Implementasi metode point counterpoint pada materi AMDAL terhadap peningkatan hasil belajar PTK kelas XI IPS SMAN 4 Depok

(1)

i

Implementasi Metode Point Counterpoint Pada Materi AMDAL

Terhadap Peningkatan Hasil Belajar (PTK Kelas XI IPS SMAN 4

Depok)

Skipsi

Oleh

Aldian Kurnia Putra

NIM. 1110015000031

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

ii


(4)

iii


(5)

iv ABSTRAK

ALDIAN KURNIA PUTRA , “Implementasi Metode Point Counterpoint Pada Materi AMDAL untuk Meningkatkan Hasil Belajar (PTK Kelas XI IPS SMAN 4 Depok)”. Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar menggunakan metode point counterpoint. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus terhadap 38 orang siswa. Data yang di ambil berupa data hasil belajar yaitu tes objektif pilihan ganda dengan bobot 20 soal. Untuk non tes yang digunakan berupa lembar observasi dan wawancara.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Untuk siklus I diperoleh data dengan jumlah nilai 2.885 dan rata-rata 75,92 dengan N-Gain 0,52 dan baru 74% siswa yang mencapai KKM. Pada siklus kedua diperoleh data dengan jumlah nilai 3.120 dan rata-rata 82, 11 dengan N-Gain 0,73 dan 87% siswa telah mencapai KKM. Berdasarkan hasil data pada siklus ke 2 maka hasil penelitian yang diharapkan tercapai, yaitu 85% siswa telah mencapai KKM.

Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Meningkatkan Hasil Belajar, Metode Point Counterpoint.


(6)

v ABSTRACT

The Implementation Point Counterpoint Methode in amdal lesson to increase the learning result (Class Action Research XI Social Class 4 Senior High

School Depok)”. Minithesis. Jakarta: Department of Education Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.

The reseach aim is determine to increase learning reseach with used point counterpoint method. The subyek in the reseach are class XI social 2 class in 4 senior high school depok.

In this reseach has done in 2 cycle for 38 student. The data has taken by result study data objectivity test in multiple choise with 20 question. For non test has used obse4rvation sheets and interview.

From the result reseach has done for 1 cycle got data with 2.885 score and average 75,92 with N-Gain 0.52 and only 74 % student achieve minimum score. On 2 cycle the result reseachb has achieved, is 85% student has achieve minimum score.

Key word : Action Reaseach Class, Increase result study, Point counter point methode


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan penelitian terkait Implementasi Metode Point Counterpoint Pada Materi AMDAL aterhadap Peningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 4 Depok.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. A. Banadjid, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Drs. Mawardi, selaku guru pamong mata pelajaran geografi SMAN 4 Depok yang telah membimbing pada berjalannya penelitian di sekolah. .

7. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada Kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda Budi Hartono dan ibunda


(8)

vii

Manisa yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa dengan segala pengorbanannya yang telah diberikan untuk ananda. Semua merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis sampai saat ini.

8. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rasa bangga karena telah memiliki saudara/saudari kandung Harry Mulyanto dan Iis Fibrarini yang telah mewarnai hidup penulis, memberikan semangat, senantiasa

memanjatkan do’a untuk kesuksesan penulis.

9. Kelompok PPKT SMAN 4 Depok, Latifa Nurrachman, Ardi Wahyudi, Mulia Ningsih, Bayu Purnomo, dan Kurnia Dewi yang selalu kompak dalam bekerja sama atas kesuksesan pelaksanaan PPKT di SMAN 4 Depok.

10.Teman-teman seperjuangan pendidikan IPS, terlebih khusus untuk Pendidikan Geografi 2010 kalian semua telah memberikan motivasi dan warna dalam hidup penulis.

11.Keluarga Besar ATK (Anak Tongkrongan Kopma) sebuah aliansi seluruh anak laki di pendidikan IPS angkatan 2010, M. Arib Jaudi, Lukman nur Hakim, Faisal Rhamdan, Ardi Wahyudi, Farid Iqbal, M. Faris Pradana, Arif Putranto, Khoerul Imam, Afin Rizal Fahlevi, M. Riza Fahlevi, Ipan Sunarya, Ferry Laksono, Ardi Arsyad, Rizky Awaludin, Bani Rochman, Syahbani, Aidil Zhulfi, Syarif Hidayatulah, Dinaris Prabowo, Andri Dharmawan, dan Tarmizi Ubadilah yang telah menemani dan mewarnai kehidupan perkuliahan yang tak terlupakan selama ini dan banyak memberikan inspirasi dalam kehidupan penulis.

12.Kelompok Headquarter, Anjar Fadilah, Adhi Setia Atmaja, Afdol Dinilhaq, Jecky Nur Pebrianus, Danang Kurniawan, Abdul Rahman Hakim, Fajar Sidiq, Restu Julianto, Virgian Abi Lesmana, dan Nur Budiyanto yang telah menemani dan mewarnai kehidupan penulis sejak SMA hingga saat ini dan selamanya.

13.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis.


(9)

viii

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.

Harapan penulis, semoga penyusunan Skripsi ini akan dapat membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi di semester akhir dan menjadi acuan pula bagi adik – adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.

Wassalmualaikum wr. Wb

Jakarta, 1 Desember 2014

Penulis


(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG...ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Landasan Teori ... 11

B. Kerangka Berpikir ... 26

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 27

D. Hipotesis Tindakan ... 32


(11)

x

A. Tempat dan Waktu ... 33

B. Metode Penelitian ... 34

C. Subjek yang terlibat dalam penelitian ... 36

D. Peran Peneliti dalam Penelitian ... 36

E. Tahapan Intervensi Tindakan... 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 38

G. Data dan Sumber Data ... 39

H. Tehnik Pengumpulan Data ... 40

I. Instrumen Penelitian ... 40

J. Uji Instrumen ... 42

K. Teknik Pengolahan Data...47

BAB IV PEMBAHASAN ... 48

A. Profil SMAN 4 Depok ... 48

B. Pemekriksaan Keabsahan Data ... 48

C. Interprestasi Hasil Analisis ... 51

D. Analisis Data ... 76

E. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... 82

F. Keterbatasan Peneliti... 84

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA. ... 87 LAMPIRAN


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Tengah Semester BAB 4 Lingkungan Hidup Untuk

Pembangun Berkelanjutan Kelas XI IPS 2 SMA Negri 4 Depok....5

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian...33

Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data danInstrumen...39

Tabel 3.3 Klasifikasi Interprestasi N-Gain... 48

Tabel 4.1 Kegiatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran Siklus I... 53

Tabel 4.2 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti/Guru Siklus I... 54

Tabel 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I... 57

Tabel 4.4 Hasil Nilai Siklus I... 60

Tabel 4.5 Kegiatan Guru dan Siswa pada Pembelajaran Siklus II... 65

Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Peneliti/Guru Siklus II... 66

Tabel 4.7 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II... 69

Tabel 4.8 Hasil Nilai Siklus II... 73

Tabel 4.9 N-Gain Siklus I dan II... 76

Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Hasil belajar Siklus I... 76

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siklus I... 76

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Hasil belajar Siklus II... 78

Tabel 4.13 Hasil Belajar Siklus II... 78


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian...26

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Menggunakan Siklus PTK... 35

Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Siklus I... 77


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nilai Siswa Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Pra Penelitian

Lampiran 3 Lembar Observasi Pra Penelitian

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba dan Kunci Jawaban Siklus I

