Teori Belajar yang Mendasari model Picture and Picture Penerapan model Picture and Picture di kelas

pembelajaran Picture and Picture termasuk dalam pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengn model Picture and Picture menggunakan gambar yang dipasang atau diurutkan menjadi urutan logis. Pada model pembelajaran ini terdapat diskusi kelompok untuk mengurutkan gambar. Hamdani, 2010: 89. Peneliti menyimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture merupakan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk SD kelas rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe ini memadukan pembelajaran secara kelompok dan individual. Sehingga setiap anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri dan mereka mempunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan berbicara ragam krama lugu di SDN Karanganyar 02 Semarang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dengan bantuan perangkat komputer sebagai media untuk menayangkan gambar.

2.1.5.3 Teori Belajar yang Mendasari model Picture and Picture

Ada beberapa teori belajar menurut para ahli, salah satunya adalah teori Konstruktivisme. Menurut Thobroni dan Arif 2011: 108 teori belajar kontruktivisme memberikan keaktifan kepada siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Salah satu tujuan dari teori konstruktivisme adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa menjadi pemikir yang mandiri dan lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Dari pendapat tersebut bisa diketahui bahwa teori konstruktivisme mendasari model pembelajaran Picture and Picture yaitu sama-sama mengaktifkan siswa dan membentuk kemampuan berpikir siswa menjadi pemikir yang mandiri. Siswa diaktifkan melalui kegiatan pembelajaran Picture and Picture, sebagai contoh dalam proses pembelajaran melalui Picture and Picture terdapat sesi pengungkapan pendapat oleh siswa. Selain itu siswa juga dibimbing menjadi pemikir yang mandiri yaitu dengan diberikan stimulus berupa gambar dan siswa diminta mengurutkan gambar beserta memberikan alasan dasar mengurutkan gambar tersebut. Teori belajar Konstruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial belajar kooperatif. Pernyataan tersebut terdapat dalam langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture yaitu diskusi bersama kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori belajar Konstruktivisme mendasari model pembelajaran Picture and Picture.

2.1.5.4 Penerapan model Picture and Picture di kelas

Model pembelajaran Picture and Picture cocok digunakan untuk pelajaran bahasa khususnya kelas rendah. Siswa sekolah dasar SD berada pada usia 6-13 tahun. Siswa berada dalam perkembangan operasional konkrit sehingga siswa akan belajar lebih optimal dengan menggunakan benda konkrit. Dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa ragam krama lugu di sekolah dasar SD salah satu benda konkret yang digunakan adalah gambar. Pada masa kanak-kanak inilah kemampuan berbicara mulai diajarkan. Dalam kegiatan formal sekolah , pada kelas awal SD bisa dimulai dengan menceritakan gambar Santosa : 2007 : 3.19. Gambar bisa ditayangkan melalui LCD. Gambar-gambar yang ditayangkan adalah rangkaian gambar seri yang didalamnya terdapat tulisan menggunakan bahasa Jawa ragam krama lugu. Berdasarkan gambar-gambar tersebut siswa menyusun gambar menjadi urutan yang benar, kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan mereka mempraktekkan berbicara didepan kelas. Penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa ragam krama lugu di sekolah dasar yang dilakukan sesuai langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture yaitu: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar – gambar yang berkaitan dengan materi. d. Guru menyuruh siswa berdiskusi dengan teman sebangku untuk mengurutkan gambar. e. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar – gambar menjadi urutan yang logis. Pada masing- masing gambar diberi nomor sehingga siswa bisa mengurutkan gambar dengan mudah. f. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran untuk gambar tersebut. g. Guru menanamkan konsep kepada siswa tentang materi yang diajarkan. h. Guru menyuruh siswa praktek berbicara di depan kelas. i. Kesimpulan atau rangkuman Hamdani, 2010: 89.

2.2 Kajian Empiris

Rendahnya perolehan hasil pembelajaran bahasa Jawa khususnya dalam keterampilan berbicara bahasa Jawa krama lugu, dikarenakan kurangnya antusias