29
dengan kesadaran adanya masalah. Poedjiadi menambahkan, sains mencakup ranah proses, produk, sikap, nilai dan moral. Komponen proses meliputi
identifikasi masalah, obeservasi, menyusun hipotesis, menganalisis, dan mensintesis. Komponen produk meliputi fakta, konsep, teori, dan generalisasi.
Sedangkan komponen-komponen sikap, nilai dan moral, meliputi rasa ingin tahu yang tinggi, kritis, kreatif, rendah hati, berpandangan terbuka, memiliki keinginan
membantu orang lain dengan menggunakan pengetahuannya, serta mencintai lingkungan dan memiliki keinginan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan lingkungan. Sementara itu, Powler dalam Samatowa 2011: 3 mengemukakan bahwa:
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimensistematis teratur artinya pengetahuan itu tersusun
dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang mempelajari
tentang gejala-gejala pada alam semesta dan isinya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.10 Pembelajaran IPA SD
Kardi dan Nur 1994 dalam Trianto 2012: 142 mengemukakan bahwa “pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan
dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai
30
kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia”Menurut Nur dan Wikandari 2000 dalam Trianto 2012: 143 “proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan
pada pe ndekatan ketrampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan”.
Depdiknas dalam Trianto 2012: 143 menjelaskan bahwa hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan kesadaran akan
keindahan dan keteraturan alam, memberikan pengetahuan, melatih ketrampilan dan kemampuan untuk memecahkan masalah dan melakukan observasi,
menanamkan sikap ilmiah, melatih kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif, dan memberikan apresiasi terhadap sains
dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.
Menurut Prihantoro dalam Trianto 2012: 142 pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub
dalam Taksonomi Bloom bahwa: Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kognitif, yang
merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Disamping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan ketrampilan
psikomotorik, kemampuan sikap ilmiah afektif, pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi.
. Alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam suatu
kurikulum sekolah menurut Samatowa 2011: 6 yaitu: 1 bahwa IPA berfaedah
31
bagi suatu bangsa, kesejahteraan suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, 2 bila diajarkan menurut cara yang
tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatihmengembangkan kemampuan berpikir kritis, 3 IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang
dilakukan sendiri oleh anak, bukan merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, 4 mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA yang dilaksanakan melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa dengan mudah dapat memahami materi pembelajaran, tidak sekedar menghafal materi,
serta dapat diaplikasikan siswa untuk kesejahteraan kehidupannya.
2.1.11 Materi Bumi