Lampiran 5 Uji Validasi, Reabilitas dan Tingkat Kesukaran Soal Uji

Coba Siklus I

Lampiran 6 Uji Daya Pembeda Soal Uji Coba Siklus I

Lampiran 7 Status Soal Uji Yang Digunakan Siklus I

Lampiran 8 Soal Siklus I Yang Digunakan

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I

Lampiran 10 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba dan Kunci Jawaban Siklus II

Lampiran 11 Uji Validasi, Reabilitas dan Tingkat Kesukaran Soal Uji

Coba Siklus II

Lampiran 12 Uji Daya Pembeda Soal Uji Coba Siklus II

Lampiran 13 Status Soal Uji Yang Digunakan Siklus II

Lampiran 14 Soal Siklus II Yang Digunakan

Lampiran 15 Soal Evaluasi Siklus II

Lampiran 16 RPP Siklus I

Lampiran 17 RPP Siklus II

Lampiran 18 Instrumen Penilaian Mengajar Siklus I

Lampiran 19 Instrumen Penilaian Mengajar Siklus II

Lampiran 20 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lampiran 21 Pedoman Wawancara Guru Pamong Siklus I

Lampiran 22 Pedoman Wawancara Guru Pamong Siklus II

Lampiran 23 Pedoman Wawancara Siswa


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan yang sangat penting. Karena Suatu kualitas bangsa akan terlihat dari kualitas sumber daya manusianya. Kita bisa melihat dari beberapa negara-negara maju yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang maju juga. Seperti jepang yang bisa dikatakan negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam yang menunjang, namun jepang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat di negara jepang yang memang sangat mementingkan pendidikan.

Menurut Ace Suryadi, Sejumlah ahli ekonomi pendidikan seperti Blau (1975), Psacharopoulos (1980), Henry Levin (1975) dan Douglas M. Windham (1979) melakukan sejumlah penelitian ekonomi pendidikan dengan berbagai temuan yang secara konsisten memperlihatkan bahwa pendidikan sebagai suatu bentuk investasi sumber daya manusia memiliki pengaruh yang sangat signifikan (mungkin paling besar) terhadap produktivitas industri yang pada gilirannya dapat memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara.1

Berdasarkan fakta tersebut menunjukkan bahwa pendidikan merupakan suatu investasi bagi masyarakat untuk bisa mendapatkan modal di masa depan nanti. Karena persaingan akan semakin ketat seiring memasukinya era globalisasi dimana orang-orang dari negara lain dapat mencari pekerjaan di Indonesia, dan ini menunjukkan jika pesaing tidak hanya dari masyarakat Indonesia sendiri melainkan juga dari warga negara lain.

1

Ace Suryadi, Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 224.


(16)

Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya dapat kita lihat pada Quran Surat Al Mujadallah [58] : 11 :

ْمُكال َُا ِحاسْفا ي اوُحاسْفااف ِسِلااجامْلا ِِ اوُحسافا ت ْمُكال اليِق ااذِإ اوُنامآ انيِذلا ااه ياأ اَ

ۖ

ٍتااجاراد امْلِعْلا اوُتوُأ انيِذلااو ْمُكْنِم اوُنامآ انيِذلا َُا ِعافْرا ي اوُزُشْنااف اوُزُشْنا اليِق ااذِإاو

ۖ

ا ت ااِِ َُااو

ريِباخ انوُلامْع

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu ; Berdirilah ! , maka berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha

Mengetahui.” (Q.S Al Mujadallah [58]: 11)

Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Bangsa indonesia merupakan bangsa yang memiliki mayoritas muslim terbesar didunia. Dengan penggalan ayat ini seharusnya bisa menjadi modal untuk terus mencari ilmu baik dari dunia pendidikan formal ataupun non formal. Karena ilmu merupakan bekal yang tidak akan pernah membusuk atau habis jika terus digunakan ataupun diamalkan.

Tujuan kegiatan pembelajaran dari bagian proses pendidikan adalah untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Quran Surat Az Zariyat [56]: 56 :

ِنوُدُبْعا يِل َِإ اسْنِْْااو نِْْا ُتْقالاخ ااماو

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Az Zariyat [56]: 56)

Mata pelajaran Geografi pada tingkat SMA masuk kedalam ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang fenomena-fenomena yang


(17)

3

terjadi di bumi termasuk didalamnya mengenai hubungan manusia dengan

alam. James E Preston menyatakan, “geografi adalah ilmu yang berhubungan dengan interelasi manusia dan lingkungannya”.2

Berbagai gejala yang terjadi di bumi, baik yang berasal dari alam ataupun akibat dari aktivitas manusia masuk kedalam pembahasan geografi.

Begitu besarnya cakupan materi yang dibahas pada mata pelajaran geografi ini yang membuat banyak siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Dari mulai ke dalam lapisan inti bumi, lapisan kehidupan dan sampai kelapisan udara terluar dibahas pada mata pelajaran geografi.

Menurut Chaplin, “kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila

ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi ke salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat

keterampilan berikutnya”.3

Oleh karena itu untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa tentu diperlukan sebuah stimulus untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Muhibbin Syah, Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu tetapi tidak sedikit siswa yang mengalami kejenuhan itu berkali-kali dalam periode tertentu.4

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada guru pamong untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai kondisi sekolah dan siswa. Sedangkan observasi dilakukan peneliti untuk terjun langsung mencari data mengenai kondisi sekolah dan siswa di kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pamong dengan Bapak Drs. Mawardi yang telah mengajar di SMAN 4 Depok selama kurang lebih

2

Iwan Hermawan, Geografi sebuah pengantar, ( Bandung: Private publishing, 2009) h.55

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 165.

4


(18)

8 tahun, di dapatkan informasi bahwa kondisi sekolah saat ini sudah lebih baik. Khususnya untuk sarana dan prasarana seperti gedung sekolah yang sudah diperluas dan sarana-sarana lain yang sudah cukup lengkap. Namun untuk media alat bantu mata pelajaran geografi masih kurang dan terbatas. Mengenai kondisi siswa-siswa khusus kelas dua yang beliau ajar, menurutnya siswa-siswa masih sulit untuk dikondisikan saat belajar. Namun menurut beliau kondisi ini wajar melihat usia siswa yang masih remaja. Beberapa hal dilakukan beliau untuk bisa mengkondisikan siswa-siswa dikelas seperti melakukan pendekatan dan pengenalan siswa-siswa-siswa-siswa dikelas. Saat mengajar beliau tidak sering melakukan metode-metode belajar tertentu. Hanya sesekali melakukan metode diskusi dengan melihat materi pelajaran yang menurutnya sesuai.

Berikutnya untuk observasi sekolah dan siswa yang dilakukan peneliti dengan mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan dan pengamatan sekolah diluar proses belajar mengajar. Observasi yang dlakukan adalah mengamati sarana prasarana disekolah, dimana sarana prasarana yang tersedia seperti alat bantu mata pelajaran geografi (seperti peta, globe dan lainnya) dan LCD atau infokus. Namun demikian, alat bantu pelajaran tersedia meskipun sangat terbatas.

Observasi dilanjutkan dengan pengamatan proses belajar mengajar dikelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok, dengan jumlah siswa 38 didapatkan masalah-masalah yang ada diantaranya yaitu (1) didalam kelas banyak siswa yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan belajar pada saat proses pembelajaran geografi (seperti mengobrol, memainkan handphone, memainkan laptop dan mengerjakan tugas lain). (2) kurangnya interaksi siswa pada saat belajar geografi, hal ini di sebabkan karena siswa malu untuk menjawab atau bahkan tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan. (3) pada saat guru/observer membagikan soal-soal evaluasi, terlihat kurangnya kemampuan siswa untuk menjawab soal-soal tersebut. Itu terlihat dari sikap mereka yang mengerjakan soal dengan mengobrol sesama teman sebangkunya dan lamanya waktu yang dibutuhkan siswa


(19)

5

untuk menyelesaikan soal. Hal ini dikarenakan siswa kurang paham dari materi yang telah disampaikan.

