16 4.
IPS sebagai kritik kehidupan sosial social studies as social criticism. Pendidikan IPS sebagai media pengembangan kritisme siswa. Pendidikan IPS
mengutamakan pengembangan kemampuan pengetahuan dan memupuk keberanian mengemukakan pendapat atau argument. Untuk itu pendidikan IPS
harus dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dengan berbagai metode pemecahan masalah.
5. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang social studies as personal
development of the individual .
Pengembangan pribadi seseorang melalui pendidikan IPS tidak langsung tampak hasilnya, tetapi setidaknya melalui pendidikan IPS akan membekali kemampuan
seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai ketrampilan sosial dalam kehidupan social life skill.
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah IPS sebagai transmisi kewarganegaraan social studies as citizenship transmission. IPS sebagai program
pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilai-nilai idealistik dan manusia.
Tujuan instruksional citizenship transmission menyiapkan warga negara yang baik
dengan pengetahuan dan apresiasi terhadap nenek moyangnya sejarah bangsa. Guru yang mengajarkan IPS sebagai transmisi kewarganegaraan harus memiliki keyakinan
bahwa cara ini merupakan sarana yang baik untuk mempersiapkan warga negara yang dapat berpikir seperti ahli ilmu sosial. Pembinaan warga negara atau warga
17 manyarakat tidak hanya ditekankan pada aspek kemampuan intelektuanya, tetapi
diseimbangkan dengan aspek kemampuan emosional dan keterampilannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar learning adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang
kompleks Margareth, 2011: 2. Menurut Woolfolk dalam Baharuddin, 2007: 14 menyatakan bahwa
”learning occurs when experience causes a relatively change in an individual’s knowledge” belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan
perubahan yang relatif dalam pengetahuan individual. Disengaja atau tidak perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa ke arah yang lebih baik atau
sebaliknya. Pengertian belajar berarti adanya “perubahan” berarti setiap orang yang belajar pasti mengalami perubahan, baik pengetahuan, keterampilan maupun perilaku,
semua perubahan yang terjadi itu diharapkan menuju ke arah yang lebih baik. Belajar menurut Witherington Sukmadinata, 2004: 155 merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, perilaku, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
19
2.1.2 Teori Belajar
Belajar merupakan proses yang harus ditempuh seseorang dalam mencapai kemajuan dalam hidupnya, baik secara formal maupun nonformal. Seseorang dikatakan telah
mengalami pembelajaran jika dalam dirinya terjadi perubahan berupa kemampuan, ketrampilan, nilai, dan perilaku yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi dengan tahapan-tahapan tertentu dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena adanya
usaha. Ada banyak alasan mengapa seorang guru harus menguasai teori-teori belajar: Teori belajar akan sangat membantu guru, supaya memiliki kedewasaan dan
kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan prinsip- prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri. Adapun teori
yang mendasari penelitian ini yaitu teori kognitivisme, konstruktivisme, dan behaviorisme.
a. Teori belajar kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Menurut aliran ini, kita
belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Oleh karena itu, dalam aliran kognitivisme
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berfikir kompleks. Tokoh-
tokoh penting dalam teori kognitif salah satunya adalah Piaget dan Brunner. Menurut Piaget 1998: 90 perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
20 anak aktif membangun sistem makna dan pemahaman realistis melalui
pengalaman-pengalaman dalam proses belajar dan interaksi-interaksi mereka. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung kepada seberapa jauh anak
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya Trianto, 2011: 29. Sedangkan menurut Brunner, dengan teorinya free discovery learning
mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesaninformasi, dan bukan ditentukan oleh umur.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Tahap enactive
, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan tampil dan perbandingan
komparasi. Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
Gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya Trianto, 2011: 32. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang
seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara
21 sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak
menjelaskan sesuatu melalui perbuatan ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain ini fase
enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan
ini disebut sebagai fase symbolic Sukmadinata, 2004: 85. Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua
menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah
dipelajarai dan diingat oleh siswa. Jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar
bermakna meaningful learning.Sebaliknya jika siswahanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka
terjadilah belajar dengan Dahar, 2006: 94. Empat prinsip belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut.
1.
Pengatur awal advance organizer
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.