Model Pembelajaran Konvensional TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
30 5.
Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran model ini, menurut Putra 2005: 90 antara
lain sebagai berikut: 1.
Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik. Tugas guru adalah memberi dan tugas peserta didik adalah menerima.
2. Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Peserta
didik merupakan penerima pengetahuan yang pasif. 3.
Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan peserta didik. 4.
Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses. 5.
Memacu peserta didik dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu peserta didik bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang
menang.
Metode lainnya yang sering digunakan dalam metode konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori ini seperti ceramah, di mana kegiatan pembelajaran
terpusat pada guru sebagai pemberi informasi bahan pelajaran. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Peserta
didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama peserta didik berlatih menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum mengerti.
Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal.
Menurut Suherman 2001: 21, mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep
bukan kompetensi, tujuannya adalah peserta didik mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran peserta didik lebih
31 banyak mendengarkan. Di sini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang
dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer ilmu, sementara peserta didik lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Menurut Sanjaya 2006: 45 memandang pembelajaran ekspoisitori adalah proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru membelajarkan materi
kepada peserta didiknya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik lebih banyak sebagai penerima. Sistem pembelajaran
konvensional faculty teaching cenderung kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian pesat. Di samping itu sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus
intensif menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru. Selanjutnya menurut Sagala, 2009: 66, menyatakan pembelajaran dikatakan
mengggunakan pendekatan konvensional apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi murid- muridnya.
2. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat sangat kecil
3. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa depan,
bukan sebagai peningkatan kompetensi peserta didik di saat ini. 4.
Penekanan yang mendasar adala pada bagaimana pengetahuan dapat diserap oleh peserta didik dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur
keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi peserta didik terabaikan.
Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling pemberian
32 informasi, ketimbang modus demonstrating memperagakan dan doing direct
performance memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung. Dalam kata lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode
ceramah atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dair ketuntasannya
menyampaikan seluruh meteri yang ada dalam kurikulum. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaklumi
sebagai pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke peserta didik, metode pembelajaran lebih pada
penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi. Meskipun banyak terdapat kekurangan, model pembelajaran konvensional ini masih diperlukan, mengingat
model ini cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada para murid pada awal-awal kegiatan pembelajaran.