Berdasarkan hasil latihan soal-soal evaluasi yang telah dilakukan pada siswa, diperoleh data bahwa di SMA Negeri 4 Depok siswa kelas XI IPS 2 tahun pembelajaran 2013/2014 masih banyak nilai siswa yang kurang dari ketuntasan yaitu 73,00.

Tabel 1.1

Nilai Ulangan Tengah Semester Bab 4 Lingkungan Hidup Untuk Pembangunan Berkelanjutan Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Depok.

Nilai Rata-rata Kelas

Nilai di bawah 73

(%) Nilai di atas 73

(%) Jumlah Siswa

63,15 27 71% 11 29% 38

Berdasarkan tabel di atas, hanya 29% siswa yang memenuhi standar ketuntasan, sedangkan sisanya sebesar 71% siswa belum tuntas. Dari pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena pada kelas XI IPS 2 sulit untuk memahami materi yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kelas yang kurang kondusif saat pelajaran berlangsung dan siswa yang kurang aktif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil obeservasi dan hasil UTS siswa dapat dilihat kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran geografi dimana siswa-siswa dikelas sulit diatur untuk tetap fokus dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Gavin Reid menyatakan didalam bukunya, “ke

tidak mampuan mengakses materi pembelajaran dapat menjadi alasan

mengapa pembelajar tidak dapat mengendalikan diri ketika belajar”.5 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pamong dan hasil observasi yang dilakukan peneliti inilah yang menjadikan latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SMAN 4 Depok.

5


(20)

Mata pelajaran geografi kelas XI bagian BAB 5 membahas tentang pelestarian lingkungan hidup yang mencakup tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sebagian besar aspek yang dibahas dalam materi AMDAL adalah tentang dampak yang tejadi pada lingkungan akibat pembangunan proyek-proyek. Berbagai macam dampak dapat terjadi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar pembangunan.

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok dalam materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tentu perlu ditingkatkan agar siswa lebih paham terhadap materi AMDAL dan siap menghadapi zaman yang terus berkembang dengan cepat. Dimana seiring bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat disetiap tahunnya maka kebutuhan akan barang dan jasa pun juga akan terus meningkat. Hal ini jugalah yang akan mempengaruhi bertumbuhnya pembangunan seperti proyek pembangunan industri atau pembangunan yang lainnya. Dan tentu akan ada dampak dari pertumbuhan pembangunan tersebut, yang salah satunya adalah pencemaran terhadap lingkungan.

Pentingnya materi tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ini tentu perlu diberikan kepada para pelajar sebagai penerus bangsa. Karena tidak dapat dipungkiri, merekalah yang akan membangun negri ini. Sehingga dengan pembekalan materi tersebut siswa siap untuk menghadapi masa depannya setelah selesai dari Sekolah Menengah Atas (SMA).

Terkait dengan pentingnya pemahaman siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok terhadap materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) maka penulis berupaya untuk menerapkan metode pembelajaran Poin-Counterpoint pada materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang


(21)

7

dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif.

Salah satu alasan pemilihan Metode Point Counterpoint pada materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah karena metode ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format pada metode ini mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat.

Dengan penggunaan metode Point Counterpoint pada materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), guru dapat membuat skema di sebuah forum diskusi yang membahas tentang pencemaran lingkungan yang dapat terjadi akibat adanya pembangunan. Dengan begitu proses pembelajaran tidak akan terjadi teacher centered, karena siswa-siswa dikelaslah yang akan membahas materi tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dengan mengangkat isu yang kompleks dan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing dalam berjalannya proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang didapat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi metode point counterpoint terhadap peningkatan hasil belajar pada materi AMDAL (PTK Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok)..

B.

Identifikasi Masalah

Dari kenyataan di atas, peneliti mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran Siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok. Berdasarkan hasil refleksi terungkap masalah-masalah dalam pembelajaran antara lain:


(22)

2. Banyak siswa yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan belajar pada saat proses pembelajaran geografi.

3. Penerapan metode yang tidak sesuai oleh guru yang membuat siswa cenderung pasif sehingga terjadi teacher center.

4. Masih banyaknya hasil belajar siswa dibawah KKM

5. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. 6. Kurangnya interaksi siswa pada proses pembelajaran geografi.

C.

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan untuk menerapkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif sehingga tidak terjadi teacher center.

2. Penelitian difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa di atas KKM.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, Identifikasi, dan Pembatasan Masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana Implementasi Metode Point Counterpoint dalam Pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok?”


(23)

9

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi metode Point Conterpoint terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok pada materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

F.

Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan pemahaman siswa IPS pada materi pemanasan global dapat dilakukan dengan metode Point-counterpoint.

2. Manfaat Praktis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

1) Siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan

2) Siswa mendapatkan hasil pemahaman tentang materi Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berdasarkan hasil diskusi yang didapat.

b. Bagi Guru

1) Menambah inovasi strategi pembelajaran bagi guru untuk proses pembelajaran yang aktif dan efektif.

2) Mendapatkan hasil evaluasi belajar siswa dari proses belajar pembelajaran menggunakan metode Point Counterpoint


(24)

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai masukan bagi guru SMA dalam mengajarkan IPS pada materi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dengan metode Point Counterpoint.

2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi melalui metode Point Counterpoint.

3) Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan yang sejenis.

d. Bagi Peneliti

1) Dengan pelaksanaan penelitian kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.

2) Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

3) Peneliti mampu mempebaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dalam menerima suatu materi ajar.


(25)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Landasan Teori

1. Implementasi

a. Pengertian Implementasi

Di dalam bukunya Syafruddin Nurdin menyatakan, “secara sederhana implementasi bisa diartikian pelaksanaan atau penerapan”. Majoe dan Wildavsky (1979) mengemukakan,

“implementasi sebagai evaluasi”. Browne dan Wildavsky (1983) juga mengemukakan bahwa, “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. “Implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan” juga dikemukakan oleh Mclaughlin. Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa, “Implementasi merupakan sistem rekayasa”.6

Di dalam jurnalnya Nisa Cullen menyatakan, Implementasi

dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengakapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Pressman dan Wildavsky

mengemukakan bahwa : “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete” maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi,menghasilkan, melengkapi.7

Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata

Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu

implementasi tidak berdiri sendiri. tetapi dipengaruhi objek berikutnya yang dalam pembahasan ini yaitu metode ponit counterpoint.

6

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Padang: Quoantum Teaching: 2008), h. 70

7

Nisa cullen, Implementasi Kebijakan, 2013, h. 1, (www.scribd.com/doc/57310777/implementasi-adalah)


(26)

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Kaitannya dengan pembelajaran, menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Teori ini merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan Piaget, Vigotsky, dan Burner. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun contructive habits of mind.

Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.8

Menurut Bodner, konstruktivis yang pertama ialah piaget. Melalui perspektif piaget, pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru.9

Lawson menyarankan tiga tipe siklus belajar dalam belajar sains menurut model konstruktivis berpendapat betapa pentingnya peranan bahasa dalam bentuk argumentasi, terampil pula dalam menalar. Dari pengalaman mengajar selama ini, kita rasakan bahwa dengan meminta para siswa berargumentasi, kita pupuk keterbukaan dalam diri mereka, yang merupakan suatu syarat untuk memperoleh daya nalar tinggi.10

Sementara itu Driver and Bell mengungkapkan karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut, (i) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (ii) belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (iii) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi secara personal, (iv) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar, (v) kurikulum

8

Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: RajaGrafindo, 2009), h. 54

9

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), h152.

