Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 14. Grafik Rerata Jumlah Sel Sertoli Tikus Data diproleh dengan menghitung jumlah sel sertoli pada 20 tubulus seminiferus secara acak yang mengalami berbagai tahapan spermatogenesis tahap II, VII dan XII. Data jumlah spermatosit pakiten ini dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa data jumlah sel sertoli terdistribusi normal p ≥ 0.05 tetapi tidak bervariasi homogen p ≤ 0.05 Sehingga harus dilakukan uji non parametik Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukan nilai signifikan 0.018 p ≤ 0.05. Kemudian data jumlah sel sertoli dilakukan uji BNT. Hasil uji BNT menunjukan dosis rendah 70 mg200 gram dan dosis sedang 700 mgkg BB tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol p ≤ 0.05, sedangkan dosis tinggi 1400 mgkg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol p ≤ 0.05.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini uji antifertilitas didasarkan pada pengaruh ekstrak terhadap konsentrasi spermatozoa, bobot organ testis dan pemeriksaan histologi tubulus seminferus. Senyawa yang mempunyai efek antifertilitas pada prinsipnya bekerja dengan 2 cara, yaitu melalui efek sitotoksik atau sitostatik dan melalui efek hormonal yang menghambat laju metabolisme sel kelamin dengan cara mengganggu keseimbangan sistem hormon Herdiningrat, 2002. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Kontrol Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi Ju m la h R a ta -R a ta S e l S e rt o li Kelompok Perlakuan Sel Sertoli UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebelum diberi perlakuan tikus diaklimatisasi selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang baru. Selama aklimatisasi diamati kondisi umum serta ditimbang berat badannya. Adanya peningkatan berat badan menunjukan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Setelah di akimatisasi tikus diberi perlakuan selama 48 hari dan ditimbang berat badannya setiap 4 hari sekali tujuannya untuk memantau kondisi kesehatan tikus dan untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. terhadap berat badan tikus. Pada hari ke-49, tikus dikorbankan dengan cara dibius dengan eter dan diambil organ testis dan kauda epididimis. Setelah itu dilakukan pengamatan pada beberapa parameter, yaitu bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus serta pengamatan perbandingan jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli. Data yang didapat dianalisis dengan metode ANOVA dimana sebelum dianalisis data dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Jika salah satu dari uji normalitas atau homogenitas menunjukan nilai signifikan p ≤ 0.05 maka dilakukan uji Kruskal Wallis. Setelah dilakukan uji ANOVA atau Kruskal Wallis, dilakukan uji BNT LSD. Spermatogenesis dipengaruhi oleh tiga hormon, yaitu FSH, LH dan testosteron. FSH berfungsi menstimulasi sel sertoli untuk menghasilkan ABP androgen binding protein sedangkan LH berfungsi untuk menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi testosteron. ABP berfungsi untuk mengikat testosteron yang merupakan golongan androgen untuk menstimulasi spermatogonium yang terdapat didalam testis untuk melakukan spermatositogenesis yaitu pembentukan spermatogonium menjadi spermatid. Jika terjadi gangguan pada ketiga hormon tersebut FSH, LH dan testosteron maka proses spermatogenesis akan terganggu. Menurut Winarno, 1997 senyawa metabolit sekunder yang dapat mempengaruhi fertilitas mempunyai mekanisme: dengan menggumpalkan semen sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup sperma akibatnya sperma tidak bisa mencapai sel telur tanin, menekan sekresi hormon UIN Syarif Hidayatullah Jakarta reproduksi yang diperlukan untuk berlangsungnya spermatogenesis alkaloid, prekusor hormon estrogen yang dapat menurunkan sekresi FSH steroid, menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan kadar testosteron flavonoid. Berdasarkan hasil uji penapisan fitokimia terhadap ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. menunjukan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. positif mengandung senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, kuinon dan saponin. Pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dengan dosis 700 mgkg BB gram dan 1400 mgkg BB. gram BB selama 48 hari dapat menurunkan bobot testis. Grafik rerata bobot testis menunjukan bahwa terjadi penurunan bobot testis seiring dengan besarnya dosis ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. Semakin besar dosis ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. yang diberikan, maka bobot testis akan semakin menurun. Penurunan bobot testis mengindikasikan berkurangnya konsentrasi spermatozoa di dalam testis. Hal ini diperjelas dengan data konsentrasi spermatozoa yang menunjukan bahwa penurunan konsentrasi spermatozoa berbanding lurus dengan besarnya dosis yang diberikan. Pada dosis 700 mgkgBB dan 1400 mgkgBB terjadi penurunan konsentrasi spermatozoa secara bermakna dibandingkan dengan kontrol. Penurunan bobot testis ini diduga karena adanya senyawa yang bersifat estrogenik, yaitu mangostin Adnan, 1992 dan saponin Rusmiati, 2010 yang terkandung dalam kulit manggis Garcinia mangostana L.. Saponin digunakan untuk bahan baku sintetis hormon