yang berbeda dengan bambu lapis yang menggunakan lakban dan jahitan yang lebih jarang berjarak 10 cm dan 15 cm maupun kontrol. Begitu pula kerapatan
bambu lapis yang menggunakan lakban dan jahitan berjarak 10 cm berbeda dengan bambu lapis yang menggunakan lakban dan jahitan
Kerapatan bambu lapis akan dipengaruhi oleh berat jenis perekat yang digunakan. Perekat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai berat jenis
yang berbeda, yaitu perekat PF dengan kisaran BJ 1,22 - 1,25; perekat UF dengan kisaran BJ 1,10 - 1,20, dan perekat PVAc dengan kisaran BJ 1,03 - 1,10 Pizzi,
1994; Frihart, 2005; dan PAI, 2007. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa bambu lapis yang menggunakan perekat PF mempunyai kerapatan yang berbeda
dengan bambu lapis yang menggunakan perekat UF dan PVAc, sedangkan bambu lapis yang dibuat dengan perekat UF dan PVAc tidak menghasilkan perbedaan
kerapatan.
1.2. Kadar air
Kadar air bambu lapis berkisar antara 7,00 dan 10,25 . Kadar air bambu lapis terendah terdapat pada bambu lapis kontrol yang dibuat dari bambu tali
dengan menggunakan perekat PF, sedang kadar air tertinggi terdapat pada bambu lapis berbahan baku bambu betung yang diberi perlakuan lakban berjarak 5 cm
dengan menggunakan perekat PVAc. Data kadar air bambu lapis selengkapnya dan analisis sidik ragamnya disajikan pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.
Tabel 5.3 Rata-rata kadar air bambu lapis berbahan baku bambu tali, andong, dan betung
No. Perlakuan dan perekat
Nilai rata- rata Tali
Andong Betung
1 UF Kontrol
7,54 0,50 7,94 0,21
8,21 0,27 2
UF J5 7,97 0,14
8,33 0,16 8,48 0,19
3 UFJ10
7,33 0,17 7,72 0,20
7,81 0,17 4
UFJ15 7,80 0,39
7,61 0,20 7,27 0,22
5 UFL5
7,90 0,21 8,02 0,10
9,07 0,15 6
UFL10 7,66 0,18
8,49 0,18 8,39 0,06
7 UFL15
7,43 0,24 8,41 0,19
8,28 0,29 8
PF Kontrol 7,40 0,17
7,91 0,31 8,07 0,07
9 PFJ5
7,47 0,10 7,76 0,11
8,43 0,13 10
PFJ10 7,05 0,11
7,27 0,04 7,61 0,12
11 PFJ15
7,33 0,26 7,53 0,28
7,00 0,27 12
PFL5 7,73 0,28
8,25 0,16 9,05 0,54
13 PFL10
7,16 0,17 7,72 0,30
8,38 0,19 14
PFL15 7,18 0,10
7,48 0,09 7,41 0,25
15 PVAc Kontrol
9,32 0,21 9,25 0,53
10,11 0,12 16
PVAc J5 10,25 0,31
9,36 0,21 10,43 0,12
17 PVAc J10
9,79 0,21 9,92 0,41
10,53 0,21 18
PVAc J15 9,25 0,22
9,51 0,30 10,10 0,21
19 PVAc L5
10,07 0,15 10,24 1,42 11,05 0,52
20 PVAc L10
10,06 0,54 8,82 1,02
10,36 0,24 21
PAc L15 9,76 0,12
9,82 0,04 9,71 0,14
Keterangan : UF= perekat UF, PF = perekat PF, PVAC = perekat PVAc, J5 = jahit berjarak 5 cm, J10 = jahit berjarak 10 cm, J15 = jahit berjarak 15 cm, L5 =
lakban berjarak 5 cm, L10 = lakban berjarak 10 cm, L15 = lakban berjarak 15 cm. Angka dalam kurung adalah simpangan baku.
