Kerapatan Sifat Mekanis Bambu Lapis

Jiak F hitung F tabel, maka Ho diterima atau perlakuan tidak memberikan pengaruh pada selang kepercayaan. Jika F hitung F tabel, maka Ho ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh pada suatu selang kepercayaan. Untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Hasil dan Pembahsan 1. Sifat Fisis Bambu Lapis

1.1. Kerapatan

Kerapatan merupakan perbandingan berat terhadap volume. Kerapatan yang dimaksud adalah kerapatan pada kondisi kering udara. Berdasarkan hasil perhitungan, kerapatan bambu lapis pada semua perlakuan memiliki rata-rata kerapatan yang relatif sama, seperti tercantum pada Gambar 5.2. Keterangan : U = Urea Formaldehida, M = Melamin Formaldehida, I = Methylen Diphenyl Isocyanate, V = PVAc, Rb = Rebus, Rn = R,Kn = Kontrol, Kp = Kapur, T = Tali, B = Betung, A = Andong Gambar 5.2 Histogram kerapatan bambu lapis Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa kerapatan bambu lapis pada semua perlakuan tidak berbeda nyata antara 0,75 – 0,8, kecuali pada bambu lapis kontrol dengan perekat UF. Hal ini terjadi karena pada bagian bambu betung tersebut terdapat banyak buku sehingga memiliki jumlah serat yang lebih banyak, kandungan parenkim yang lebih rendah dan kandungan lignin yang lebih tinggi sehingga memiliki kerapatan yang lebih tinggi, seperti yang dikemukakan oleh Liese 1991. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerapatan kayu solid juga dapat mempengaruhi kerapatan bambu lapis, seperti yang dikemukakan oleh Bowyer et al. 2003. Faktor tersebut antara lain kondisi tempat tumbuh kayu, lokasi dalam pohon, letak dalam kisaran jenis dan sumber-sumber genetik. 1.2. Kadar Air Kadar air menunjukkan banyaknya jumlah air yang terikat pada dinding sel bambu lapis terhadap berat kering tanurnya yang dinyatakan dalam persen. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai kadar air bambu lapis sebesar 8,23 sampai dengan 13,28. Nilai kadar air untuk setiap perlakuan, jenis perekat, dan jenis bambu dapat diamati pada histogram kadar air bambu lapis yang disajikan dalam Gambar 5.3. Keterangan : U = Urea Formaldehida, M = Melamin Formaldehida, I = Methylen Diphenyl Isocyanate, V = PVAc, Rb = Rebus, Rn = Rendam, Kn = Kontrol, Kp = Kapur, T = Tali, B = Betung, A = Andong Gambar 5.3 Histogram kadar air bambu lapis Bowyer et al. 2003 menyatakan banyaknya air yang tetap tinggal di dalam dinding sel suatu produk akhir tergantung pada tingkat pengeringan selama pembuatan dan lingkungan tempat produk tersebut ditempatkan di kemudian hari. Sudrajat 1979 diacu dalam Rosyid 1995 mengemukakan bahwa kemampuan mengikat dan mengeluarkan air dari papan tergantung pada kelembaban dan suhu sekitarya. Apabila suhu dan kelembaban di sekitarnya lebih rendah maka akan SNI 01-5008.7-1999 terjadi pelepasan air, sebaliknya apabila suhu dan kelembaban di sekitarnya lebih tinggi maka akan terjadi penyerapan air. Hasil analisis sidik ragam kadar air dengan tingkat kepercayaan 99 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak berpengaruh terhadap kadar air bambu bambu lapis, sedangkan jenis perekat sangat berpengaruh terhadap kadar air bambu lapis.Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa bambu lapis dengan perekat MDI memiliki nilai kadar air yang lebih kecil dibandingkan dengan bambu lapis dengan perekat lainnya. Hal ini disebabkan karena struktur kimia dari perekat MDI memiliki tangan OH bebas lebih sedikit dibandingkan dengan perekat lainnya. Nilai kadar air bambu lapis yang dibuat memenuhi baik standar SNI 01-5008.7-1999 maupun JIS A 5980- 2003.

1.3. Stabilitas Dimensi