10


(27)

13

bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.11

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengkondisikan kelas dimana siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Pada prinsip teori konstruktivisme yang diungkapkan oleh Driver and Bell, dimana pada pembelajaran siswa tidak dipandang pasif, pembelajaran harus seoptimal mumgkin, pengetahuan dibangun secara personal, pembelajaran melibatkan situasi lingkungan dan kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan piaget dan Vygostsky. Bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.

Piaget dan Vygotsky mengemukakan adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar, juga mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota-anggotanya yang beragama sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun dalam pemikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif dimana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa, serta bereaksi dengan objek dan peristiwa tersebut.12

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri dalam proses pembelajaran adalah Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Hamruni, yaitu Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa kepentingan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena dalam dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam

11

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 106.

12


(28)

kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan kemampuan tingkat yang berbeda.13

Jadi, dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Dalam penyelesaian tugas, anggota saling berkerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai apabila salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran.

a. Konsep dasar strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif adalah serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.

Menurut Hamruni, ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu adanya peserta, aturan upaya belajar dalam setiap anggota kelompok dan tujuan yang akan dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokkan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan. Diantaranya didasarkan atas minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan, campuran baik ditinjau dari minat maupun dari kemampuan. Pendekatan apapun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.14

Sri Esti Waryani Djiwandono mengungkapkan, dalam situasi kerja sama setiap individu berusaha untuk memberikan sesuatu yang menguntungkan bagi individu lain maupun pada kelompoknya. Semua siswa dalam kelompok akan bekerja untuk mencapai satu hasil, dan materi-materinya dapat dibagi-bagi ke anggota-anggota kelompok. Interaksi antar pribadi dengan teman sebaya sehingga siswa dapat menikmati merupakan bagian dari proses belajar.15

13

Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 118.

14

Ibid, h. 119.

15


(29)

15

SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.

Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain., serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.16

Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Kemp mengemukakan, “bahwa strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien”.17

Dikemukakan oleh johnson dkk., struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal.18

Pembelajaran kooperatif membuat siswa didalam kelompok saling bekerja sama untuk bisa mencapai kesuksesan di kelompok itu sendiri. salah satu metode pembelajaran di dalam strategi kooperatif adalah

16

Hamruni, loc. Cit. h. 120

17

Lif Khoiru ahmadi dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 5.

18


(30)

metode point counterpoint. Dimana dalam model pembeljaran ini sangat mengandalkan kerja sama kelompok untuk mencapai kesuksesan. Karena didalam metode ini, dimana tiap kelompok memiliki perspektif yang berbeda dari pembahasan yang didiskusikan. Sehingga tiap kelompok harus bisa mempertahankan argumen mereka agar tidak kalah dari kelompok lain. Maka kerja sama kelompok sangatlah penting di metode pembelajaran point counterpoint ini.

4. Metode Pembelajaran Point Counterpoint

a. Metode Point Counterpoint

Hamruni mengungkapkan, metode Point Counterpoint merupakan Metode Pembelajaran yang mengandalkan kerja sama kelompok untuk mendiskusikan suatu masalah yang dibahas oleh kelompoknya sendiri dimana setelahnya kelompok itu akan beradu argumen, membandingkan pendapat kelompoknya dengan kelompok lain yang memiliki pandangan/perspektif yang berbeda dari suatu masalah yang dibahas dengan kelompoknya.

Pada teori Motivasi, Deutsch menjelaskan, “bahwa ketika para

siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang perli diperlakukan untuk keberhasilan

kelompok”.19

Pada teori kognitif, wadsworth mengungkapkan interaksi di antara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif akan timbul, alasan yang kurang pas

19


(31)

17

juga akan keluar dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul.20

Metode ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan lebih cepat.

b. Prosedur Metode Point Counterpoint.

Hamruni mengungkapkan beberapa langkah-langkah prosedur yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode Point Counterpoint, yaitu:

a) Pilihlah sebuah masalah yang memiliki dua perspektif (sudut pandang) atau lebih.

b) Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah perspektif yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan, mendiskusikan lasan-alasan yang melandasi sudut pandang masing-masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan partner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang kecil.

c) Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok.

d) Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta didik mempunyai kesempatan menyampaikan sebuah argumen yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju-mundur diantara kelompok-kelompok.

e) Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.21

c. Keunggulan Metode Point Conterpoint.

Sebagai metode yang mengutamakan kerja sama tim dalam berdiskusi, metode Poin Counterpoint memiliki beberapa keunggulan.

Menurut Ani Septiana, keunggulan tersebut seperti:

20

Ibid., h. 38.

21


(32)

a) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang mendebat/menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan hasil yang lebih tepat mengenai suatu masalah. b) Siswa dapat terangsang untuk menganalisis masalah didalam

kelompok, asal terpimpin sehingga analisis itu terarah pada pokok permasalahan yang dikehendaki bersama

c) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan faktadari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar/valid dan bisa dipertanggung jawabkan.

d) karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut berpartisipasi mengeluarkan suara.

e) Dapat digunakan dalam kelompok besar.22

d. Keterbatasan Metode Poin Counterpoint

Selain keunggulan, metode Point Counterpoint yang mengutamakan kerja sama tim dalam berdiskusi juga memiliki keterbatasan.

Menurut Ani septiana keterbatasan tersebut seperti: a) Terkadang tidak memperhatikan pendapat orang lain.

b) Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat.

c) Dengan tekik berdebat membatasi partisipasi kelompok, kecuali kalau diikuti dengan diskusi.

d) Karena seringnya perdebatan bisa terjadi banyak emosi yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.

e) Agar bisa terlaksana dengan baik maka perlu persiapan yang teliti sebelumnya.

5. Hasil Belajar

a. Hakekat Belajar

Suyono dan Hariyanto mengungkapkan, “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan

22 Ani Septiana, “Efektifitas Metode Point Counterpoint Dalam Pembelajaran Menemukan

Informasi Melalui Membaca Intensif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negri 2Donorojo,


(33)

19

pengokohan kepribadian”. 23 Menurut pemahaman sains konvensional,

“belajar adalah proses menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan. Kontak manusia dengan alam diistilahkan sebagai

pengalaman”.24

Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan. Definisi ini beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya untuk memperoleh pengetahuan.

Menurut Winkel, ”Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan

dan sikap”.25

Belajar dalam konteks pendidikan menurut Wolfolk & Nicolish,

“kegiatan belajar selalu harus memberikan perubahan pada subjek

yang belajar. Perubahan tersebut terjadi karena adanya pengalaman

interaksi pembelajar dengan oranglain atau dengan lingkungannya”.26 Dari beberapa definisi diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan salam diri kita adalah perubahan yang terencana dan bertujuan. Kita belajar belajar dengan tujuan sesuatu lebih dulu kita tetapkan.

b. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran, karena melalui evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat tercapai atau tidak. Evaluasi hasil belajar yang berhubungan dengan

23

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 9.

24

Ibid.

25

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2011), Cet. 3, h. 38.

26


(34)

tugas guru rutin dapat dilakukan evaluasi hasil, yang juga dapat dijadikan umpan balik.

Purwanto mengungkapkan, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.27

Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi yang dimaksud sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.28

Remmer (1967) mengemukakan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evaluasi, yaitu untuk membantu pemahaman perkembangan peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran.29

Evaluasi hasil bertujuan menilai apakah hasil belajar dicapai siswa sesuai dengan tujuan. Dengan kata lain Evaluasi hasil atau produk menilai sampai sejauh mana keberhasilan perencanaan pembelajaran dalam mengantarkan siswa kearah tujuan.

6. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

a. Pengertian AMDAL

Mursid Raharjo mengungkapkan, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.30

27

Op. Cit., h. 45.

28

Ibid., h. 46.

29

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 287.

30


(35)

21

Analisis mengenai dampak lingkungan perlu dilakukan untuk proses pembangunan. karena dengan begitu maka akan terlihat apa dampak negatif ataupun positif bagi daerah sekitar dari pembangunan proyek tersebut. Dampak itu tidak hanya dilihat dari sisi masyarakat atau penduduk yang tinggal didaerah sekitar proyek, tetapi juga dilihat dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Masriah dan Mujahid didalam bukunya mengungkapkan, dalam penjelasan Undang-undang no 4 tahun 1982 antara lain menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang semakin meningkat, mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak pula karenanya. 31

Hal semacam itu akan merupakan beban sosial, karena pada akhirnya masyarakat dan pemerintahlah yang harus menanggung beban pemulihannya. Penjelasan Undang-undang tersebut telah memberikan peringatan bagi kita semua bahwa semakin meningkatnya pembangunan dengan menggunakan teknologi yang begitu maju akan menimbulkan masalah lingkungan yang sangat kompleks.

Oleh sebab itu bagi pihak pemerintah atau pihak swasta yang akan melaksanakan pembangunan wajib dilakukan Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Masriah dan Mujahid didalam bukunya, dicantumkan dalam pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 yang berbunyi: “setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan

peraturan pemerintah”.32 b. Prakiraan Dampak

31

Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan, (Semarang: IKIP Malang, 2011), Cet. 1, h. 141.

32


(36)

Prakiraan dampak adalah salah satu langkah dalam studi AMDAL yang merupkan proses untuk menentukan dampak (sosial-budaya) yang akan terjadi.

Menurut Sudharto P. Hadi, secara ringkas dalam prakiraan dampak penelitian harus menyajikan:

1) siapa yang terkena dampak. Siapa menunjuk pada beberapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Siapa juga bisa menunjukkan satuan analisa: individu, keluarga, atau masyarakat.

2) dalam bentuk apa mereka terkena dampak. Misalnya, penduduk yang tinggal disepanjang rute menuju ke proyek akan terkena dampak dari aktivitas transportasi peralatan, aktivitas ini akan menimbulkan bising dan debu.

3) berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak bising dan debu akan berlangsung selama masa konstruksi. Penyusun studi bisa menghitung berapa lama masa konstruksi itu berjalan. 33

Dampak sosial sangat sangat tergantung pada karakteristik proyek dan kondisi sosialekonomi budaya masyarakat. Meskipun proyeknya sejenis, namun proyek itu dibangun di daerah berbeda, dampak sosial bisa berbeda.

c. Peranan Amdal

1) Peranan amdal dalam pengelolaan proyek

Untuk dapat mengetahui dimana dan sejauh mana peranan andal, RKL, RPL di dalam pengelolaan proyek terlebih dahulu harus diketahui fase-fase dari pengelolaan proyek.

Menurut Gunarwan Suratmo, pada umumnya fase-fase pengelolaan proyek dapat dibagi sebagai berikut:

a) Fase identifikasi. b) Fase studi kelayakan.

c) Fase desain kerekayasaan atau disebut juga fase rancangan.

d) Fase pembangunan proyek.

e) Fase proyek berjalan atau fase proyek beroperasi. f) Fase proyek telah berhenti beroperasi atau pasca

operasi.34

33

Sudharto P. Hadi, Aspek Sosial AMDAL, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), Ed. 2, Cet. 1, h. 62.


(37)

23

Andal merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang diisyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain studi kelayakan teknis dan studi kelayakan ekonomis, dengan melaksanakan kedua studi ini dapat saling memberikan masukan sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek tersebut, terutama dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknis atau dapat disebut sebagau penekanan dampak negatif dengan engineering approach, pendekatan ini biasanya akan dapat menghasilkan biaya pengolaan dampak yang murah.35

Menurut Gunawan Suratmo, bagian dari Andal yang dikaji dalam bidang teknis dan ekonomis proyek adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama sumber daya diperlukan proyek tersebut seperti air, energi, tenaga manusia, sarana dan prasarana angkutan dan lain sebagainya, serta bahaya-bahaya alam apa yang dapat mengancam proyek.36

2) Peranan Amdal bagi pemerintah

Menurut Gunawan Suratmo, salah satu tugas dari pemerintah dalam mengarahkan dan mengawasi pembangunan adalah menghindarkan dampak negatif dari proyek pembangunan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam disamping menghindarkan pula terjadinya perselisihan yang dapat timbul antara proyek dengan proyek pembangunan lainnya.

Keputusan yang dapat diambil ialah:

34

Gunarwan Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), Cet. 11, h. 14.

35

Ibid.

36


(38)

a) proyek tidak boleh dibangun

b) proyek boleh dibangun sesuai dengan usulan (tanpa persyaratan).37

3) kegunaan Amdal bagi pemilik modal

Untuk membangun proyek modal yang dipinjam dari bank, baik bank nasional atau bank internasional seperti Bank Dunia (Word Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) akan diminta laporan Amdal sebagai persyaratannya. Untuk bank internasional biasanya setiap permintaan pinjaman diminta penyertaan laporan Andal. Bank nasionalpun akan memintakan Andal pula terutama untuk proyek-proyek yang besar. Dengan demikian Andalpun bermanfaat bagi pemilik modal. 38

Menurut Gunawan Suratmo, Keuntungan laporan Amadal biasanya dirumuskan sebagai berikut:

a) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan pada proyek dapat mencapai tujuan dari misi bank dalam membantu pembangunan atau pemilik modal yang memberikan pinjaman

b) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar kembali oleh proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang

c) Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengan misinya

d) Pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal

e) Menghindari duplikasi dari proyek-proyek lain yang tidak perlu

f) Dan lain sebagainya.39

4) Kegunaan bagi masyarakat

37

Ibid., h 16

38

Ibid., h. 21

39


(39)

25

Menurut Gunawan Suratmo, kegunaan amdal bagi masyarakat yaitu seperti:

a) Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, hingga dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupan apabila diperlukan

b) Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek dibangun hingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut

c) Turut serta dalam pembangunan didaerah sejak dari awal, khususnya didalam memberikan masukan informasi-informasi ataupun ikut langsung dalam membangun dan menjalankan proyek

d) Pemahaman hal ihwal mengenai proyek secara jelas akan ikut menghindarkan timbulnya kesalahpahaman, hingga dapat menggalang kerja sama yang saling menguntungkan

e) Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut menjaga dan mengelola kualitas lingkungan

f) Dan lain sebagainya40

40


(40)

B.

Kerangka Berpikir

C. Te

Teori Belajar: !. Behaviorisme

a) Objek psikologi adalah tingkah laku. b) Semua bentuk tingkah

laku dikembalikan kepada reflek. c) Mementingkan

terbentuknya kebiasaan. John B. Watson:

pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima.

2. Kognitif

a) Stimulus b) Respon

c) Berfikir kompleks Kategori Teori Kognitif: a) Teori Pembangunan b) Teori elaborasi

kognitif. 3, Humanisme Kolb:

a) Pengalaman kongkret b) Pengalaman aktif dan

relektif c) Konseptualisasi d) Eksperimentasi 4. Kontruktivisme: Jean piaget a) Kemampuan mengkonstruk/memban gun

Driver and Bell a. pembelajaran siswa

tidak dipandang pasif,

b. pembelajaran harus seoptimal mumgkin,

c. pengetahuan dibangun secara personal,

d. pembelajaran melibatkan situasi lingkungan dan

e. kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif Point Counterpoint STAD Struktural Jigsaw Group Investigasion Number Head Togather Peningkatan Hasil Belajar Pembelajaran Aktif Pembelajaran Efektif dan Efisien Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Penelitian

H amr u n i Je an P ia g et D ri v er a n d B el l


(41)

27

C.

Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Skripsi

a) Amiruddin Yusuf

Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin Yusuf

dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris Melalui Kartu Identitas Dengan Metode

Point-Counter-Point Pada Siswa Kelas Ix-A Mts.

Nahdlotushshibyan Wonoketingal Demak Tahun Ajaran

2011/2012.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas sebesar 58,03 dan belum mencapai nilai rata-rata ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 11,71 atau sebesar 15,34% bila dibanding siklus I. Hasil nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II, yaitu sebesar 76,34 atau dalam kategori baik. Peningkatan yang terjadi dari kondisi awal ke siklus II sebesar 18,31 atau 23,98%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, simpulan yang dapat diambil adalah keterampilan menulis iklan baris siswa kelas IX-A MTs. Nahdlotushshibyan Wonoketingal, Demak mengalami peningkatan dan perubahan tingkah laku yang lebih positif setelah mengikuti proses pembelajaran dengan metode

point-counterpoint.41

Pada hasil penelitian ini metode Point Counterpoint dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis iklan baris. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang saya lakukan adalah pada penelitian ini fokus upaya peningkatan ada pada keterampilan siswa dalam menulis iklan baris, sedangkan pada penelitian yang saya lakukan pada fokus penelitiannya adalah hasil belajar dari suatu materi.

b) Ani Septiana

Penelitian yang dilakukan oleh Ani Septiana dengan

judul “Efektivitas Metode Point Counter Point dalam Pembelajaran Menemukan Informasi Melalui Membaca Intensif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Donorojo,

41

Amiruddin Yusuf, Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris Melalui Kartu Identitas Dengan Metode Point-Counter-Point Pada Siswa Kelas Ix-A Mts. Nahdlotushshibyan Wonoketingal Demak Tahun Ajaran 2011/2012, september 2011.


(42)

Jepara Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi. Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dan metode pada penelitian ini adalah eksperimen. Dari hasil analisis data, hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung =

4,43. Dengan dk = 67 dan taraf nyata α = 5% dari daftar

distribusi t diperoleh ttabel = 2,002. Karena thitung > ttabel (4,43>2,002) sehingga bunyi hipotesisnya adalah diterima dan data yang diperoleh adalah signifikan. Jadi dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima, yaitu metode point counter point efektif dalam pembelajaran menemukan informasi melalui membaca intensif pada siswa kelas VIII SMP N 2 Donorojo, Jepara tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan keefektifan metode point counter point, siswa mampu mencari argumentasi yang kuat untuk memecahkan permasalahan dari teks bacaan dengan berdiskusi serta mendapatkan pemahaman lebih mendalam.42

Persamaan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah mengaktifkan siswa dalam mencari informasi untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan metode point counterpoint membuat siswa turut aktif berargumen dari informasi-informasi yang didapat untuk memecahkan masalah yang dibahas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah fokus penelitian ini adalah meningkatkan ke efektifan siswa sedangkan fokus penelitian yang saya lakukan adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Thesis

a) Ulin Nuha Rosyada

Penelitian yang dilakukan oleh Ulin Nuha Rosyadi

dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran

Active Learning Tipe Point Counterpoint”. Thesis. UIN

Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran

active learning tipe point-counterpoint terhadap prestasi belajar biologi dan partisipasi siswa pada materi pokok

42

Ani Septiana, Efektivitas Metode Point Counter Point dalam Pembelajaran Menemukan Informasi Melalui Membaca Intensif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Donorojo, Jepara Tahun Ajaran 2012/2013, juni 2013


(43)

29

pengaruh manusia di dalam ekosistem siswa kelas VII MTs. Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Point-Counterpoint tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat prestasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil uji t pada nilai postest untuk kedua kelas diperoleh Sig. (2-tailed) 0.960 pada signifikasi taraf nyata 5% yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Sedangkan untuk variabel partisipasi, metode Point-Counterpoint

berpengaruh positif terhadap partisipasi belajar siswa berdasarkan hasil nilai kategori baik pada kelas kontrol sebanyak 8 siswa atau 25%, sedangkan kelas eksperimen sebanyak 21 siswa atau 65.5% . 43

Pada penelitian ini didapatkan jika metode Point Counterpoint

tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa namun terdapat pengaruh yang signifikan terhadap partisipastif siswa dalam proses pembelajaran. Pada penelitian yang saya lakukan partisipatif siswa juga akan ditingkatkan dengan penggunaan metode Point Counterpoint

dalam proses pembelajaran dan juga diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Mutiara Fitriyanti

Penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Fitriyanti

dengan judul ”Penerapan Teknik Point Counterpoint Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah : Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Xi Bahasa S a Negeri 1 Cia jur”. Thesis. U iversitas Pendidikan Indonesia. Masalah utama yang dibahas dalam thesis ini adalah bagaimana menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Agar permasalahan tersebut tidak meluas. Metode yang digunakan oleh peneliti saat berlangsungnya proses penelitian adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Taggart.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik Point

43

Ulin Nuha Rosyadi, Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Point Counterpoint, May 2012


(44)

Counter Point dapat digunakan sebagai salah satu solusi alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran sejarah yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dilihat dari ketercapaian indikator-indikator kemampuan berpikir kritis yang muncul ketika proses penerapan teknik Point Counter Point, indikator-indikator tersebut diantaranya: Memfokuskan Pertanyaan; b) Menganalisis Argumen; c) Bertanya dan Menjawab Pertanyaan; d) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak; e) Membuat dan menentukan hasil pertimbangan; f) Mengidentifikasi istilah dan pertimbangan suatu definisi; g) Berinteraksi dengan orang lain.44

Fokus penelitian ini adalah usaha untuk meningkatkan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran sejarah dengan menerapkan metode point counterpoint. Beberapa hal yang bisa diambil dari penelitian ini adalah metode point counterpoint selain bisa meningkatkan berpikir kritis siswa juga dapat mengkondisikan kelas menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini juga menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, sama seperti penelitian yang saya lakukan.

3. Jurnal

a) Armilia Miza dan Rika Afriyanti

Penelitian ini dilakukanoleh Armilia Miza dan Rika

Afriyanti dengan judul “The Effect Of Point-Counterpoint Strategy

Toward Students’ Speaking Achievement A Study At The Eleventh

Grade Students Of Sman 1 Sungai Geringging”. Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari strategi belajar

Point-Counterpoint dalam pengajaran Bahasa Inggris khususnya

speaking skill. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dua klasifikasi (group). Grup satu sebagai kelas penelitian atau kelas eksperimen diberikan perlakuan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan Point-Counterpoint strategy dan kelas kontrol menggunakan Pair work Strategy. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebanyak delapan kali pertemuan. Materi yang diajarkan berkaitan dengan jenis teks.

44

Mutiara Fitriyanti, Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah : Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Xi Bahasa Sma Negeri 1 Cianjur, Februari 2014.


