Teori Belajar Konsep Belajar dan Pembelajaran

22 2. Diferensiasi Progregsif Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetail. 3. Belajar Super ordinat Belajar super ordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajartersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal baru. 4. Penyesuaian Integratif Nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. b. Teori belajar kontruktivisme, belajar adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Pembelajaran konstruktivisme membiasakan siswa untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mencari dan menemukan ide-ide dengan mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Teori belajar 23 konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diiingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna meallui pengalaman nyata Baharuddin, 2007: 116. Menurut teori belajar konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar Herpratiwi, 2009: 72. Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Piaget merupakan psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif anak tergantung pada seberapa jauh mereka memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan perkembangan 24 kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak seimbangan dan keadaan keseimbangan Herpratiwi, 2009: 79. Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky yaitu belajaradalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lehih tinggi dan esensi berkaitan dengan lingkungan sosial budaya Elliot, 2003: 52. Seperti Piaget, Vygotsky juga menyatakan bahwa anak secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Bedanya ialah bahwa Piaget lebih menekankan interaksi anak dengan objek fisik dalam proses konstruksi pengetahuan, sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya konteks sosial. Konteks sosial mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, berperilaku dan berprilaku. Konteks sosial meliputi seluruh lingkungan dimana anak tinggal yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh kultur masyarakatnya Herpratiwi, 2009: 82. Inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar, metode ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Prinsip- prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme telah melahirkan berbagai macam model-model pembelajaran diantaranya adalah discovery learning. Pendekatan ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning Baharuddin, 2007: 128. 25 Menurut Glaserfeld pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang mempunyai pengetahuan guru kepikiran orang yang belum punya pengetahuan siswa. Bahkan bila guru bermaksud untuk mentransfer konsep, ide dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa sendiri dengan pengalaman mereka Herpratiwi, 2009: 83. Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme Driver dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut. 1. Siswa tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, 2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, 3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, 4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, 5. Kurikulum bukanlah sekedar siswa melainkan seperangkat pembelajaran materi dan sumber Herpratiwi, 2009: 80. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Aliran konstruktivisme ini merupakan yang paling mendekati dan bertalian dengan sistem pembelajaran pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan. Aliran konstruktivistik menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya 26 melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Peran seorang guru disini adalah sebagai mediator dan fasilitator. Guru menyediakan dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka mengekspresikan gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa untuk berpikir secara produktif serta memberi semangat belajar. Berdasarkan pengertian-pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat diketahui bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan melalui interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukandengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran tercapai maka proses belajar mengajar tersebut dapat dikatakan berhasil. c. Teori belajar behaviorisme Teori belajar behaviorisme menurut Skinner yaitu suatu pembelajaran dianggap perlu dalam mendasari sebuah penelitian mengikuti perkembangan psikologi dari segi jasmaniah dan aspek mental peserta didik. Teori Behaviorisme Skinner ini sesuai dengan model pembelajaran Value Clarification Technique VCT yang akan diterapkan, karena model pembelajaran Value Clarification Technique VCT ini akan membiasakan siswa untuk belajar menanamkan nilai keterampilan sosial. Sehingga siswa tidak hanya mengejar hasil belajar semata tetapi membiasakan siswa untuk lebih kritis dan lebih mempunyai keterampilan sosial. 27 Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adaya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menujukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara –cara tertentu, untuk membantu belajar siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut Budiningsih, 2005:20. Berdasarkan teori di atas, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon yang bisa diamati hanyalah stimulus dan respon. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

2.2 Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari adalah model pembelajaran konvensional. Model ini sebenarnya kurang baik untuk kita gunakan sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran konvensional yang biasa digunakan biasanya terdiri dari metode ceramah dan penugasan Ali, 2007: 34. 28 Menurut Aunurrahman, 2009: 55 mengatakan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan penyajian pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru dari pada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran Djamarah, 2010: 97. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah cara mengajar yang menuntut keaktifan guru untuk menyajikan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sintaks model pembelajaran konvensional, yaitu: 1 guru menyampaikan materi secara lisan, 2 guru mengadakan tanya jawab kepada siswa secara individual, 3 guru memberikan tugas kepada siswa secara individual, 4 secara bersama-sama membahas tugas, 5 guru dan murid menyimpulkan materi, 6 pemberian evaluasi. Menurut Djamarah 2010: 78, metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan. 29 Pembelajaran pada metode konvesional, peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik. Yang sering digunakan pada pembelajaran konvensional antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan. Secara umum menurut Djamarah, 2010: 67 menyebutkan ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut: 1. Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai standar. 2. Belajar secara individual. 3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. 4. Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan. 5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. 6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. 8. Interaksi di antara peserta didik kurang. 9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Namun perlu diketahui bahwa pembelajaran dengan model ini dipandang cukup efektif atau mempunyai keunggulan, terutama: 1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain 2. Menyampaikan informasi dengan cepat 3. Membangkitkan minat akan informasi 4. Mengajari peserta didik yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan 30 5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran model ini, menurut Putra 2005: 90 antara lain sebagai berikut: 1. Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik. Tugas guru adalah memberi dan tugas peserta didik adalah menerima. 2. Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Peserta didik merupakan penerima pengetahuan yang pasif. 3. Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan peserta didik. 4. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses. 5. Memacu peserta didik dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu peserta didik bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang. Metode lainnya yang sering digunakan dalam metode konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori ini seperti ceramah, di mana kegiatan pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi bahan pelajaran. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama peserta didik berlatih menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal. Menurut Suherman 2001: 21, mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah peserta didik mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran peserta didik lebih

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 63

PEMBELAJARAN TARI HALIBAMBANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG

0 12 75

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS DAN NHT UNTUK MENINGKATKAN LIFE SKILL SISWA DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 8 95

PEMBELAJARAN TARI HALIBAMBANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG

0 7 73

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA Efektivitas Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII H SMP Negeri 1 Bendosari Sukoharjo Tahun Pela

0 6 17

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Neg

0 3 16

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP

0 6 9

Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMP.

1 1 27

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IX-5 SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG Wahyudin SMP Negeri 14 Bandar Lampung ABSTRACT - View of Meningkatkan Hasil Belajar PKN dengan Model Pembelajaran Inkuiri pada Siswa Kelas

0 0 9

Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMP

1 5 13