steroid dan digunakan sebagai estrogen kontraseptif Robinson, 1991. Menurut Rusmiati 2010 kadungan flavonoid dan saponin kulit kayu durian memiliki aktifitas seperti hormon estrogen dan diduga saponin ikut aktif meningkatkan kadar estrogen didalam darah. Penelitian yang dilakukan Wahyuni 2012 menyatakan bahwa pemberian senyawa isoflavon yang bersifat estrogenik dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antiandrogenik pada dosis tinggi dapat menurunkan bobot testis. Senyawa mangostin dan isoflavonoid merupakan senyawa golongan flavonoid. Penyusutan bobot testis juga berbanding lurus dengan penyusutan diameter tubulus seminiferus sebagai tempat utama terjadinya proses spermatogenesis untuk menghasilkan spermatozoa Fritz, 2003, karena tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa testis, yaitu sekitar 80 Sherwood, 2001. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diameter tubulus seminiferus, grafik menunjukan bahwa terjadi penurunan diameter tubulus seminiferus seiring dengan besarnya dosis ekstrak metanol manggis Garcinia mangostana L. yang diberikan. Semakin besar dosis yang diberikan, maka rata-rata diameter tubulus seminiferus akan berkurang. Terbukti dengan adanya hasil uji BNT bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. pada dosis 1400 mgkg BB memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol p ≤ 0.05. Penurunan diameter tubulus seminiferus diduga karena senyawa mangostin dan saponin yang bersifat estrogenik, sehingga mampu berikatan dengan reseptor estrogen yang terdapat di hipofisis anterior. Pada pria testis juga memproduksi estrogen dalam jumlah sedikit tetapi bermakna, tetapi sebagian besar hormon estrogen dihasilkan dari reaksi aromatisasi perifer hormon testosteron dan androstenedion. Hormon ini berperan serta dalam pengaturan FSH sebagai Inhibin Murray, 2003. Secara fisiologis hipolatalamus mensekresi GnRH untuk menstimulus hipofisis anterior mengsekresi FSH dan LH, namun karena mangostin dan saponin berikatan dengan reseptor estrogen menyebabkan sekresi FSH dan LH oleh hipofisis anterior menurun. Akibat dari menurunnya sekresi LH oleh hipofisis anterior menyebabkan terjadinya penurunan sekresi hormon testosteron oleh sel Leydig. Setelah disekresikan testosteron akan diikat oleh ABP androgen binding protein yang disekresikan oleh sel sertoli masuk ke lumen tubulus seminiferus untuk proses spermatogenesis Sherwood, 2001. Selain itu penurunan sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior menyebabkan terjadinya penurunan sekresi ABP oleh sel Sertoli. Akibatnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jumlah testosteron yang diikat untuk masuk ke tubulus seminiferus juga berkurang. Penurunan kadar FSH dan testosteron menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis bahkan dapat menyebabkan atropi pada sel-sel spermatogenik Wahyuni, 2012. Pernyataan ini didukung oleh Hafez 2000 yang menyatakan bahwa hormon yang paling berperan dalam sistem reproduksi jantan adalah testosteron. Secara umum testosteron berfungsi untuk merangsang pertumbuhan spermatogonium, perkembangan spermatosit primer dan sekunder serta diferensiasi spermatid menjadi spermatozoa atau dengan kata lain hormon testosteron mempunyai peran utama dalam proses spermatogenesis. Berkurangnya pasokan hormon testosteron menyebabkan proses proliferasi sel spermatogonium manjadi terhambat, sehingga spermatozoa tidak dapat mencapai pendewasaan yang baik dan dapat memicu terjadinya apoptosis kematian sel yang terprogram. Akibatnya terjadi penurunan jumlah sel-sel spermatogenik. Berkurangnya jumlah sel-sel spermatogenik ini menyebabkan penurunan diameter tubulus seminiferus. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gulkesen dkk 2002 yang menyatakan bahwa berkurangnya produksi spermatozoa di tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya penurunan diameter tubulus seminiferus. Penurunan diameter tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya penurunan bobot testis karena tubulus seminiferus merupakan bagian utama massa testis. Terjadinya penurunan sel-sel spermatogenik dapat dilihat dari perbandingan jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel sertoli. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dosis 350 mgkg BB tidak ada penurunan rasio jumlah sel spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli dalam setiap tahapan, sedangkan dosis 700 mgkg BB gram dan 1400 mgkg BB. gram BB dapat menurunkan rasio jumlah spermatosit pakiten terhadap jumlah sel Sertoli secara bermakna dalam setiap tahapan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan demikian perubahan histopatologi pada testis dapat dijadikan dasar perubahan histologi fungsi spermatogenesis terutama di dalam tubulus seminiferus. Pada mikroanatomi tubulus seminiferus yang normal menunjukan asosiasi sel spermatogenik tersusun berlapis sesuai dengan tahapan perkembangannya dimulai dari membran basalis, spermatogonium, spermatosit primer non pakiten dan pakiten dan spermatid. Ciri lain dari tubulus seminiferus yang normal adalah lumen yang terisi penuh oleh spermatozoa. Hasil pengamatan menunjukan bahwa tubulus seminiferus pada kelompok kontrol menunjukan spermatogenesis normal yang menggambarkan susunan sel