(45)

31

Instrument yang digunakan adalah speaking test. Peneliti melakukan try out ke kelas lain sebelum melakukan post test. Selanjutnya post test diberikan kepada kelas eksperimen dan kontrol. Post test digunakan untuk melihat peerbedaan nilai yang didapat dari kedua kelas yaitu pada kelas eksperimen dan kontrol. Hasil analisis pada penelitian ini di dapat rata-rata hasil test pada kelas eksperimen 69,34 dan standar deviasi 11,19. Dan rata-rata kelas kontrol 63,1 dan standar deviasi 10,63. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji t-table, setelah dilakukan pengujian diperoleh t-calculated 2,86 lebih besar dari t-table 1,645, maka hipotesis pada penelitian ini diterima.45

Fokus pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan speaking skill pada pelajaran bahasa inggris. Persamaan pada penelitian ini adalah penerepan metode point counterpoint terhadap peningkatan hasil belajar. Pada penelitian ini hasil belajar pada kelas penelitian yang menggunakan metode point counterpoint dapat meningkatkan hasil belajar. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah metode penelitian dimana pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen sedangkan yang saya lakukan adalah penelitian tindakan kelas.

b) Agung Widodo dan Runtut Prih Utami

Penelitian yang dilakukan oleh Agung Widodo dan Runtut Prih Utami dengan judul “Penggunaan Strategi Point Counterpoint

Melalui Media Compact Disc (Cd) Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem

Reproduksi Di Sma Negeri 1 Banguntapan”. Jurnal. Penelitian

bertujuan untuk: (1) mengetahui keterlaksanaan penggunaan strategi point counter point melalui media compact disc (CD) interaktif pada proses pembelajaran biologi di kelas XI IA 1 SMA N 1 Banguntapan; (2) mengetahui banyaknya siklus pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas XI IA 1 SMA N 1 Banguntapan; dan (3) mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IA 1 SMA N 1 Banguntapan dengan menggunakan media compact disc (CD) interaktif melalui strategi point counter point pada

45

Armilia Miza dan Rika Afriyanti dengan judul, The Effect Of Point-Counterpoint Strategy

Toward Students’ Speaking Achievement A Study At The Eleventh Grade Students Of Sman 1 Sungai Geringging, Juni 2012.


(46)

materi sistem reproduksi manusia. Model penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom ActionResearch/CAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran menggunakan strategi point counter point melalui media compact disc (CD) interaktif dapat terlaksana di kelas XI IA 1 SMA N 1 Banguntapan; (2) Siklus pembelajaran yang dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sebanyak 2 siklus; dan (3) strategi point counter point melalui media compact disc (CD) interaktif dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 26% pada siklus II. Rata-rata nilai post-tes siklus I adalah 7,77, dan rata-rata nilai post-tes siklus II adalah 8,13. Jadi, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari tiap siklusnya dengan effect sizesebesar 0,36.46

Fokus penelitian ini adalah penerapan metode point counterpoint

untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa melalui media compact disc. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan metode

point counterpoint dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan adalah penerapan metode point counterpoint terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dan dalam pelaksanaanya menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

D.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan

untuk penelitian tindakan kelas ini adalah “Implementasi Metode Point Counterpoint dalam Pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi AMDAL siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok”.

46

Agung Widodo dan Runtut Prih Utami, Penggunaan Strategi Point Counterpoint Melalui Media Compact Disc (Cd) Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Di Sma Negeri 1 Banguntapan. April 2011.


(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan penelitian di SMAN 4 Depok. Penelitian hanya di terapkan kepada siswa kelas XI IPS 2. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2013/2014, semester 2.

Tabel 3.1

Tahapan Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Des

1. Penyusunan Proposal 2. Pengumpulan

Proposal

3. Seminar Proposal 4. Revisi Proposal 5. Pengumpulan

Revisi Proposal 6. Bimbingan Bab 1-3 7. Penyusunan Surat

Izin ke lapangan

8. Penelitian ke

lapangan 9. Pengolahan Data 10. Penyusunan bab

4-5

11. Sidang Munaqosah 12. Revisi Skripsi


(48)

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Menurut Suharsimi Arikunto,

“penelitian tindakan kelas harus menyangkut upaya guru dalam bentuk

proses pembelajaran. Selain itu penelitian tindakan kelas bukan hanya sekedar mengajar, tetapi juga harus ada upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya. Ide yang dicobakan dalam penelitian tindakan harus cemerlang dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan

lebih baik dari biasanya.”47

Penelitian ini dikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas.

Pada penelitian tindakan ini akan digunakan model pembelajaran

Point Counterpoint dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang telah dirancang yang disajikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian

Peneliti akan melakukan sebanyak 2 siklus yang setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yakni perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Berikut ini gambaran dari siklus PTK

47


(49)

35

Kerangka Pemikiran Menggunakan Siklus PTK Menurut Suhardjono

Gambar 3.1 kerangka pemikiran menggunakan siklus PTK.48

Menurut Suhardjono siklus pertama dilakukan untuk mengetahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama. Dan pada siklus kedua ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk menguatkan hasil juga untuk perbaikan dari tindakan terdahulu yang ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung

48

Suharsini Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi askara, 2012), cet. 11, h. 74.


(50)

dari kepuasan peneliti sendiri, namun sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.49

C.

Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa SMAN 4 Depok kelas XI IPS 2 semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah 38 orang siswa kelas XI IPS 2, yang terdiri dari 19 perempuan dan 19 laki-laki.

D.

Peran Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dengan cara Partisipatif. Cara ini digunakan peneliti agar data yang diinginkan dapat diperoleh sesuai dengan yang dimaksud peneliti. Partisipatif maksudnya adalah peneliti terlibat langsung (menjadi guru) dan berperan sebagai observer dalam penelitian.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dalam pertemuan mengikuti siklus rancangan penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah tahapan-tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada penelitian, yaitu:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah mempersiapkan desain metode diskusi, yaitu:

1) Mempersiapkan sebuah masalah yang mempunyai beberapa perspektif (sudut pandang).

2) Menentukan beberapa pesrpektif mengenai amdal (pemerintah, pemilik proyek, pemilik modal, masyarakat, pelaksana amdal dan peneliti).

3) Mempersiapkan name tag sebagai penanda penentuan perspektif bagi tiap kelompok (name tag merah: pemerintah, name tag

kuning: pemilik proyek, name tag hijau: pemilik modal, name tag

49


(51)

37

hitam: masyarakat, name tag putih: pelaksana amdal dan name tag

biru: peneliti)

4) Mempersiapkan media dan alat seperti power poin, infokus dan leptop.

5) Membuat lembar observasi untuk melihat aktifitas diskusi siswa dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan

Adapun langkah-langkah pembelajaran pada pelaksanaan tindakan ini adalah:

1) Tahap pendahuluan dengan rincian sebagai berikut:

a) Mensosialisasikan kepada siswa tentang metode point counterpoint

b) Membentuk kelompok siswa yang telah direncanakan c) Menjelaskan prosedur dalam pelaksanaan point counterpoint

d) Memberikan kegiatan awal berkaitan dengan materi yang akan diajarkan

2) Tahap pengembangan dengan rincian sebagai berikut:

a) Membagi enam kelompok, dimana masing-masing kelompok memiliki ketua kelompok.

b) Tiap kelompok memiliki perspektif yang berbeda dengan kelompok lain mengenai materi Amdal yang akan di diskusikan.

