Kekurangan Bambu Dibandingkan dengan Kayu
Selain mempunyai kelebihan, bambu juga memiliki sejumlah kekurangan. Kekurangan atau kelemahan bambu tersebut antara lain sebagai berikut
Sukadaryati 2006; Wancik, 2009; dan Suryana et al., 2010: 1. Bambu mempunyai durabilitas yang sangat rendah, bambu sangat potensial
untuk diserang kumbang bubuk, sehingga bangunan atau perabot yang terbuat dari bambu tidak awet. Oleh karena itu rangka bangunan dari bambu, yang
tidak diawetkan, hanya dipandang sebagai komponen bangunan sementara yang hanya tahan tidak lebih dari 5 tahun. Hal ini merupakan kendala yang
sangat serius karena minat orang pada bambu jadi berkurang. Betapa ganasnya kumbang bubuk ini dapat diberikan contoh kejadian di pabrik
angklung Saung Udjo yang berlokasi di Bandung. Perusahaan ini tiap tahun mendatangkan bambu sampai sekitar 12 truk, tetapi hampir 40 persen dari
bambu tersebut telah rusak diserang kumbang bubuk sebelum sempat dijadikan angklung. Mengingat produk bambu kini sudah mulai menjadi
komoditi ekspor, maka upaya untuk mencegah serangan bubuk perlu memperoleh perhatian secara khusus agar barang-barang yang terbuat dari
bambu tidak mengecewakan pemakainya. 2. Pemanenan bambu memerlukan cara yang khusus. Batang bambu yang tua
terdapat di bagian dalam rumpun. Untuk memanen bambu yang tua harus sedikit mengorbankan bagian batang bambu yang muda. Untuk memperkecil
jumlah bambu muda yang dikorbankan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara melakukan penebangan bambu berbentuk
juring sebagai jalan masuk menuju bambu yang telah tua.
3. Pemanen bambu tidak dapat dilakukan setiap waktu. Untuk mendapatkan bambu yang rendah kandungan patinya, maka pemanenan bambu harus
dilakukan pada musim kemarau.
4. Bambu banyak mengandung silika. Hal ini akan menyebabkan mata pisau
yang digunakan untuk memotong, membelah dan menyerut menjadi lebih cepat tumpul.
5. Bambu mengandung buku node. Jarak antar buku internode pada setiap
batang tidak sama. Kondisi ini menyulitkan mendapatkan panjang bambu bebas buku yang seragam.
6. Batang bambu berbentuk pipa. Tebal dinding sel bambu bervariasi namun secara umum relatif tipis 0,1-1,2 cm. Hal ini ditambah lagi dengan diameter
bambu yang relatif kecil dan adanya buku, menyulitkan proses pengupasannya menjadi lembaran venir memerlukan alat rotary cut yang
khusus. Lazimnya, untuk mendapatkan bilah tipis bambu yang akan disatukan menjadi lembaran, dilakukan proses penyayatan slicing cut.
Adanya lubang di tengah batang dan relatif tipisnya dinding bambu tersebut membuat produksi venir per batang bambu sedikit.
7. Bambu mempunyai keteguhan tarik tegak lurus serat yang rendah mudah
dibelah. Akibatnya lembaran tipis bambu yang dibentuk dari penyatuan
bilah-bilah tipis bambu ke arah tegak lurus serat atau ke arah lebar jika tanpa perlakukan penguatan akan mempunyai keteguhan tarik tegak lurus serat
yang sangat rendah. 8. Bambu relatif banyak mengandung pati. Kalau pati ini tidak dihilangkan atau
dikurangi, selain akan meningkatkan serangan kumbang bubuk, juga akan akan memperlemah keteguhan rekatnya terutama untuk perekat yang biasa
menggunakan ekstender, karena akibat adanya pati tersebut, proporsi ekstender dalam perekat akan meningkat.
9. Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena perangkaian batang-batang struktur bambu sering kali dilakukan secara
konvensional memakai paku, pasak, atau tali ijuk. Pada perangkaian batang- batang struktur dari bambu yang dilakukan dengan paku atau pasak, maka
serat yang sejajar dengan kekuatan geser yang rendah menjadikan bambu mudah pecah karena paku atau pasak. Penyambungan memakai tali sangat
tergantung pada keterampilan pelaksana. Kekuatan sambungan hanya didasarkan pada kekuatan gesek antara tali dan bambu atau antara bambu
yang satu dengan bambu lainnya Dengan demikian penyambungan bambu secara konvensional berkekuatan rendah, sehingga kekuatan bambu tidak
dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada saat tali kendor sebagai akibat kembang susut karena perubahan temperatur, kekuatan gesek itu akan turun,
dan bangunan dapat runtuh. Oleh karena itu sambungan bambu yang memakai tali perlu dicek secara berkala, dan tali harus selalu disetel agar
tidak kendor.
10. Sifat bambu yang mudah terbakar. Sekalipun ada cara-cara untuk menjadikan