Keterampilan Berbicara Pemaknaan Temuan Penelitian

Aspek-aspek yang dilaksanakan siswa dalam pembelajaran adalah: kesiapan dalam belajar; bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru; memperhatikan penjelasan guru dalam pembelajaran, tertarik mengamati dan mengomentari gambar; kedisiplinan siswa dalam pembelajaran; aktif dalam pembelajaran menggunakan model Picture and Picture; dan keaktifan dan keberanian siswa dalam berbicara krama lugu. Ke tujuh aspek yang dilakukan siswa dalam pembelajaran tersebut termasuk dalam aktivitas siswa yang dikemukakan oleh Dierich dalam Hamalik, 2006: 172 – 173. Menurut Dierich aktivitas belajar siswa terdiri dari: 1 visual activities, 2 oral activities, 3 listening activities, 4 writing activities, 5 drawing activities, 6 motor activities, 7 mental activities, 8 emotional activities. Aktivitas siswa bisa terlaksana dengan optimal jika guru menguasai keterampilan dasar mengajar dengan baik. Keterampilan guru dalam mengajar berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

4.2.1.3 Keterampilan Berbicara

Pada proses pembelajaran dilakukan penilaian untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara krama lugu siswa. Penilaian yang dilakukan adalah dengan tes penanda gambar dan tes bermain peran. Penilaian keterampilan berbicara tersebut, didukung oleh pendapat Santosa 2007: 7.19-7.23 yang menyebutkan jenis tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara siswa diantaranya adalah tes penanda gambar dan bermain peran. Tabel 4.26 Rekapitulasi Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siklus I dan II Hasil belajar siswa berupa keterampilan berbicara melalui model Picture and Picture mengalami peningkatan baik secara individu maupun klasikal. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rata-rata nilai siswa meningkat dari rata- rata siklus I pertemuan 1 sebesar 50,75; siklus I pertemuan 2 menjadi 56; siklus II pertemuan 1 mendapatkan rata-rata 67,75 dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 76. Ketuntasan belajar individual siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa masih sangat jauh dari harapan. Ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 22,5 saja. Hal ini dikarenakan anak masih merasa asing dengan kosa kata bahasa jawa khususnya krama lugu. Kebiasaan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia merupakan faktor No. Indikator Siklus I Siklus II 1 2 Rata- rata skor 1 2 Rata- rata skor 1. Penggunaan intonasi dalam berbicara krama lugu. 2 2,1 1,6 2,2 3,1 2,65 2. Pelafalan bunyi kata dalam berbicara krama lugu. 2 2,4 2,2 2,8 2,6 2,7 3. Keberanian dan sikap dalam berbicara krama lugu. 2,4 2,5 2,5 3,1 3,2 3,15 4. Kelancaran dalam berbicara krama lugu. 2,2 2,3 2,3 2,8 3,4 3,1 5. Ketepatan pemilihan kata dalam berbicara krama lugu. 1,6 2 1,3 2,8 3 2,9 Jumlah skor 10,2 11,3 9,8 13,7 15,3 14,5 Rata-rata skor 2,04 2,26 1,95 2,74 3,06 2,9 keberhasilan 41 63 54 69 77 73 Kategori Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik penyebab susahnya siswa berbicara bahasa Jawa. Akan tetapi dengan pemberian latihan yang diberikan guru,pada siklus II meningkat menjadi 80. Berdasarkan data tersebut, pencapaian hasil belajar keterampilan berbicara siswa pada siklus kedua sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 75 siswa mengalami ketuntasan belajar individual ≥ 63. Berikut ini disajikan diagram batang tentang peningkatan nilai keterampilan berbicara krama lugu melalui model Picture and Picture. Gambar 4.22 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Berbicara dan Persentase Ketuntasan Siklus I dan Siklus II

4.2.3 Implikasi Hasil Penelitian