Tindak Pidana Kesusilaan TINDAK PIDANA KESUSILAAN DALAM HUKUM ADAT BALI

14 hukum, dimana perbuatan tersebut menyangkut etika yang ada dalam diri manusia yang telah diatur dalam perundang-undangan. 2 Secara singkat yang disebut tindak pidana kesusilaan adalah delik yang berhubungan dengan masalah kesusilaan. Namun, tidaklah mudah menetapkan batas- batas atau ruang lingkup delik kesusilaan karena pengertian dan batas- batas kesusilaan itu cukup luas dan dapat berbeda- beda menurut pandangan dan nilai- nilai yang berlaku di dalam masyarakat. 3 Terlebih karena hukum itu sendiri pada hakikatnya merupakan nilai- nilai kesusilaan yang minimal das Recht ist das ethische Minimum sehingga pada dasarnya setiap delik atau tindak pidana merupakan delik kesusilaan. Ungkapan serupa dikemukakan Alfred Denning bahwa without religion there can be no morality, and without morality there can be no law. Dharma adalah hukum hindu yang bersumber dari hasil perbuatan yang dijadikan ukuran atau nilai- nilai untuk berbuat yang pantas di Bali. Dharma dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Kantaka Sodhana dan Dharmasthiya. Delik kesusilaan yang terdapat dalam Dharma yaitu termasuk kategori Kantaka Sodhana dalam istilah Paradara yaitu Kejahatan terhadap kesopanan dan kesusilaan. 4 2 Abd. Kadir, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Incest Dengan Korban Anak, Makassar, Skripsi, 2012, hlm.27 3 Hans C. Tangkau, Cyber Crime Di Bidang Kesusilaan Upaya Penanggulangannya Di Indonesia, Manado, Karya Tulis Ilmiah, 2008 hlm. 11 4 I Made Suastika Ekasana, Seri Dharmasthya Hukum Perdata Hindu Dharma Badhu Hukum Keluarga Hindu, Surabaya: Paramita, 2012, hlm. 3 15 Di Bali, masih dikenal empat jenis Delik Adat salah satunya adalah Delik Adat yang menyangkut kesusilaan. Berbicara tentang kesusilaan tidaklah dapat dipisahkan dari kelahiran manusia itu sendiri karena tujuan dari kesusilaan itu adalah untuk menciptakan keseimbangan atau keharomisan hubungan antara makro kosmos bhuwana agung dengan mikro kosmos bhuwana alit. Berkaitan dengan ini Coka 160 Sarasamuccaya menyatakan bahwa: Cilam pradhanam puruse tadyasyeha pranacyati, Na tasya jivitenatho duchilam kinprayojanam. Artinya: susila itu adalah yang paling utama pada titisan sebagai manusia sehingga jika ada perilaku tindakan titisan sebagai manusia itu tidak susila, apakah maksud orang itu dengan hidupnya, dengan kekuasaan, dengan kebijaksanaan, sebab sia- sia itu semuanya hidup, kekuasaan dan kebijaksanaan jika tidak ada penerapan kesusilaan pada perbuatan. kajeng,dkk, 1977: 114 5 Walaupun demikian, kenyataannya dalam praktik das Sein tidaklah selalu sesuai dengan apa yang diharapkan das Sollen, sehingga terjadilah pelanggaran terhadap kesusilaan itu sendiri dengan beraneka ragam bentuknya sehingga dalam pertumbuhannya. 5 I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, Bandung: Eresco, 1993, hlm. 14 16

B. Jenis- jenis Delik Adat Yang Menyangkut Kesusialaan

1. Drati Krama

Yaitu delik adat yang merupakan hubungan seksual antara seorang wanita dengan seorang laki- laki sedangkan mereka masih dalam ikatan perkawinan dengan orang lain; d engan singkat dikatakan drati karma ialah “ berzina dengan istri suami orang lain”. 6

2. Gamia Ganama

Yaitu delik adat yang berupa larangan hubungan seksual antara orang- orang yang masih ada hubungan keluarga dekat baik garis lurus maupun ke samping. Jadi pengertian Gamia Gemana sama dengan incest. 3. Mamitra Ngalang Yaitu suatu delik adat yang berupa seorang laki- laki yang sudah beristri mempunyai hubungan dengan wanita lain yang diberinya nafkah lahir batin seperti layaknya suami istri, tetapi wanita ini belum dikawini secara sah. Hubungan mereka bersifat terus menerus berkelanjutan dan biasanya si wanita ditempatkan dalam rumah tersendiri. Delik adat ini sangat mirip dengan Drati Krama, tetapi titik berat pelakunya adalah laki- laki yang sudah beristri, sedang pihak wanitanya tidak terikat perkawinan. Jadi mungkin masih gadis atau sudah janda. Si wanita tidak belum dikawini secara sah. Unsur yang khusus di sini dan membedakannya dengan Drati Krama, adalah sifat hubungannya yang terus menerus dan biasanya si wanita ditempatkan 6 I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, hlm. 15 17 dalam satu rumah serta diberi nafkah lahir batin. Dapat dikatakan bahwa si wnaita merupakan wanita simpanan dari si laki- laki tersebut. 4. Salah Krama Ialah melakukan hubungan kelamin dengan makhluk yang tidak sejenis. Tegasnya hubungan kelamin tersebut terjadi antara manusia dengan hewan seperti seorang laki- laki melakukan hubungan kelamin dengan seekor sapi betina. 7

5. Kumpul Kebo

Ialah seorang laki- laki dengan seorang perempuan hidup bersama dalam satu rumah dan mengadakan hubungan seksual, seperti layaknya suami istri, tetapi mereka belum dalam ikatan perkawinan. Istilah kumpul kebo ini, tidak hanya menjadi monopoli masyarakat Bali, tetapi sudah merupakan istilah yang sudah dikenal diseluruh tanah air, yang merupakan perbuatan seperti diuraikan diatas. Bedanya mungkin kalau di Bali perbuatan ini disamping merupakan perbuatan yang asusila, juga dipandang dapat mengganggu keseimbangan kosmis, sehingga dipandang oleh masyarakat adat sebagi perbuatan yang patut dilarang dan pelakunya dapat dikenakan sanksi adat. 6. Lokika Sanggraha Sebagaimana dirumuskan didalam Kitab Adi Agama pasal 359 serta perkembangan pandangan masyarakat dan praktik peradilan di Daerah Bali 7 I Made Widnyana, Kapita Selekta Hukum Pidana Adat, hlm. 16