F. Wanprestasi Dalam Perjanjian
Paradigma baru hukum kontrak timbul dari dua dalil dibawah ini : a.
Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah geoorloofd, dan
b. Setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil
dan memerlukan sanksi undang-undang
35
Dalam melaksanakan perjanjian, para pihak wajib memberi sesuatu atau berbuat sesuatu ataupun bahkan tidak berbuat sesuatu. Hal ini terdapat dalam
ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka pihak yang tidak melaksanakan tersebut dikatakan telah melakukan wanprestasi.
Wanprestasi adalah ketiadaan suatu presatasi, sedangkan prestasi dalam hukum perjanjian berarti sesuatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu
perjanjian .
36
Menurut Abdulkadir Muhammad, wanprestasi artinya tidak memnuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban
oleh debitor karena dua kemungkinan alasan yaitu karena kesalah debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian maupun karena keadaan memaksa force
majeur diluar kemampuan debitur .
37
35
Ridwan Khairandi, Iktikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak. Pascasarjana FH-UI. Jakarta. 2003. Hlm. 81
36
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian. Sumur. Bandung. 1973. Hlm. 44
37
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.Hlm. 241
. Sementara menurut Subekti, wujud wanprestasi ada beberapa macam, diantaranya tidak melakukan apa yang
disanggupi akan melukannnya, melaksanakan apa yang diperjanjikan akan tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan, melakukan apa yang diperjanjikan akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi terlambat atau melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
38
a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur, yang disebut dengan
pemberian ganti kerugian. .
Pada kenyataannya, akibat yang timbul dari suatu keadaan wanprestasi sedimikian besarnya. Oleh karena itu, untuk menetapkan jumlah dan jenis sanksi
yang dikenakan, terlebih dahulu harus diteliti dan dapat disimpulkan apakah keadaan wanprestasi itu terjadi karena suatu kesengajaan. Serta juga
diperhitungkan pula akibat yang diderita krediturnya. Gugatan yang dapat diajukan kepada debitur yang wanprestasi menurut
Subekti ada beberapa kemungkinan, yaitu :
b. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian.
c. Peralhian resiko.
d. Membayar perkara, kalau diperkarakan ke Pengadilan
39
Mengenai apabila seorang debitur tidak mengajukan alasan untuk membebaskan dirinya dari tuduhan melakukan wanprestasi dan juga telah
diberikan peringatan ataupun teguran, namun masih tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan maka ia dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi.
.
Adapun penyelesaian wanprestasi itu tentunya diperlukan suatu pemberian sanksi ataupun paksaan kepada orang yang telah mengingkari janji, karena tanpa
sanksi ataupun paksaan dalam penyelesaian wanprestasi itu, telah mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak.
38
R. Subekti, Op.cit. Hlm 45
39
R. Subekti, Ibid. Hlm. 147
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGERTIAN PENGADAAN BARANGJASA PEMERINTAH
A. Pengertian Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Peraturan mengenai pengadaan barangjasa daitur dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan Barang JasaPemerintah. Sebelumnya peraturan mengenai pengadaan barangjasa diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80
tahun 2003 yang dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sudah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi
40
Secara garis besar, substansi Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sama dengan
substansi Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Petunjuk-petunjuk teknis yang dijabarkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dilengkapi
dengan enam lampiran, yang memberikan petunjuk teknis bagi pelaksanaan masing-masing obyek pengadaan, yang terdiri dari lampiran I : perencanaan
umum, Lampiran II : tata cara pemilihan penyedia barang, lampiran III : tata cara pemilihan penyedia konstruksi
.
41
40
Pasal 135 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010
41
Semenjak Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi,
maka istilah “jasa pemborongan” sudah tidak digunakan lagi dan diganti dengan istilah ”pekerjaan konstruksi”
, lampiran IVA : tata cara pemilihan penyedia jasa konsultasi, lampiran IVB : tata cara pemilihan penyedia jasa konsultasi
perorangan, lampiran V : tata cara pemilihan penyedia jasa lainnya, dan lampiran VI : tata cara swakelola.
Universitas Sumatera Utara