Sanksi Adat dan Jenis- jenis Sanksi Adat

19 Lesquillier, juga mengemukakan bahwa reaksi adat ini merupakan tindak- tindakan yang bermaksud mengembalikan ketenteraman magis yang diganggu dan meniadakan atau menetralisasi suatu keadaan sial yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran adat. Dari beberapa pendapat para sarjana di atas dapat disimpulkan bahwa sanksi adat atau disebut pula dengan reaksi adat ataupun koreksi adat adalah merupakan bentuk tindakan ataupun usaha- usaha untuk mengembalikan ketidak- seimbangan termasuk pula ketidakseimbangan yang bersifat magis akibat adanya gangguan yang merupakan pelanggaran adat. 10 Sanksi adat mempunyai fungsi dan peranan sebagai stabilisator untuk mengembalikan keseimbangan antara dunia lahir dengan dunia gaib. Di Bali sanksi adat memiliki peranan penting untuk mengembalikan keseimbangan tersebut. Sanksi mempunyai peranan penting di dalam kehidupan masyarakat di Bali. Tidak hanya pelanggaran adat saja yang oleh masyarakatnya dikenakan sanksi adat, bahkan terhadap delik biasapun sering kali oleh masyarakatnya dibebani sanksi adat meskipun si pelaku sudah dipidana oleh Peradilan Umum. Sanksi adat tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan sanksi adat yang ada di daerah Bali hanya di pergunakan istilah- istilah tertentu guna memberi nama terhadap bentuk sanksi adat tersebut. 10 I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat. hlm. 8 20 Untuk daerah Bali dikenal jenis- jenis sanksi- sanksi adat yang berupa: 1. Mengadakan upacara pembersihan pemarisudan, prayascita, dan lain- lain. 2. Denda dedosan, sejumlah uang yang dikenakan kepada seseorang yang melanggar suatu ketentuan awig- awig di banjar desa. 3. Minta maaf mengaksama atau mapilaku, lumaku, mengolas- olas 4. Untuk golongan pendeta ada jenis sanksi yang disebut “ metirta Gemana atau metirta yatra” 5. Dibuang maselong, adalah jenis sanksi adat yang sering didapat pada zaman kerajaan Bali dahulu, seperti halnya dibuang keluar kerajaan bahkan ada kalanya ke luar Bali 6. Ditenggelamkan ke laut merarung, mapulang ke pasih 7. Meblagbag diikat 8. Diusir ketundung 9. Kerampag 10. Tidak diajak ngomong kesepekang 11. Dan lain- lain Dherana dan Widnyana , 1975: 5 Penerapan sanksi- sanksi adat tersebut di atas tidaklah sama pada tiap- tiap desa atau lingkungan masyarakat tertentu. Sebab terdapat beberapa factor yang ikut menentukan pilihan jenis serta beratnya sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran- pelanggaran adat tersebut. 21 Dengan adanya perkembangan masyarakat adat dewasa ini, beberapa sanksi adat di daerah Bali kurang menampakkan diri lagi karena diaggap kurang manusiawi, misalnya maselog, mapulang kepasih dan meblagbag. 11 Ini berarti bahwa sanksi- sanksi adat tidaklah bersifat statis namun selalu mengikuti perkembangan masyarakat serta perkembangan hukum tertulis itu sendiri. Lokika Sanggraha adalah merupakan salah satu bentuk delik adat kesusilaan yang dikenal di Bali, di samping bentuk- bentuk lainnya, seperti: - Drati Krama - Gamia Gemana - Memitra Ngalang - Salah Krama dan kumpul kebo. Sebagaimana telah dikatakan bahwa perbuatan- perbuatan yang dilarang oleh ketentuan- ketentuan hukum adat haruslah benar- benar dirasakan oleh masyarakat adat setempat sebagai perbuatan yang tidak dibolehkan atau tidak patut dilakukan. Apabila dilakukan akan menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat tertentu atau keseluruhan warga masyarakat adat itu sendiri, sehingga dengan demikian akan menghambat tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat sebagaimana yang dicita- citakan, yaitu suatu keadaan yang damai dan tertib. 12 11 I Made Widnyana, Kapita Selekta HUkum Pidana Adat, hlm. 45 12 I Made Widnyana, Kapita Selekta HUkum Pidana Adat, hlm.46 22

BAB III PIDANA ZINA DARI DELIK ADAT LOKIKA SANGGRAHA

A. Definisi Lokika Sanggraha

Sebelum kita langsung meninjau permasalahannya, maka baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan sex. Sex in the character of being either male or female, the sum of anatomical and physical differences with reverence to which the male and female are distinguished Jess Stein. 1955. Jadi, menurut Jess Stein, sex adalah ciri makhluk entah jantan entah betina : dalam makna terkandung masalah perbedaan anatomis dam phisiologis, atas dasar mana kedua jenis kelamin jantan atau betina dapat dibedakan. 1 Menurut konsepsi hukum adat, apabila terjadi perbuatan pelanggran terhadap ketentuan norma adat, maka sanksi adat yang ada pada hakekatnya merupakan reaksi adat, isinya bukanlah berupa siksaan atau penderitaan leed tetapi yang terutama adalah mengembalikan keseimbangan kosmisch, yang terganggu sebagai akibat adanya pelangaran. Jadi delict adat yang berhubungan dengan aktivitas sex adalah perbuatan yang berkaitan dengan sex yang dapat mengganggu keseimbangan baik yang bersifat materiil maupun interiil, perbuatan 1 I Gusti Ketut Sutha, Bunga Rampai Beberapa Aspekta Hukum Adat, Yogyakarta: Liberty, 1987, hlm. 67 23 mana menimbulkan reaksi yang disebut reaksi adat. Delict adat yang berhubungannya dengan sex adalah Delict Lokika Sanggraha. 2 Lokika Sanggraha, merupakan salah satu delik perbuatan pidana di bidang kesusilaan yang diciptakan, hidup dan ditaati oleh masyarakat Bali sejak zaman kerajaan dahulu hingga sekarang. Sebagai Delik Adat yang sudah ada sejak zaman dahulu, tentu saja dalam perkembangannya mengalami perkembangan penyesuaian dalam luas lingkup pengertian dan wujud sanksinya sesuai dengan perkembangan zaman. Lokika Sanggraha merupakan suatu perbuatan yang sangat bertentangan dengan norma- norma hukum adat, karena dianggap tidak selaras dengan keselamatan sesame anggota dalam lingkungan masyarakat hukum adat. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap delik adat Lokika Sanggraha selalu dikenakan sanksi adat. “Lokika Sanggraha” berasal dari bahasa sansekerta, yakni Lokika berasal dari kata “laukika” berarti orang umum, orang banyak. Sedangkan Sanggraha berasal dari kata “Samgraha” yang berarti pegang dalam arti luas, sentuh, hubungan. 3 Jadi secara harfiah Lokika Sanggraha akan berarti di pegang sentuh jamah orang banyak, usud ajak anak liu bahasa Bali Institut Hindu Dharma, 1985: 2. 2 I Gusti Ketut Sutha, Bunga Rampai Beberapa Aspekta Hukum Adat, hlm. 76 3 Lilik Mulyadi, Delik Adat “ Lokika Sanggraha” Di Bali, Majalah Varia Peradilan. IKAHI Ikatan Hakim Indonesia, Jakarta, 1987 hlm. 164