Data Uji Aktivitas Antibakteri

60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dimana pada fase ini bakteri uji dapat digunakan untuk uji aktivitas antibakteri. Fase stasioner mulai terjadi pada jam ke-18 sampai jam ke-23. Bakteri Escherichia coli mengalami 3 fase, yaitu fase adaptasi, fase log, dan fase stasioner. Fase adaptasi terjadi pada jam ke-0 sampai jam ke-2. Fase log mulai terjadi pada jam ke-4 sampai jam ke-15, dimana pada fase ini bakteri uji dapat digunakan untuk uji aktivitas antibakteri. Fase stasioner mulai terjadi pada jam ke-17 sampai jam ke-22. Bakteri Shigella dysenteriae mengalami 2 fase, yaitu fase adaptasi dan fase log. Fase adaptasi terjadi pada jam ke-0 sampai jam ke-4. Fase log mulai terjadi pada jam ke-5 sampai jam ke-10, dimana pada fase ini bakteri uji dapat digunakan untuk uji aktivitas antibakteri.

4.1.8 Data Uji Aktivitas Antibakteri

Sebanyak 10 supernatan isolat kapang endofit dari hasil fermentasi dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram atau Kirby- Baurer. Pada penelitian ini menggunakan cakram dengan diameter 6 mm dan cakram dengan diameter 5,5 mm. Sebanyak 20 µl larutan uji dari kapang endofit diserapkan ke cakram hingga cakram mengering pada cawan petri steril. Pengeringan cakram bertujuan agar senyawa metabolit sekunder terserap secara merata pada cakram dan pelarut yang digunakan menguap. Apabila cakram kurang kering pada saat ditempelkan ke media yang berisi bakteri uji, maka zona bening yang dihasilkan tidak valid karena dikhawatirkan bakteri uji terhambat oleh pelarut yang bersifat toksik dan bukan karena metabolit sekunder yang dihasilkan kapang endofit. Cakram yang telah kering diletakkan secara aseptis ke dalam media yang telah berisi bakteri uji dan diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam. Aktivitas antibakteri dilihat dari terbentuknya zona bening disekitar cakram. Zona bening merupakan indikasi terhambat atau tidaknya pertumbuhan bakteri patogen akibat sekresi senyawa antibakteri oleh mikroba lain yang bersifat antagonis Elfina et al., 2014. 61 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berikut adalah hasil pengukuran zona hambat isolat kapang endofit yang berpotensi sebagai antibakteri : Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit No. Isolat Diameter zona hambat mm S.aureus B.subtilis E.coli S.dysenteriae 1 DPU 1 7,85 mm - 6,42 mm 6,68 mm 2 DPU 3 7,53 mm 6,2 mm 6,38 mm 6,46 mm 3 DPU 4 7,78 mm 6,11 mm 6,26 mm 6,68 mm 4 DTE 1 6,96 mm 7,05 mm 6,9 mm 7,3 mm 5 DTE 3 - - 7,03 mm 6,1 mm 6 DTU 1 6,95 mm 7,2 mm 7,28 mm 6,7 mm 7 DTU 4 - 5,76 mm 6,86 mm 6,1 mm 8 DTU 6 - 7,03 mm 6,35 mm 7,68 mm 9 DTU 7 6,55 mm - 6,91 mm - 10 DTU 9 6,61 mm - 6,9 mm 5,92 mm Kontrol Kloramfenikol + Kontrol - 19,46 mm 14,52 mm 10,94 mm 16,91 mm - - - - Keterangan : DPU 1 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau muda 1 DPU 3 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau muda 3 DPU 4 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau muda 4 DTE 1 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau tua 1 DTE 3 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau tua 3 DTU 1 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau kekuningan 1 DTU 4 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau kekuningan 4 DTU 6 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau kekuningan 6 DTU 7 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau kekuningan 7 DTU 9 : Isolat kapang endofit dari daun berwarna hijau kekuningan 9 62 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri terhadap kapang endofit diperoleh 10 isolat kapang endofit yang menghasilkan zona hambat bening pada bakteri uji tertentu. Supernatan isolat DPU 1 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 7,85 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,42 mm, menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat 6,68 mm, dan tidak menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis. Supernatan dari isolat DPU 3 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 7,53 mm, menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter zona hambat 6,2 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,38 mm, dan menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat 6,46 mm. Supernatan dari isolat DPU 4 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 7,78 mm, menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter zona hambat 6,11 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,26 mm, dan menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter 6,68 mm. Supernatan dari isolat DTE 1 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 6,96 mm, menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter zona hambat 7,05 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,9 mm, dan menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat 7,3 mm. Supernatan dari isolat DTE 3 menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 7,03 mm, menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter 6,1 mm, dan tidak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis. Supernatan dari isolat DTU 1 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 6,95 mm, menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter zona hambat 7,2 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 7,28 mm, dan 63 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat 6,7 mm. Supernatan dari isolat DTU 4 menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter zona hambat 5,76 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,86 mm, menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter 6,1 mm, dan tidak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Supernatan dari isolat DTU 6 menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter 7,03 