11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Implementasi
a. Pengertian Implementasi Di dalam bukunya Syafruddin Nurdin menyatakan, “secara
sederhana implementasi bisa diartikian pelaksanaan atau
penerapan ”. Majoe dan Wildavsky 1979 mengemukakan,
“implementasi sebagai evaluasi”. Browne dan Wildavsky 1983 juga mengemukakan bahwa,
“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan
”. “Implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan
” juga dikemukakan oleh Mclaughlin. Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert 1986
bahwa, “Implementasi merupakan sistem rekayasa”.
6
Di dalam jurnalnya Nisa Cullen menyatakan, Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil akibat melengakapi dan
menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana alat untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang
bersifat praktis terhadap sesuatu. Pressman dan Wildavsky
mengemukakan bahwa : “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete
” maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi.
7
Pengertian-pengertian ini
memperlihatkan bahwa
kata Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu
implementasi tidak berdiri sendiri. tetapi dipengaruhi objek berikutnya yang dalam pembahasan ini yaitu metode ponit counterpoint.
6
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, Padang: Quoantum Teaching: 2008, h. 70
7
Nisa cullen, Implementasi Kebijakan, 2013, h. 1, www.scribd.comdoc57310777implementasi- adalah
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Kaitannya dengan
pembelajaran, menurut
teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh
pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Teori ini merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan Piaget,
Vigotsky, dan Burner. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme
adalah suatu
proses pembelajaran
yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun
konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang
bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun contructive habits of mind.
Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
8
Menurut Bodner, konstruktivis yang pertama ialah piaget. Melalui perspektif piaget, pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi
selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru.
9
Lawson menyarankan tiga tipe siklus belajar dalam belajar sains menurut model konstruktivis berpendapat betapa pentingnya
peranan bahasa dalam bentuk argumentasi, terampil pula dalam menalar. Dari pengalaman mengajar selama ini, kita rasakan bahwa
dengan meminta para siswa berargumentasi, kita pupuk keterbukaan dalam diri mereka, yang merupakan suatu syarat
untuk memperoleh daya nalar tinggi.
10
Sementara itu
Driver and
Bell mengungkapkan
karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut, i siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan, ii belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, iii pengetahuan bukan sesuatu
yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi secara personal, iv pembelajaran
bukanlah transmisi
pengetahuan, melainkan
melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar, v kurikulum
8
Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: RajaGrafindo, 2009, h. 54
9
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2006, h152.
10
Ibid., h. 153.
bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
11
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengkondisikan kelas dimana siswa untuk turut aktif dalam
proses pembelajaran. Pada prinsip teori konstruktivisme yang diungkapkan oleh Driver and Bell, dimana
pada pembelajaran siswa tidak dipandang pasif, pembelajaran harus seoptimal mumgkin,
pengetahuan dibangun secara personal, pembelajaran melibatkan situasi lingkungan dan kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran.
3. Pembelajaran Kooperatif