dalam pengobatan ARV berdasarkan pada aspek yaitu: Efektifitas, efek samping toksisitas, interaksi obat, kepatuhan, dan harga obat. Tahap terapi ARV yaitu:
a. Lini Pertama
Anjuran pemilihan obat ARV pada lini pertama yang dianjurkan pemerintah adalah kombinasi obat golongan 2 NRTI + 1 NNRTI. Satu atau lebih obat dalam
rejimen ini kemungkinan harus diganti substitusi karena masalah efek samping.
b. Lini Kedua
Bila terjadi kegagalan terapi akibat munculnya virus yang resisten yang mengakibat kan toksisitas, sedikit nya dua obat dalam kombinasi harus diganti
Switch dengan obat baru. Kombinasi untuk Lini kedua yang baku di Indonesia adalah 2 NRTI + booste- PI.
c. Stop
Keadaan saat pasien berhenti memakai ARV karena beberapa alasan yaitu: pasien merasa efek samping obat terlalu menyulitkan atau efek obat tersebut begitu
berat sehingga pasien akan bahaya jika tidak berhenti minum obat, atau kemungkinan stok ARV tertentu habis walaupun hal ini jarang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Pencegahan HIVAIDS
2.7.1 Pencegahan Primer
a. Pencegahan dilakukan dengan tindakan seks yang aman yaitu artinya absen seks ataupun tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah,
tidak berganti-ganti pasangan, menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian kepada orang lain, semua alat yang menembus kulit dan darah jarum
suntik, pisau cukur harus disterilisasi dengan cara yang benar. b. Untuk mencegah penularan vertikal dari ibu kepada anak yaitu ibu hamil
yang memeriksakan kehamilan harus dilakukan promosi kesehatan dan pencegahan penularan HIV melalui pemeriksaan diagnosis HIV dengan tes dan konseling pada
saat asuhan antenatal dan menjelang persalinan. Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah dengan pemberian ARV selama kehamilan, penanganan persalinan secara
sectio dan penatalaksanaan selama menyusi untuk mengurangi risiko penularan.
2.7.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan kepada penderita yang sudah terinfeksi virus HIV dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari kasus yang terjadi, yaitu
melalui diagnosis dini dan pemberian terapi ARV lebih dini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.21 tahun 2013 dalam program Inisiatif penggunaan ARV
untuk pengobatan dan pencegahan atau yang disebut dengan Strategic Use of ARV SUFA.
Universitas Sumatera Utara
Proses Tes Konseling HIV KTHIV pada orang dewasa untuk diagnosis dimulai dengan mengikuti alur tes HIV di fasilitas layanan kesehatan yang berlaku
untuk Tes atas Inisiatif Petugas Kesehatan TIPK maupun Konseling Tes HIV Sukarela KTS.
Gambar 2.1 Alur Tes Konseling HIV KTHIV pada orang dewasa
Pasien Rajal, Ranap Terutama klinik IMS, TB
PTRM, LASS, KIA, Remaja, Layanan populasi kunci
Sesi KIE Kelompok di Ruang Tunggu dengan
video, selebaran,brosur, dsb
TIPK
Informasi Pra Tes Oleh Petugas Kesehatan
Pasien setuju Ambil Darah
Tidak setuju
Konseling Pra Test Oleh Konselor
KTS
Klien datang sendiri Ingin menjalani
pemeriksaan HIV
Klien setuju Tes Darah
Pemberian Hasil Konseling Pasca Tes
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
a. Konseling Pra Testing
Adapun yang dilakukan pada saat konseling pra testing adalah dengan
memberikan informasi edukasi tentang HIV meliputi:
1. Informasi dasar tentang HIV dan AIDS
2. Penularan dan pencegahan
3. Tes HIV dan konfidensialitas
4. Alasan permintaan tes HIV
5. Ketersediaan pengobatan pada layanan kesehatan yang dapat diakses
6. Keuntungan membuka status kepada pasangan dan atau orang dekatnya
7. Arti tes dan penyesuaian diri atas status baru
8. Mempertahankan dan melindungi diri serta pasangankeluarga agar tetap
sehat
Universitas Sumatera Utara
b. Tes darah
Gambar 2.2 Alur pemeriksaan laboratorium infeksi HIV pada orang dewasa
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Interpretasi dan tindak lanjut hasil tes darah Hasil
Interpretasi Tindak lanjut
A1- Atau
A1- A2- A3- Non Reaktif
Bila yakin tidak ada faktor risiko dan atau perilaku berisiko dilakukan lebih
dari tiga bulan sebelumnya maka pasien diberi konseling cara menjaga
agar tetap negatif
Bila belum yakin ada tidaknya faktor risiko dan atau perilaku dilakukan
dalam tiga bulan terakhir maka dianjurkan untuk tes ulang dalam 1
bulan
A1+ A2+ A3 - Atau
A1+ A2- A3- Indeterminate
Ulang tes dalam 1 bulan Konseling agar menjaga tetap negatif
kedepannya A1 + A2+ A3+
Reaktif atau Positif
Lakukan konseling hasil tes positif dan rujuk untuk mendapatkan paket layanan PDP
Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan adanya infeksi HIV dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu pemeriksaan yang mencari adanya virus tersebut dalam
tubuh penderita seperti biakan virus, deteksi antigen dan deteksi materi genetik dalam darah penderita; dan pemeriksaan serologik yang mencari adanya antibodi terhadap
berbagai komponen virion HIV dalam serum penderita. Pemeriksaan yang paling sering dipakai untuk menentukan adanya infeksi
HIV saat ini adalah pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dalam darah penderita. Berbagai teknik dapat dipakai untuk
pemeriksaan darah tes HIV, diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
b.1 Rapid test atau Enzyme immunoassay EIA