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,35 mm, menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat 7,68 mm, dan tidak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Supernatan dari isolat DTU 7 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 6,55 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,91 mm, dan tidak menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dan Shigella dysenteriae. Supernatan dari isolat DTU 9 menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat 6,61 mm, menghambat pertumbuhan Escherichia coli dengan diameter zona hambat 6,9 mm, menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dengan diameter zona hambat 5,92 mm, tidak menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis. Berdasarkan hasil skrining dan uji aktivitas antibakteri terdapat 3 isolat kapang endofit, yaitu isolat DPU 4, DTU 7, dan DTU 9 yang menunjukkan adanya zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara pada pengamatan hasil skrining tidak menunjukkan zona hambat terhadap Staphylococcus aureus. Isolat DTE 1 dan DTU 1 menunjukkan zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara hasil skrining tidak menunjukkan zona hambat terhadap Bacillus subtilis. Isolat DPU 1, DPU 3, dan DTU 6 menunjukkan zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara hasil skrining tidak menunjukkan zona hambat terhadap Escherichia coli. Isolat DPU 1, DPU 3, DPU 4, DTE 1, DTE 3, DTU 1, dan DTU 9 menunjukkan zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara hasil skrining tidak menunjukkan zona hambat terhadap Shigella dysenteriae. 64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Namun sebaliknya, isolat DTE 3 tidak menunjukkan adanya zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara hasil skrining menghasilkan zona hambat terhadap Staphylococcus aureus. Isolat DTU 7 dan DTU 9 tidak menunjukkan adanya zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara hasil skrining menghasilkan zona hambat terhadap Bacillus subtilis. Isolat DTU 7 tidak menunjukkan adanya zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara hasil skrining menghasilkan zona hambat terhadap Shigella dysenteriae. Adanya perbedaan hasil dimana isolat menghasilkan zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara tidak menghasilkan zona hambat pada skrining dapat disebabkan oleh metabolit sekunder yang terkandung dalam isolat kapang endofit dihasilkan lebih banyak pada proses fermentasi. Pada proses fermentasi media cair kontak antara kapang endofit dengan nutrien membuat seluruh bagian dari kapang endofit berada dalam media tersebut. Penyerapan nutrien yang lebih banyak akan membuat kapang endofit lebih banyak menghasilkan metabolit sekunder dibandingkan dengan mikroba endofit yang tidak melalui proses fermentasi Elfina et al., 2014. Namun sebaliknya, perbedaan hasil dimana isolat tidak menghasilkan zona hambat pada uji aktivitas antibakteri sementara menghasilkan zona hambat pada skrining dapat disebabkan oleh senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam isolat kapang endofit tidak tersari dalam pelarut air sehingga tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Oleh karena itu, perlu dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik dengan tingkat kepolaran tertentu. Diameter rata-rata zona hambat yang dihasilkan oleh kapang endofit yaitu 5-10 mm yang termasuk ke dalam kategori sedang dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Tingginya aktivitas antibakteri dari suatu senyawa antimikroba dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan metode difusi dipengaruhi oleh kemampuan difusi senyawa antimikroba dari cakram ke media yang berisi bakteri patogen Elfina et al., 2014. Selain itu, besar kecilnya zona daya hambat mikroba endofit terhadap bakteri patogen diduga disebabkan oleh metabolit yang dihasilkan oleh isolat. Semakin tinggi konsentrasi antibakteri yang dihasilkan maka semakin tinggi pula daya hambatnya yang ditunjukkan oleh kecilnya pertumbuhan koloni bakteri patogen Sunariasih et al., 65 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Senyawa fitokimia yang diduga mempunyai aktivitas antibakteri adalah komponen yang terdapat dalam supernatan filtrat ekstraseluler seperti flavonoid, terpenoid, alkaloid, tanin, saponin, dan glikosida Govindappa et al., 2011, Dhankar et al., 2012, dan Bahgat et al., 2014. Isolat kapang endofit yang diperoleh dari Medinilla speciosa Blume memiliki potensi sebagai antibakteri yang ditandai dengan terbentuknya diameter zona hambat, namun terdapat larutan uji dari isolat kapang endofit yang tidak mampu menghambat bakteri uji tertentu. 66 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong Dari Beberapa Penjual Jamu Gendong

4 120 85

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Andong (Cordyline fruticosa Goepp.) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae Dan Staphylococcus aureus

19 107 84

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

8 42 54

Isolasi, seleksi dan uji aktivitas antibakteri mikroba endofit dari daun tanaman garcinia benthami pierre terhadap staphylococcus aureus, bacillus subtilis, escherichia coli, shigella dysenteriae, dan salmonella typhimurium

1 55 0

Isolasi, Seleksi dan Uji Aktivitas Antibakteri Mikroba Endofit dari Daun Tanaman Garcinia benthami Pierre terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Shigella dysenteriae, dan Salmonella typhimurium

0 9 116

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

1 9 13

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

0 4 16

I. PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

1 4 8

II. TINJAUAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

0 8 24

V. SIMPULAN DAN SARAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

0 6 25