Shigella dysenteriae Fase Pertumbuhan Mikroorganisme

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan memproduksi vitamin K dan materi-materi yang tidak tercernakan di usus besar Singelton et al., 1981 dan Anonim, 2014. Escherichia coli adalah bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea, serta memiliki kemampuan menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh yang lain di luar usus Gibson JM, 1996. Tempat yang paling sering terkena infeksi Escherichia coli adalah saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut Jawetz et al., 2011. Bakteri ini juga menghasilkan enterotoksin penyebab diare. Escherichia coli memproduksi enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan diare yang ringan, sedangkan enterotoksin yang tidak tahan panas dapat menyebabkan sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus dan menghambat reabsorbsi natrium Volk dan Wheeler, 1990.

d. Shigella dysenteriae

Shigella dysenteriae adalah bakteri Gram negatif dengan klasifikasi sebagai berikut Singelton et al., 1981 : Kingdom : Prokaryota Divisi : Bacteria Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Spesies : Shigella dysenteriae Shigella dysenteriae merupakan bakteri berbentuk batang pendek, tumbuh baik pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, tidak dapat bergerak, tidak berkapsul, tidak berflagel, tidak membentuk spora, dan bersifat patogen pada pencernaan. Koloni bakteri berbentuk bulat, transparan dengan pinggir utuh, dan mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam media agar 24 jam Jawetz et al., 2011. Infeksi Shigella disebut dengan Shigellosis yang merupakan salah satu dari gangguan yang ditandai dengan peradangan usus, terutama kolon dan disertai dengan nyeri perut, dan buang air besar yang sering mengandung darah dan 22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lendir. Shigella dapat mengeluarkan lipopolisakarida yang bersifat toksik. Enterotoksin yang dihasilkan bersifat termolabil dan menyebabkan penggumpalan cairan di ileum. Enterotoksin bertanggung jawab atas terjadinya watery diarrhea pada tahap dini dan timbul gejala klasik disentri basiler setelah bakteri meninggalkan usus halus dan masuk ke usus besar. Shigella dysenteriae juga memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Pada manusia, eksotoksin juga dapat menghambat absorpsi gula dan asam amino pada usus kecil Jawetz et al., 2011.

2.8 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme

Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase log fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag, merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel-sel mikroorganisme diambil dari kultur yang sama sekali berlainan, maka yang sering terjadi adalah mikroorganisme tersebut tidak mampu tumbuh dalam kultur Pratiwi, 2008. Fase log fase eksponensial, merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Hal yang dapat menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan. Untuk organisme aerob, nutrisi yang membatasi pertumbuhan biasanya adalah oksigen. Bila konsentrasi sel mikroorganisme melebihi 1 x 10 7 mL, maka laju pertumbuhan akan berkurang, kecuali bila oksigen dimasukkan secara paksa ke dalam kultur dengan cara pengadukan atau penggojlokan shaking. Bila konsentrasi sel mencapai 4-5 x 10 9 mL, laju penyebaran oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan meskipun dalam kultur tersebut diberikan udara yang cukup dan pertumbuhan akan diperlambat secara progresif Pratiwi, 2008. 23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada fase stasioner, pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik. Pada sebagian besar kasus, pergantian sel terjadi dalam fase stasioner ini. Terdapat kehilangan sel yang lambat karena kematian diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi yang dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena mengalami lisis. Pada fase kematian, jumlah sel yang mati meningkat. Faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik Pratiwi, 2008. 24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia serta Laboratorium Mikrobiologi Pusat Lembaga Terpadu PLT, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sejak bulan Januari hingga bulan Mei 2015.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri Normax, tabung reaksi Pyrex, cover glass Assistent, kaca objek Sail Brand, pipet tetes, pipet volumetrik, kaca arloji, labu erlenmeyer Duran Schott, gelas ukur Ex 20°C MC YZ, gelas beker Duran Schott, batang L, Laminar Air Flow LAF Minihelix II, spektrofotometer uv-vis, inkubator France Etuves, autoclave, oven Memmert, shaker, timbangan analitik Ogawa Seiki, centrifuge, vortex, mikroskop cahaya Olympus, hot plate, water bath, magnetic stirrer, jarum ose, spatula, mikropipet dan tip Mettler Toledo, tube, jangka sorong, pinset, bunsen, gunting steril, kertas saring steril, kapas, kassa, indikator pH, dan paper disc 6 mm dan 5,5 mm.

3.2.2 Bahan

3.2.2.1 Tanaman

Daun dari tanaman Parijoto Medinilla speciosa Blume diperoleh dari Gunung Muria Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, Jawa tengah diambil pada hari Senin, 12 Januari 2015. Bagian dari tanaman Parijoto diambil bagian daunnya yang berwarna hijau muda, hijau tua, dan hijau kekuningan.

3.2.2.2 Bahan untuk Sterilisasi Permukaan

Air bersih yang mengalir, etanol 70, natrium hipoklorit NaOCl 5,25, dan aquades steril.

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong Dari Beberapa Penjual Jamu Gendong

4 120 85

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Andong (Cordyline fruticosa Goepp.) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae Dan Staphylococcus aureus

19 107 84

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

8 42 54

Isolasi, seleksi dan uji aktivitas antibakteri mikroba endofit dari daun tanaman garcinia benthami pierre terhadap staphylococcus aureus, bacillus subtilis, escherichia coli, shigella dysenteriae, dan salmonella typhimurium

1 55 0

Isolasi, Seleksi dan Uji Aktivitas Antibakteri Mikroba Endofit dari Daun Tanaman Garcinia benthami Pierre terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Shigella dysenteriae, dan Salmonella typhimurium

0 9 116

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

1 9 13

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

0 4 16

I. PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

1 4 8

II. TINJAUAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

0 8 24

V. SIMPULAN DAN SARAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

0 6 25