Tabel 5.4. Analisis sidik ragam kadar air bambu lapis Sumber Keragaman
DB JK
KT F
Sig.
Perlakuan 6 11,0845471
1,8474245 16,99 ,0001
Perekat 2 175,3374317
87,6687159 806,21 ,0001
Bambu 2 13,0564222
6,5282111 60,03 ,0001
PerlakuanPerekat 12 4,3070720
0,3589227 3,30 0,0004
PerlakuanBambu 12 3,6163481
0,3013623 2,77 0,0022
PerekatBambu 24 3,8023175
0,9505794 8,74 ,0001
PerlakuanPerekatBambu 126 4,8626899
0,2026121 1,86 0,0148
tn
Kesalahan percobaan 126 13,7014000
0,1087413 Total terkoreksi
188 229,7682286 Keterangan : DB = Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT = KuadratTengah,
= nyata : sangat nyata, tn : tidak nyata
Berdasarkan sidik ragam anova, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.4, ketiga jenis faktor yaitu perlakuan, jenis perekat, dan jenis bambu berpengaruh
sangat nyata, artinya tinggi rendahnya kadar air bambu lapis sangat ditentukan
oleh ketiga faktor tersebut.
Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut, faktor perekat paling berpengaruh terhadap kadar air bambu lapis yang ditunjukkan oleh nilai F hitungnya yang paling besar,
yaitu 806,21 diikuti oleh faktor jenis bambu dan faktor jenis perlakuan. Bambu lapis yang direkat dengan perekat PF menunjukkan nilai kadar air yang terbaik,
yaitu kadar air terendah; sedangkan bambu lapis yang direkat dengan perekat PVAc menunjukkan nilai kadar air terjelek, yaitu kadar air tertinggi. Hal ini
mudah dipahami mengingat perekat PF menurut Pizzi 1994 dan Ruhendi 2007 adalah perekat yang tahan terhadap air, tahan terhadap kelembaban dan
temperatur tinggi, tahan terhadap bakteri, jamur, rayap, dan mikroorganisme serta tahan terhadap bahan kimia seperti minyak, basa, dan bahan pengawet kayu;
sedangkan perekat PVAc menurut Ruhendi 2007 lebih sensitif terhadap air, sehingga penggunaanya hanya untuk interior saja, kekuatan rekatnya menurun
cepat dengan adanya panas dan air serta sifat visco-elastisitasnya tidak baik, sehingga creep besar dan ketahan terhadap fatigue rendah.
Jenis bambu juga akan berpengaruh terhadap kadar air, khususnya kadar air di bawah titik jenuh serat. Pada kondisi ini, tebal dan tipisnya dinding sel akan
berpengaruh terhadap daya serap air. Bambu betung yang memiliki kerapatan paling besar diantara ketiga jenis bambu lainnya akan mempunyai dinding sel
yang paling tebal sehingga berpotensi menyerap air dan kelembaban pada kondisi kadar air di bawah titik jenuh serat yang paling besar.
Faktor perlakuan terutama lakban juga mempengaruhi tinggi rendahnya bambu lapis. Keberadaan lakban yang terbuat dari kertas akan berkontribusi
terhadap penyerapan air dan kelembaban dalam bambu lapis, sehingga mudah dipahami bahwa perlakuan dengan menggunakan lakban kertas akan
meningkatkan kadar air bambu lapis. Faktor lainnya yang menentukan tinggi rendahnya kadar air adalah faktor
pengeringan dan lingkungan seperti yang dijelaskan oleh Bowyer et al 2003 yang menyatakan banyaknya air yang tetap tinggal di dalam dinding sel suatu
produk akhir tergantung pada tingkat pengeringan selama pembuatan dan lingkungan tempat produk tersebut ditempatkan di kemudian hari. Secara
keseluruhan, kadar air bambu lapis telah memenuhi standar SNI 01-5008.7-1999 dan JIS A 5980-2003 yang mensyaratkan kadar air masing-masing maksimal
sebesar 14 dan 13 .
2. Sifat Mekanis Bambu Lapis