79
Berdasarkan tabel 4.6, aktivitas siswa pada pertemuan 1 mencapai 78,39 termasuk kriteria keaktifan sangat tinggi, sedangkan pada pertemuan 2 aktivitas
siswa mencapai 83,20 termasuk kriteria keaktifan sangat tinggi. Nilai rata-rata aktivitas siswa mencapai 80,80 termasuk kriteria keaktifan sangat tinggi,
sehingga pencapaian tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan 70. Perolehan hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II dapat digambarkan pada
bagan berikut ini:
Gambar 4.5 Diagram Perolehan Nilai Aktivitas Siswa Siklus II
4.1.3.3 Paparan Hasil Belajar Siswa
Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran siklus II, hasil belajar siswa diukur dengan tes formatif yang dilaksanakan di akhir siklus II. Hasil tes formatif
siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Kategori Rentang Nilai
Frekuensi Jumlah Nilai
Ketuntasan Belajar Klasikal
Tuntas 65 - 100
38 3310
95 Tidak Tuntas
0 - 65 2
60 5
Jumlah 40 3370
100 Rata-rata
84,25
80
Berdasarkan tabel 4.7, jumlah siswa yang telah memenuhi KKM 65 sebanyak 38 siswa, sedangkan yang belum memenuhi KKM sebanyak 2 siswa,
dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 84,25 sehingga nilai rata-rata kelas sudah memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu sekurang-kurangnya 65.
Persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 95, dengan demikian persentase ketuntasan belajar klasikal juga sudah mencapai indikator keberhasilan, yaitu
sekurang-kurangnya 75 . Ketuntasan belajar klasikal siklus II dapat digambarkan pada bagan berikut ini:
Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus II
4.1.3.4 Refleksi
Secara umum, nilai performansi guru, aktivitas belajar siswa, kehadiran siswa, dan hasil belajar siswa, serta ketuntasan belajar klasikal pada siklus II
sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Nilai rata-rata performansi guru pada siklus II mencapai 87 dengan indikator keberhasilan 71, lebih rinci
pada pertemuan 1 mencapai 86 dan pada pertemuan 2 mencapai 88. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa mencapai 80,80, dengan
indikator keberhasilan 70, lebih rinci pada pertemuan 1 mencapai 78,39 dan
81
pada pertemuan 2 mencapai 83,20. Persentase kehadiran siswa pada pertemuan 1 mencapai 95 dan pada pertemuan 2 mencapai 97,5, sehingga rata-rata
persentase kehadiran siswa pada siklus II mencapai 96,25 dengan indikator keberhasilan 90. Rata-rata hasil belajar siswa mencapai 84,25 dengan
indikator keberhasilan 65. Serta ketuntasan belajar klasikal mencapai 95 dengan indikator keberhasilan 75.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai performansi guru, aktivitas belajar siswa, dan persentase kehadiran siswa pada siklus II terjadi
peningkatan pada pertemuan pertama dan kedua. Peningkatan tersebut diupayakan melalui proses refleksi pada setiap akhir pertemuan. Pada pembelajaran siklus II
pertemuan 1, masih terdapat kekurangan sehingga perlu diupayakan perbaikan untuk peningkatan pada siklus II pertemuan 2. Kekurangan yang terjadi pada
siklus II pertemuan 1 yaitu LKS yang dikerjakan oleh siswa menggunakan tabel- tabel isian yang membuat siswa cenderung bosan, karena bentuk LKS yang
demikian telah digunakan mulai dari siklus I pertemuan1, siklus I pertemuan 2, sampai pada siklus II pertemuan 1. Oleh karena itu, guru perlu mengupayakan
bentuk LKS yang lebih menarik siswa sehingga siswa tidak lagi bosan untuk mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Pada siklus II pertemuan 2, guru
mengganti bentuk LKS menjadi bentuk tabel word square. Dengan menggunakan tabel word square, siswa diberi kesempatan untuk bermain mencari kata dalam
tabel tersebut, sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan menggunakan tabel word square
, diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran pada siklus II
82
pertemuan 2, sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Berdasarkan analisis data performansi guru pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,5 dari siklus I yang mencapai 78,5. Rata-rata nilai APKG 1,
2 dan 3 pada siklus II, nilai performansi guru mencapai 87. Perolehan nilai tersebut telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 71 dan termasuk kriteria
sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus II masih berada pada kriteria aktivitas yang
sangat tinggi meski peningkatannya hanya 6,76. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 72,53 meningkat pada siklus II sebesar 80,80. Dengan kriteria
aktivitas yang sangat tinggi, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II menjadi bukti keberhasilan penelitian dari aspek aktivitas siswa.
Hasil belajar siswa pada siklus II, pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil karena nilai rata-rata kelas telah memenuhi KKM yaitu
minimal 65. Hasil belajar pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I sebesar 68,25 mengalami peningkatan sebesar 16, sehingga hasil belajar siklus II
mencapai nilai 84,25 sebagai nilai rata-rata kelasnya. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus II juga menjadi indikator
keberhasilan pelaksanaan tindakan pembelajaran yang mencapai 75. Peningkatan yang dicapai pada siklus II juga cukup tinggi. Ketuntasan belajar
klasikal pada siklus I yang hanya 77,5 mengalami peningkatan sebesar 17,5 pada siklus II menjadi 95. Data peningkatan pada performansi guru, kehadiran
83
siswa, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa, serta ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7 Diagram Peningkatan Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran
4.1.3.5 Revisi