3) Tahapan penerapan dengan rincian sebagai berikut:

a) Masing-masing ketua kelompok mengambil secara acak pita berwarna yang akan menentukan perspektif kelompok mereka yang akan di diskusikan.

b) Masing-masing kelompok mendiskusikan dengan sesama teman sekelompoknya mengenai Amdal disesuaikan dengan perspektif yang sudah ditentukan sebelumnya.

c) Masing-masing kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok mengungkapkan/mempresentasikan hasil diskusi mereka


(52)

mengenai Amdal yang disesuaikan dengan perpektif yang telah ditentukan.

d) Setelah seluruh kelompok mengungkapkan/mempresentasikan pendapatnya, kelompok lain boleh memberi sanggahan terhadap hasil ungkapan/presentasi dari kelompok lainnya. e) Menyimpulkan kegiatan diskusi dengan isu-isu Amdal yang

berkembang saat ini.

c. Observasi

Kegiatan pengamatan terhadap semua aspek yang terjadi selama tindakan dilakukan dengan continue setiap kali pembelajaran berlangsung. Di dalam pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas diskusi siswa dan kegiatan guru/peneliti dalam mengolah kelas saat pembelajaran oleh observer.

d. Evaluasi dan Refleksi

Tahap ini mengkaji kekurangan dari tindakan yang telah diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat efesiensi waktu dan kemampuan siswa dalam mempresentasikan dan menanggapi permasalahan. Selain itu peneliti mengevaluasi hasil belajar yang diperoleh setelah pembelajaran. Peneliti ingin melihat perubahan atau peningkatan hasil belajar akibat penggunaan metode point counterpoint yang diberikan pada pembelajaran Amdal di kelas XI IPS 2. Apakah terjadi perubahan atau peningkatan dari hasil belajar setelah penggunaan metode point couterpoint atau hasil belajar justru merendah dari hasil belajar sebelum penggunaan metode point counterpoint. Jika hasil masih belum sesuai dengan yang diharapkan pada siklus 1, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Intervensi tindakan pada penelitian ini adalah berupa penggunaan metode pembelajaran Point Counterpoint dalam pelajaran geografi materi


(53)

39

AMDAL. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif geografi siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran, yakni sebanyak 85% siswa dapat mencapai kriteria kelulusan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada materi pelajaran di SMAN 4 Depok yakni sebesar 73. Menurut Ahmad Sofyan dan Kawan-kawan, “kelas dinyatakan tuntas belajar jika siswa yang tuntas belajar mencapai minimal 85%”.50

Diharapkan siswa telah mencapai KKM pada siklus pertama penelitian dan akan dilanjutkan kesiklus kedua jika dalam siklus pertama belum mencapai KKM.

G.

Data dan Sumber Data

Jenis Data yang dikumpulkan adalah hasil tes sebelum perlakuan (pre test) dan hasil tes sesudah perlakuan (post test) oleh siswa, aktivitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran, dan hasil wawancara dari beberapa sempel subjek yang diteliti.

Tabel. 3.2 Jenis Data, sumber Data dan Instrumen

Data Sumber Data Instrumen

Hasil pre test dan post test

Siswa Tes objektif

Aktivitas siswa & guru/peneliti ketika proses pembelajaran

Siswa & guru/peneliti Lembar observasi (Siswa & Guru)

Persepsi siswa & guru pamong tentang ke efektifan metode point counterpoint.

Siswa & Guru pamong

Pedoman Wawancara (Siswa & Guru)

Foto-foto kegiatan Siswa Dokumentasi

50

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.102.


(54)

H.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, data merupakan bagian terpenting karena tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data. Oleh karena itu terdapat beberapa teknik pengumpulan data agar mendapatkan data yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara dan tes (pret test dan Post test)

1. Teknik observasi partisipatif.

Menurut Sugiyono, “Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya”.51 Yang akan diobservasi meliputi tingkah laku siswa selama pembelajaran dan suasana kelas saat berjalannya diskusi. Observasi dilakukan selama penelitian berlangsung dilaksanakan oleh observer dan guru pamong dalam pembelajaran dengan lembar observasi.

2. Teknik Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono, “statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku umum atau generalisasi”.52

Tes hasil belajar yang akan dilakukan berupa pre test dan post test. Pre test diberikan kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan awal, sedangkan post test diberikan untuk melihat tingkat pemahaman siswa setelah proses

I.

Instrumen Penelitian

1. Lembar observasi (siswa dan guru)

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Lembar

51

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 204.

52


(55)

41

observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

Pada lembar obvservasi siswa untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan indikator-indikator pendekatan pembelajaran Point Counterpoint.

Lembar observasi guru untuk melihat aktivitas guru/peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung. aktivitas guru mengenai bagaimana menyampaikan prosedur pelaksanaan metode point counterpoint,

penyampaian materi awal yang akan dibahas, dan

mengatur/memoderatori jalannya pembelajaran. 2. Tes hasil belajar

Tes adalah alat untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar siswa, tes yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan pada sebelum pelaksanaan metode point counterpoint (pre tes) dan setelah pelaksanaan metode poin counterpoint (post tes). Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda, meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4).

3. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa. Wawancara dilakukan kepada guru pamong mata pelajaran geografi yang ikut serta dalam pelaksanaan penelitian sebagai penilai berjalannya penelitian. Sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan dengan beberapa sampel subjek penelitian, yaitu 6 siswa kelas XI IPS 2 SMAN 4 Depok. sampel subjek yang diambil adalah tiap ketua kelompok diskusi.

Wawancara yang dilakukan kepada guru adalah untuk mencari informasi tentang pandangan guru dari jalannya penerapan metode

Point Counterpoint yang telah diberikan. Sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan untuk mencari informasi secara mendalam


(56)

tentang pandangan/perspektif mereka dari jalannya metode Point Counterpoint yang telah diterapkan.

4. Dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan untuk memberikan bukti dilapangan dari kegiatan-kegiatan dan kondisi siswa saat prapenelitian dan pada saat penelitian berlangsung.

J.

Uji Instrumen

Instrumen yang baik (baik tes maupun non tes) harus valid dan reliabel. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur

1. Pengujian Validitas Instrumen

a) Untuk instrumen lembar observasi dan wawancara Pengujian Validitas Konstrak (contruct validity)

Dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts).

Para ahli diminta pendapatnya tentang isntrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total.53

Pada lembar observasi dilakukan validitas konstrak kepada Dosen pembimbing dan guru pamong untuk dimintai penilaiannya terhadap bentuk lembar observasi yang telah dibuat peneliti. Baik pada lembar observasi aktivitas peneliti yang di isi oleh guru pamong ataupun lembar observasi aktivitas siswa yang di isi oleh peneliti sendiri.

Validitas Konstrak pada pedoman wawancara dilakukan kepada dosen pembimbing yang digunakan untuk mewawancarai guru pamong dan beberapa siswa terpilih untuk dimintai pendapatnya dari terlaksananya metode point counterpoint ini.

53


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar PKN melalui pembelajaran Kooperatif metode point counter point pada siswa Kelas IV MI Mathla’ul Anwar Benda Baru Pamulang

0 13 136

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

0 2 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

0 5 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POINT COUNTERPOINT (DEBAT PENDAPAT) Peningkatan Kemampuan Berdiskusi IPS Melalui Penerapan Strategi Point Counterpoint (Debat Pendapat) Pada Siswa Kelas IV S

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI POINT COUNTERPOINT (DEBAT PENDAPAT) Peningkatan Kemampuan Berdiskusi IPS Melalui Penerapan Strategi Point Counterpoint (Debat Pendapat) Pada Siswa Kelas IV S

0 1 15

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI Penerapan Metode Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Da

0 0 10

PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI SIKAP PEDULI LINGKUNGAN PADA MATERI SUMBER DAYA ALAM KELAS XI IPS SMAN 1 SIANTAN.

0 1 1

POINT PENTING MATERI BIOLOGI KELAS XI IPA | INFO SMAN 2 MENGGALA KELAS XI SUWARNO

0 10 212

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMAN 10 PONTIANAK

0 1 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER I MATERI KONTROL DIRI MELALUI METODE POINT COUNTERPOINT PADA SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

0 0 130