germinal yang dimulai dari spermatogonium, spermatosit primer non pakiten dan pakiten, spermatid dan lumen terisi penuh oleh spermatozoa pada stage VII. Pada mikroanatomi tubulus seminiferus tikus yang diberi perlakuan ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. menunjukan gambaran susunan sel spermatogenik yang tidak teratur dan sel-sel yang tersusun lebih jarang. Hal ini terjadi pada mikroanatomi tubulus seminiferus kelompok perlakuan dosis 700 mgkg BB gram dan 1400 mgkg BB. Sedangkan pada mikroanatomi dosis 350 mgkgBB belum terlihat penurunan jumlah sel spermatogenik namun sudah mulai terlihat gangguan pada susunan sel spermatogenik. Terjadinya gambaran sel spermatogenik yang tidak teratur pada tubulus seminiferus mengindikasikan adanya gangguan spermatogenesis di tubulus seminiferus. Dilaporkan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. pada dosis 1400 mgkg BB menyebabkan kematian pada tikus. Terjadi kematian pada 3 ekor tikus dari 5 ekor setelah pemberian ekstrak. Penyebab dari kematian tikus tersebut belum diketahui secara pasti dikarenakan banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kematian pada tikus, sehingga sulit untuk dipastikan penyebab kematian tikus. Namun diduga penyebab kematian tikus disebabkan karena konsumsi saponin yang berlebihan. Menurut Suparjo 2008 penurunan konsumsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pangan yang mengandung saponin disebabkan karena rasa saponin, penurunan motilitas intestinal, penurunan kecernaan protein, kerusakan membran intestinal dan penghambatan pengangkutan nutrien. Penelitian yang dilakukan Xu dkk 2005 menyatakan bahwa senyawa saponin yang terdapat pada Platycodi radix dapat menghambat aktifitas lipase pankreas dan berpotensi sebagai antiobesitas. Hal ini didukung dari data berat badan tikus yang semakin hari semakin berkurang selain itu tikus mengalami lemas dan terjadi penurunan nafsu makan yang ekstrim terbukti tikus tidak pernah menghabiskan pakan yang telah diberikan. Hasil uji BNT menyatakan bahwa pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. pada dosis 1400 mgkg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol p ≤ 0.05. Dengan demikian pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dengan dosis 1400 mgkg BB dapat menurunkan berat badan dan nafsu makan tikus. Bila dibandingkan dengan penelitian uji antifertilitas yang dilakukan Wijaya 2013 pada biji delima Punica granatum L. dan Arini 2013 pada biji jarak pagar Jatropha curcas L. menunjukan bahwa efek antifertilitas yang terjadi pada tikus jantan Sprague Dawley seiring dengan besarnya dosis ekstrak yang diberikan. Pada penelitian Wijaya 2013 dosis ekstrak yang diberikan pada tikus yaitu 7.5 mgkg BB, 75 mgkg BB dan 750 mgkg BB, sedangkan penelitian Arini 2013 dosis ekstrak yang diberikan pada tikus yaitu 5 mgkg BB, 55 mgkg BB dan 50 mgkg BB. Hasil menunjukan bahwa penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli yang paling besar pada penelitian Wijaya dan Arini 2013 masing-masing terjadi pada dosis 750 mgkg BB dan 50 mgkg BB. Hal ini terjadi juga pada ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. yang menunjukan bahwa dari ketiga dosis ekstrak yang diberikan 350 mgkg BB, 700 mgkg BB, 1400 mgkg BB, penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli yang paling besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terjadi pada dosis 700 mgkg BB dan 1400 mgkg BB, sedangkan pada dosis 350 mgkg BB penurunan bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit pakiten per sertoli belum menunjukan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol. Hal ini disebabkan karena kandungan saponin dan mangostin yang terkandung dalam kulit buah manggis pada dosis 350 mgkg BB belum dapat mengganggu keseimbangan hormonal pada sistem reproduksi tikus sebab estrogen dalam darah belum mencapai jumlah yang dapat menekan hipofisis anterior untuk mensekresi FSH dan LH. Dengan demikian pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa, bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan menghambat spermatogenesis. 49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Uji Antifertilitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L. Pada Tikus Strain Sprague Dawley Secara In Vivo” dapat disimpulkan bahwa pada dosis 1400 mgkg BB semua parameter uji bobot testis, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus dan rasio jumlah spermatosit pakiten per sel Sertoli terdapat penurunan yang signifikan p ≤ 0.05, sedangkan pada dosis 700 mgkg BB hanya dapat menurunkan 2 parameter saja p ≤ 0.05, yaitu konsentrasi spermatozoa dan rasio jumlah spermatosit pakiten per sel Sertoli.

5.2 Saran

Untuk mengetahui efektifitas dari ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. sebagai agen antifertilitas, disarankan untuk mengawinkan tikus jantan yang telah diberi ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dengan tikus betina dan disarankan pula untuk memeriksa parameter antifertilitas pada tikus jantan setelah pemberian ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dihentikan untuk mengetahui apakah ekstrak metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. bersifat reversibel atau tidak.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59