UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 9. Grafik Rata-Rata Pengukuran Bobot Testis
Setelah tikus diterminasi diambil organ testisnya dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dan dihitung rata-rata bobot
testis untuk setiap kelompok. Data bobot testis dianalisis dengan menggunakan SPSS 16. Hasil uji normalitas Kolmogrov-Smirnov
menunjukan bahwa data bobot testis tikus terdistribusi normal p ≥ 0.05.
Setelah dilakukan uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene. Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa data bobot testis tikus
tidak bervariasi homogen p ≤ 0.05. Karena syarat homogenitas tidak
terpenuhi sehingga data bobot testis harus dianalisis dengan statistik non parametik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan nilai
signifikan 0.002 p ≤ 0.05. Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil
uji BNT menunjukan bahwa pada perlakuan dosis rendah 350 mgkg BB dan dosis sedang 700 mgkg BB tidak memiliki perbedaan yang
bermakna p ≥ 0.05 dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan
pada dosis tinggi 1400 mgkg BB memiliki perbedaan yang bermakna p
≤ 0.05 dibandingkan dengan kelompok kontrol.
4.1.7 Konsentrasi Spermatozoa Tikus Sprague Dawley
Setelah spermatozoa dikeluarkan dari kauda epididimis dan dilakukan pengenceran sesuai dengan Tabel 2 Cara Pengenceran,
spermatozoa dihitung dalam kamar hitung Neubauer pada hemasitometer
0.5 1
1.5 2
2.5
Kontrol Dosis
Rendah Dosis
Sedang Dosis
Tinggi
B o
b o
t T
e st
is g
ra m
Kelompok Perlakuan
Bobot Testis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
secara manual dan hasilnya dihitung dengan menggunakan rumus untuk mengetahui konsentrasi spermatozoa.
Hasil Perhitungan rata-rata konsentrasi spermatozoa tikus jantan strain Sprague Dawley dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rata-Rata Konsentrasi Spermatozoa Perlakuan
Rata-Rata jutamL Kontrol
60.25 ± 10.17 Dosis Rendah 350 mgkg BB
67.50 ± 13.2 Dosis Sedang 700 mgkg BB
27.88 ± 6.46 Dosis Tinggi 1400 mgkg BB
26.96 ± 2.22
Gambar 10. Grafik Rerata Konsentrasi Spermatozoa Data konsentrasi spermatozoa yang diproleh dilakukan uji
normalitas Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas Levene. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa data konsentrasi
spermatozoa terdistribusi normal p ≥ 0.05 dan bervariasi homogeny p
≥ 0.05. Data konsentrasi spermatozoa selanjutnya dilakukan uji one way ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukan nilai signifikan 0.000 p
≤ 0.05. Kemudian data konsentrasi spermatozoa dilakukan uji BNT. Hasil
uji BNT menunjukan bahwa pada dosis rendah 350 mgkg BB tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol p
≥ 0.05 sedangkan pada dosis sedang 700 mgkg BB gram dan dosis tinggi
10 20
30 40
50 60
70 80
kontrol Dosis
Rendah Dosis
Sedang Dosis
Tinggi
Ko n
se n
tr a
si S
p e
rm a
to zo
a
J u
ta m
L
Kelompok Perlakuan
Konsentrasi Spermatozoa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1400 mgkg BB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol p
≤ 0.05.
4.1.8 Diameter Tubulus Seminiferus
Data diameter tubulus seminiferus didapat dengan mengukur diameter tubulus seminiferus dibawah mikroskop dengan perbesaran 100
kali 10x10. Data diameter tubulus seminiferus yang didapat dihitung rata-ratanya untuk setiap kelompok.
Hasil pengukuran rata-rata diameter tubulus seminiferus tikus baik pada kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi perlakuan ekstrak
metanol kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Rerata Diameter Tubulus Seminiferus Tikus Jantan Strain Sprague Dawley
Perlakuan Rata-Rata ± SD
Kontrol 198.92 ± 9.26
Dosis Rendah 350 mgkg BB 194.58 ± 8.13
Dosis Sedang 700 mgkg BB 187.9 ± 9.57
Dosis Tinggi 1400 mgkg BB 165.47 ± 11.44
Gambar 11. Grafik Rerata Diameter Tubulus Seminiferus Tikus
50 100
150 200
250
Kontrol Dosis
Rendah Dosis
Sedang Dosis
Tinggi
D ia
m e
te r
T u
b u
lu s
S e
m in
if e
ru s
n m
Kelompok Perlakuan
Diameter Tubulus Seminiferus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data diameter tubulus seminiferus dilakukan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov . Hasil menunjukan bahwa data diameter tubulus
tidak terdistribusi normal p ≤ 0.05, sehingga dilakukan uji statistik non
parametik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan nilai signifikan 0.006 p
≤ 0.05. Kemudian data diameter tubulus seminiferus dilakukan uji BNT. Hasil uji BNT menunjukan bahwa dosis rendah 350
mgkg BB dan dosis sedang 700 mgkg BB tidak menujukan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol p
≥ 0.05, sedangkan pada dosis tinggi 1400 mgkg BB terdapat perbedaan yang bermakna
terhadap kontrol p ≤ 0.05.
4.1.9 Perhitungan Perbandingan Jumlah Spermatosit Pakiten Terhadap Jumlah Sel Sertoli