sahasa 24.000 uang kepeng bolong Bali,
karena pelanggaran terhadap Lokika Sanggraha dipandang sebagai tindak pidana yang cukup berat.
9
Di samping pengertian tersebut, di dalam Kitab Adi Agama lebih lanjut mengenal Lokika Sanggraha juga dirumuskan sebagai berikut:
- Malih “ Lokika Sanggraha” djanma soewe madedemenan, tan wenten anak
lian saoeninga, ring tingkahe madedemenan, katakenan pada tan ngangken, djantos anak oening kekalih, patpat, pemoepoet madewagama, dening sakeng,
djerihnjah, raris pada ngangken’ ipoen mededemenan. -
Malih “ Lokika Sanggraha” djanma madedemenan masanggama toer soewe tan wenten saoeninga, wastoe sane moewani manoeteorang anak olih demen,
8
Wawancara Pribadi dengan Bapak Putu Sugi Ardana Selaku Dosen Hukum Pidana Adat di Universitas Panji Sakti, Bali, 14 Mei 2014, Pukul. 10.29 WITA
9
Nyoman Serikat Putra Jaya, Relevansi Hukum Pidana Adat Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Depok, Thesis 1988 hlm. 139
29
sarawoehe ring padaoewan sane loeh noengkas angas tan ngakoe, poepoeting baos wenang madewa- gama, wastoe iloeh ngakoe kademenin.
- Malih “ Lokika Sanggraha” djadma kadalih madedemenan, tan j’ wakti kadi
pendalihe, kemaon memanah ngarjanang iwang anak, sakandan sang mandali sami kaatur ring papadoewan mapadoe tiga loeh moewani, djati ipoen padatan
wenten. Wenang sang kadalih katjoran, jan pada poeroen, danda sang mandalih, kawalik sadia antoek djaman kakalih 20.000, andalame oetjaping
sastra. Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:
- Lagi Lokika Sanggraha, orang yang lama bersanggama tak seorangpun yang
tahu, akhirnya ada orang lain yang mengetahui perbuatannya itu, tetapi kalau ditanya tidak mengakui, kemudian lalu diketahui 2, 3, 4 orang, akhirnya harus
mendewa saksi disumpah, namun karena takutnya akhirnya mengakui perbuatannya.
- Lagi Lokika Sanggraha, orang bersenggama, dan lama tidak ada yang
mengetahui, sampai si laki menceritakan perbuatannya, lalu sampai ke Pengadilan tetapi si wanita, menolak dan tidak mengakui, akhirnya harus
madewa saksi disumpah, dalam pada itu si wanita mengakui dirinya disenggama.
- Lagi Lokika Sanggraha, orang yang dituduh bersenggama namun
sesungguhnya tidak benar seperti yang dituduhkan itu, hanya bermaksud menjelek- jelekkan nama orang. Semua yang menuduh sampai ke Pengadilan
30
berperkara segi tiga laki perempuan. Tertuduh tetap tidak mengakui sampai yangbersangkutan
harus kenai “ cor” sumpah, si tertuduhpun berani. Yang menuduh dikenai denda, “ dibalik untung” oleh yang tertuduh.
10
Dari pengertian yang ada memberikan kesan satu dengan lainnya saling melengkapi dan bahkan menegaskan arti dari salah satu aspek Lokika Sanggraha.
Tindak pidana Adat Lokika Sanggraha di Bali sampai kini masih dipertahankan dengan latar belakang sebagai berikut:
1. Melindungi derajat kaum wanita, agar tidak dihina dan dipermainkan oleh
kaum pria. 2.
Menghindari lahirnya anak dengan status anak bebinjat anak haram. 3.
Salah satu dari ketentuan Agama Hindu juga menetapkan bahwa umat Hindu hendaklah secara dread bhakti melaksanakan pitra pemujaan kepada leluhur,
yang dimaksud adalah leluhur dalam garis kepurusan garis lelaki.
11
Pada dasarnya, delik adat Lokika Sanggraha banyak terjadi dalam praktik peradilan di Bali. Kalau dikaji lebih detail, bagi masyarakat Bali Delik Adat
Lokika Sanggraha merupakan perbuatan pidana yang mengganggu perasaan hukum dan perasaan keadilan dalam masyarakat adat yakni mengganggu
keseimbangan kosmos baik alam lahir dan alam gaib. Apabila kalau dikorelatifkan ke dalam KUHP ternyata perbuatan tersebut tidak diatur di
10
I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, hlm. 38
11
Nyoman Serikat Putra Jaya, Relevansi Hukum Pidana Adat Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Depok, Thesis 1988 hlm. 140
31
dalamnya. Dalam ketentuan Pasal 10 KUHP maka jenis pemidanaan berupa “pemulihan kewajiban adat” tidak dikenal di dalamnya. Kalau seorang pelaku
Delik Adat Lokika Sanggraha telah dijatuhi pidana penjara, ternyata bagi masyarakat adat kuranglah sempurna tanpa diikuti
“pemulihan kewajiban adat” guna mengembalikan keadaan kosmos yang terganggu. Sehingga bagi masyarakat
adat Bali menghendaki penyelesaian bersifat materiil juga hendaknya diikuti pula penyelesaian bersifat immateriil serta berorientasi bersifat keagamaan. Penjatuhan
pidana dalam hukum adat Bali bertujuan mengembalikan keseimbangan alam kosmos yakni alam lahir
“sekala” dengan alam gaib “niskala” yang telah terganggu, oleh karena itu aspek agama Hindu berupa tata upacara keagamaan
merupakan hal fundamental di dalamnya.
12